Halo bagaimana kabar kalian semua? Aku berharap semua baik-baik saja, dunia terus berjalan begitu juga kehidupan maka dari itu percayalah semua masalah yang sedang dihadapi merupakan salah satu bagian dari ujian untuk kenaikan. Sebentar, kenapa aku malah berceramah?
Lanjut. Terhitung sudah tiga bulan lebih aku tidak menuliskan sesuatu di platform ini, malah kalau kalian mengikuti apa yang aku cuitkan, aku malah mendaftarkan diri pada platform menulis baru lagi. Padahal untuk menghidupkan blog yang dirintis sejak 2019 saja susah payah. Belum lagi mengembalikan semangat untuk menulis. Tahun kemarin, aku menantang diri untuk melaksanakan tantangan menulis selama satu bulan. Bisa kalian lihat di menu ‘Accession’ lebih tepatnya sub-menu yang tertulis 30 Day Writing Challenge atau biasa aku singkat 30 DWC. (klik di sini untuk mengeceknya)
Hasil dari menulis 30 hari? Luar biasa, tugas essai berasa enteng tanpa beban. Malah terkadang dulu ketika ada tugas essai tetapi diberi batas maksimal halaman, aku malah sedih karena tidak bisa bebas menyalurkan apa saja yang berhubungan dengan topik yang dibahas. Bagaimana dengan sekarang? Apakah setelah melaksanakan tantangan 30 hari menulis, kemudian ketika memegang pena atau menyentuh tuts keyboard langsung bisa mengetik sebanyak 1000 kata?
Jawabannya tidak semudah dulu. Apalagi bila kemampuan menulis tersebut tidak dijaga layaknya hafalan. Keterampilan muncul juga karena faktor ketekunan. Ketika seorang menekuni suatu bidang, maka pada akhirnya dia menguasai bidang tersebut. Layaknya sistem ‘skill’ dalam game, semakin banyak bermain maka semakin banyak poin pengalaman (dalam game biasa disebut experience) yang didapat. Kalau di dunia nyata tidak ada namanya poin pengalaman yang dapat dilihat value point nya secara fisik, melainkan pengalaman tersebut dapat dirasakan kepada penggunanya sendiri.
Kemudian apa yang membuat aku kembali menulis di Blog? Sebuah platform yang (konon) mulai ditinggal untuk dijadikan media membuat konten, disamping karena sekarang nggak zaman orang rebahan sambil membaca tulisan di blog tetapi juga sudah banyak platform yang dasarnya sama seperti blog juga beredar, contoh: Wordpress, Medium, Substack, dan masih banyak lagi. Platform Blog aku katakan kuno karena untuk berkembang di Blog maka harus dihias agar terlihat menarik, sehingga mengandalkan kualitas tulisan saja tidak cukup. Perlu kalian ketahui, blog ini (iamshidqi) dulu hanya berdasar template bawaan dari Blog. Kemudian ketika mata kuliah ‘Desain Web’, aku menggunakan blog ini sebagai bak pasir (sandbox) untuk mencoba-coba template sekaligus belajar bahasa markah standar yang digunakan untuk menampilkan dokumen (HTML). Keterangan tersebut benar-benar asli, tertera di laman ‘About/Tentang’. Jadi alasan mengapa minat menulis Blog kian menurun karena sistemnya yang kuno, walaupun ketika kamu tekun… dapat pelan-pelan menghasilkan.
Siapa pun yang mengunjungi blog ini pasti ada kepentingannya, contoh untuk mengunduh catatan perkuliahan. Kecil kemungkinannya kalau ada pengguna internet sengaja browsing membuka iamshidqi untuk melihat postingan baru atau lama. Nggak usah jauh-jauh, kamu yang sedang membaca ini apakah sengaja mengetik nama laman iamshidqi atau tahu postingan baru ini melalui media sosial yang aku bagikan? Nah itu jawabannya.
Tetapi bagaimana pun juga aku tetap berusaha menghidupi blog ini dengan karya tulisku yang (mungkin) semrawut. Upload tidak jelas, kadang-kadang di luar nalar, belum lagi niatan menulis di blog terkadang memiliki maksud tertentu yang tidak diketahui oleh orang normal. Karena sekali lagi, blog ini aku rintis dari tahun 2019. Tepat pada acara kelulusan Madrasah Aliyah dulu, sampai sekarang yang menulis sudah menempuh tiga tahun di dunia perguruan tinggi.
Postingan terakhir (sebelum ini) aku menceritakan tentang pengalaman magang yang aku balut dengan cerita miskomunikasi bersama teman Tuli bernama Nanda. Namun sampai sekarang aku belum menceritakan bagaimana akhir dari proses magang tersebut. Alhamdulillah magang sudah selesai dan tuntas, tercatat pelaksanaan sidang laporan magang dilaksanakan pada tanggal 4 Januari 2023 kemarin. Banyak sekali pengalaman sekaligus pelajaran yang aku dapat, (rencana) perlahan aku paparkan satu-satu. Semoga saja dapat terlaksana.
Selain pengalaman, aku juga mendapatkan kesempatan yakni untuk menangi atau menyaksikan kejadian di tahun 2023 nantinya. Semoga di tahun ini, banyak kemanfaatan sekaligus pelajaran yang aku dapatkan. Dimulai bulan Februari, aku mendapatkan kesempatan untuk bergabung dalam proyek yang dikerjakan para santri Pondok Pesantren Putra Al Fattah Kudus yakni proses penulisan buku bibliografi. Semoga proses penyusunannya dimudahkan sampai selesai dan diwisuda dengan berkah. Ada banyak kejadian yang menanti untuk dihadapi, yang paling dekat adalah puasa Ramadhan. Semoga kita dapat menangi atau melaksanakan ibadah puasa di bulan Ramadhan sampai genap selesai.
Akhir kata, sampai ketemu di lain kesempatan atau tulisan. Hubungi aku melalui media sosial, omong-omong aku mengganti username Twitter sebagai bentuk revolusi di tahun 2023 ini. Semoga semakin lebih baik dan terus menjadi lebih baik.
0 komentar:
Posting Komentar