Note, aku menulis ini ketika sedang listrik mati. Entah bingung mau apa, tiba-tiba terbesit keinginan untuk mendeskripsikan lakon cerita di novel imajinasi liarku. Selamat membaca!
Well hello,
Iruma.
Lagi-lagi
menggunakan nama yang berasal dari adaptasi jejepangan, well kareppe wong e to!
Maksudku terserah yang bikin lah ya :v wkwkw nggak, ini ada maksudnya. Ya salah
satunya memang itu, tapi ada arti lain.
Aku harap
kalian nggak sepertiku yang menonton anime sampai terpicu memasukkan unsur hawa-hawa
jejepangan dalam imajinasi kalian. Jadi, Iruma adalah lakon utama dalam
rentetan cerita yang panjang, yang biasa aku tulis.
Ada
filosofinya, ada artinya. Seperti yang pernah aku upload sebelumnya, Yukina
Shiro yang aku harapkan artinya adalah Salju Putih atau Snow White atau
sebaliknya, intinya berkaitan dengan Salju yang berwarna putih.
Begitu pula
dengan lakon, jangankan lakon cewek. Sampai tokoh sampinganpun kadang aku
terlalu perfektionis mempertimbangkan apakah nama ini sesuai atau tidak? Padahal
hanya sekedar tokoh sampingan, tidak seperti salah satu pengarang cerita yang
dengan mudahnya bersih-bersih karakter setelah membuat banyak kenangan yang
menyatu pada pembaca setianya. Wkwkw, you know what I mean? Yes you are, if you
don’t get it. Just stay to continue what you are read it tho.
Ilmu yang
bermanfaat. Bila diartikan dengan bahasa Arab, artinya… Ilman-Nafi’a kurang
lebihnya begitu mungkin. Ya semoga saja memang begitu.
Jadi Iruma
Nafian adalah hasil adaptasi dari kalimat Ilman Nafian, yang memiliki arti inti
“Ilmu yang Bermanfaat”.
Iruma
digambarkan dalam cerita yang aku tulis, ia memiliki pribadi yang
tertutup/introvert. Yes, sama seperti yang nulis :v meski sekarang ia berusaha
untuk melepas kutukan tersebut wkwkw.
Ia
dikabarkan mempunyai kecerdasan diatas rata-rata, pemikiran logikanya kadang
dianggap aneh dan tidak selaras pada kawan-kawannya. Sehingga ia tidak jarang
disebut orang aneh yang sering berpikir di luar nalar kawan-kawannya.
Note: ini
bukan curhat :v ini cerita yang aku tulis sampai 5 jilid kurang lebih.
Di cerita
sebelumnya, yang aku tulis tangan atau manuskrip di binder… Iruma Nafian
digambarkan sebagai tokoh yang super-pendiam, tertutup ekstra. Aku sendiri
bahkan kesulitan untuk membuat cerita menjadi aktif sedangkan main
protagonis-nya seperti itu.
Sampai
akhirnya aku memutuskan untuk merekap ulang, menulisnya kembali, merevisi
cerita alur dan lainnya. Menjadi lebih mudah dipahami, bahasa yang digunakan
tidak dengan istilah yang aneh-aneh. Kalau pun memang terpaksa, biasanya akan
disertakan penjelasannya.
Sehingga
orang awam mungkin dapat memahaminya dengan mudah.
Dalam
cerita Minecrafter, Iruma memilih untuk menjadi penambang. Ia memutuskan untuk
memfokuskan bakatnya dalam hal tambang-menambang. Ya meski ia juga mengembangkan
kemampuan lainnya, tapi penambang tetap menjadi talenta utama miliknya.
Iruma
dikisahkan suka berpikir, tentang apa yang terjadi, sebab kenapa, bagaimana
ini, solusi, masalah. Intinya ia suka untuk melakukan filosofi akan dirinya
sendiri dan sekitar. Sampai ketika ia mendapati konflik, ia berusaha keras
untuk memecahkannya. Pada saat itu juga, ia belajar.
Bahwa
ternyata perasaan terkadang lebih unggul dibandingkan logika.
“tapi
semuanya sudah terlanjur, kamu sudah membuat banyak kenangan. Kamu nggak mungkin
melepasnya begitu saja bukan?”
“yes.”
“lalu
kenapa kamu bersikeras masih berada di sini?”
“…—“
“kalau
waktu di sini sama di sana itu sama. Yang kamu lakukan di sini itu sudah pasti
buang-buang waktu…”
“…ditambah
lagi, mau sampai sejauh manapun toh kamu— ya kan?”
“ya.. aku
sudah tahu itu, sebelum itu aku sudah memikirkannya dalam-dalam..”
“…mereka
yang masih bertahan di sini, aku yakin mereka tidak melakukannya kalau bukan
karena murni perasaan mereka.”
“aku masih
bertahan di sini, karena aku berusaha untuk memiliki rasa, perasaan yang
hidup!”
Minecrafter</>
0 komentar:
Posting Komentar