Aku merencanakan bad ending.

Benarkah? Tapi aku itu terkenal tipikal orang yang tidak menyukai akan bad ending. Bahkan sampai-sampai prei atau skip banget kalau ada cerita dan tahu itu bad ending yang tanpa penjelasan.

 

Tapi malah sekarang aku ingin membuat bad ending. Ada apa ini? Apakah aku terkontaminasi oleh cerita yang menyeleweng netorer tidak bisa ditolerir? Nggak, aku rasa tidak. Semoga tidak.

Aku tiba-tiba mempunyai bayangan imajinasi. Kalau proyek cerita yang masih aku tulis sampai saat ini (sekarang proses remake pada arc pertamanya) akan berakhir dengan bad ending. Maksudku ini bukan spoiler, tapi begini. Ada penjelasannya dan rencananya dibuat end game. Permainan selesai, dengan konflik ya memang harus begitu.

 

Bad ending sih, tapi ada solusinya. Jadi seperti mengulang kembali, wkwkw yang pernah nonton Plastic Memories mungkin tahu. Tapi aku berusaha untuk tidak membuat sesadis itu, yakni yang benar-benar loss gitu tidak.

Kedua lakon, ya itu termasuk heroine. Mereka akan dihadapi pada masa di mana harus memilih. Dan pilihannya itu benar-benar retorik. Maksudnya ya ibarat gini, pertanyaan yang jawabannya itu tidak perlu dijawab. Karena sudah jelas jawabannya itu ya itu.

Mau bagaimana lagi? Disamping kepentingan akademis, tapi lakon juga tetap memikirkan jiwa raga yang menggantung miris.

 

Coba bayangkan, antara kalian harus menyelesaikan skripsi dengan menghadiri acara cospl— nggak maksudku pilihan yang berat antar keduanya. Sehingga ini mempunyai potensi akan bad ending.

Iruma dihadapi harus memilih, sedangkan Yukina. Ia sudah pasrah akan keputusan ketua party sebagai tanggungannya.

 

Jahat? Ya bukan begitu, kenapa dilakukan hal konsekuensi semacam itu? Karena kalau mereka yang masih bertahan itu keluar dalam keadaan membawa pakaian. Nyawa mereka bisa terancam, bisa jadi buronan yang legal.

Ini terjadi karena proses pemerintahan yang kala itu sudah korup. Wkwkw, mereka yang kasarannya haus atau benar-benar ingin mencari perubahan tanpa mempertimbangkan efek samping.. akan mencari cara bagaimanapun caranya untuk mendapatkan bibit teknologi tersebut.

 

Mesin ada, barang ada, sudah dijarah malahan. Tapi aktivasi tidak berhasil. Sama saja seperti barang yang ngga berguna.

Kunci aktivasi berada pada yang membuat, author, atau yang memproduksi. Dan mereka yang pernah terkait dalam dunia buatan tersebut, itu ada potensi untuk dapat membuka atau menjalankan mesin tersebut.

Kenapa? Karena mesin ini hanya bisa berjalan kepada mereka yang pernah mempunyai ikatan.

Ikatan apa? ya itu, kenangan.


CONVERSATION

0 komentar: