Smart Dalam Berkomunikasi Sosial - Pembekalan KKN 108 Sesi 1


Beberapa hari yang lalu, LPPM mengadakan kegiatan/acara berupa “Pembekalan KKN untuk angkatan 108” dan aku termasuk calon peserta KKN yang nanti melaksanakan pengabdian kepada masyarakat jadi ini beberapa pemaparan materinya.

Pembahasan merujuk kepada cara berkomunikasi dalam lingkup sosial. Aku mengikuti pembekalan di sesi pertama ini, karena dari topiknya merasa penting sekali untuk aku. Jadi sambil mendengarkan pemaparan materi oleh narasumber, aku mencatat, menulis ringkasan, penjelasan, selamat membaca.

 

Dalam pelaksanaan KKN memiliki prosedur yang harus dilalui, bila ada satu step yang hilang atau miss maka berakhir nilai KKN tidak dapat ter-input dengan sempurna atau malah benar-benar kosong. Bukan berarti melaksanakan KKN karena nilai, tapi semua sudah ada prosedurnya. Jadi,

  1. Pendaftaran Pra-KKN
  2. Mengurus administrasi, dapat berupa foto KKN
  3. Mengisi KRS, memastikan ada mata kuliah ‘KKN’ dalam KRS
  4. Pendaftaran KKN
  5. Dan, pelaksanaannya

Semua prosedur, langkah demi langkah harus dilaksanakan dengan seksama. Pada step pertama, semua pelajar perguruan tinggi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang hendak mengikuti KKN tahun ini sudah dipastikan mendaftar Pra-KKN terlebih dahulu sebagai pembuka untuk step berikutnya.

Setelah melaksanakan pendaftaran Pra-KKN, mengurus administrasi seperti foto KKN, LPPM mengadakan pembekalan KKN. Tujuannya (menurutku) adalah untuk memberikan beberapa materi yang berkaitan dengan apa saja yang harus diketahui, disadari dalam pelaksanaan KKN. Tentunya materi pemaparannya berkaitan dengan ilmu sosial, kerja tim, dan sebagainya. Pada sesi pertama topik yang sedang dibahas adalah Smart dalam Berkomunikasi Sosial.

 

Namanya KKN, pasti bertemu dengan orang banyak atau masyarakat. Berkenalan dengan adanya perbedaan, berbaur dengan kultur/budaya di tempat KKN, dan seterusnya. Tidak terlepas dengan istilah “bersosialisasi”. Bagi pelajar yang sudah terbiasa dengan ber-organisasi, pelaksanaan “bersosialisasi” seharusnya sudah mudah dilakukan. Namun untuk beberapa orang (contoh: aku), mungkin harus diberi pengarahan, pembelajaran, pengetahuan sebagai bekal guna nanti ketika sampai di lokasi tidak gagap atau bahkan diam-membisu karena tidak bisa berbaur antar warga atau bahkan besok dengan penghulu.

 


Lalu bagaimana memulai sebuah komunikasi dengan orang baru?

Ketika orang yang sudah pandai bersosialisasi ditanyakan hal tersebut, pasti jawabnya “Berkenalan lah!”. Namun sebagian orang mungkin dapat benar-benar bingung dan canggung untuk memulai komunikasi dengan orang baru atau komunitas baru.

Dalam berkomunikasi, khususnya dengan orang yang baru, narasumber memberikan gambaran dalam bentuk level.

  1. Basa-basi
  2. Membicarakan hal umum
  3. Minta pendapat tentang sesuatu
  4. Curhat
  5. Intim

Ok, sebelum jauh melangkah… aku perjelas, level komunikasi yang mungkin akan dicapai atau dihadapi dengan batas normal adalah mencapai level 3 atau 4. Lebih dari itu, sudah tidak bisa dikatakan “Komunikasi dengan Orang Baru”. Yah kali baru kenal beberapa menit, langsung bahas-bahas curhat. —tapi tetap mungkin sih, jadi jaga-jaga.

Awal mula untuk memulai komunikasi, relasi, jaringan antar kelompok atau masyarakat orang baru yang cocok adalah dengan berbasa-basi. Apa itu basa-basi?


Basa-basi (menurutku) diartikan sebagai kalimat atau perkataan yang memicu percakapan atau hanya sekedar menyapa, bertanya meskipun pertanyaan yang ditanyakan itu tidak berguna, remeh, atau sepele. Tujuan dari “berbasa-basi” umumnya untuk membuat suasana pertemuan/percakapan/berpapasan menjadi santai atau tidak dingin. Tips paling ampuh dalam memulai percakapan dengan orang baru adalah berbasa-basi.

Mengapa? Karena ketika bertemu dengan orang baru, kecil kemungkinannya kita/aku tahu apa yang dia suka atau yang tidak dia suka sehingga tidak mungkin ketika awal bertemu langsung loncat ke level dua “Membicarakan hal umum” kecuali bagi orang yang sudah terbiasa akan hal tersebut. Karena aku termasuk orang yang “susah memulai komunikasi dengan orang baru” maka aku belajar untuk menggunakan trik ini dalam memulai komunikasi dengan orang yang belum kenal.

Contoh basa-basi bermacam-macam, dapat berupa sapaan, atau sekedar menanyakan kabar walau berpapasan. Ingat, tujuan dari basa-basi adalah untuk membuat suasana menjadi santai. Lebih-lebih bila komunikan menjadi rensponsif, maka poin friendship (kalau dalam game) dengan orang baru tersebut akan meningkat sehingga proses komunikasi dapat lanjut ke level berikutnya.

Perlu diingat, dalam proses komunikasi tidak mungkin selalu berjalan lurus atau mulus. Ada kemungkinan komunikan menanggapi dengan tanggapan yang tidak diinginkan (negatif) atau malah tidak mendapatkan respon sama sekali. Jadi bila proses “basa-basi” mendapatkan respon positif maka proses komunikasi dapat lanjut ke tahap/level berikutnya, namun bila responnya negatif ya sudah nggak apa-apa.

Proses berbasa-basi bisa digunakan untuk mencari komunikan yang memiliki gelombang yang sama. Dari sikap basa-basi itulah untuk memicu komunikan cocok tidaknya pancingan komunikasi tersebut berlangsung. Karena komunikasi dapat berlangsung lancar bila kedua pihak ada keselarasan.

 


Bila komunikan merespon positif yang berarti dia memberikan tanggapan atau respon yang baik, atau bahkan memberikan feedback yang berkelanjutan maka proses memicu komunikasi dengan orang baru sudah terbilang berhasil. Sekali lagi, proses basa-basi untuk men-trigger komunikasi dengan orang baru. Setelah komunikan baru menerima maka lanjut ke level selanjutnya yakni “Membicarakan hal umum”.

Untuk lingkup komunikasi dengan orang baru pembicaraannya tidak perlu hal-hal berat. Semisal membahas tentang bitcoin harganya naik atau malah politik, membahas saja hal yang umum. Namanya sama-sama orang baru, belum tahu kesukaan atau hal yang tidak disukai, jadi tetap berhati-hati dalam berbicara pastinya.

Proses komunikasi pada fase “membicarakan hal umum” konsepnya sama dengan basa-basi. Bila komunikan memberikan respon yang positif (tertarik), maka lanjut ke tahap berikutnya. Dari fase “membicarakan hal umum” itu sudah terbentuk topik pembahasan yang hendak dibahas atau diobrolkan. Jadi tidak mungkin terjadi adanya kekosongan topik, kalau pun ada maka salah satu pihak akan mencari topik pembicarakan. Bila tidak ada, maka itu namanya nggak komunikasi tapi nggak saling kenal.

Dalam kegiatan KKN diharapkan sudah sampai ke level tiga secara minimal, standarnya (menurutku) adalah level empat yakni “Curhat”. Karena kecil kemungkinannya dalam pelaksanaan KKN tidak terjadi adanya konflik atau masalah sehingga pintar-pintar individu atau kelompok dalam mengurai masalah mencari solusi bersama dengan mewujudkan komunikasi yang lancar dan nyaman antara kedua belah pihak. Entah itu terhadap masyarakat, atau antar anggota kelompok.

 



Apabila terjadi hambatan komunikasi

Komunikasi is never flat, tidak selamanya mulus. Kalau pun terlihat mulus, bisa jadi akhir atau ending-nya akan membludak atau muncul semua permasalahan yang menyebabkan proyek menjadi kacau. Namanya miskomunikasi, aku secara pribadi pernah mengalami ini, dan itu merupakan tragedi.

Komunikasi yang tidak berjalan lurus maka harus dianalisisa penyebab apa pesan atau proses komunikasi menjadi tidak lancar atau terhambat. Hal tersebut dapat terjadi bila ada komponen yang salah/gagal dalam menyampaikan/menerima pesan, atau pesan yang disampaikan tidak dapat dipahami.

Hambatan komunikasi sering terjadi dalam dunia internet, ber-media sosial. Apalagi sekarang hampir semua berjalan secara daring, sehingga meminimalisir komunikasi secara langsung (tatap muka) diganti dengan secara teks saja. Padahal komunikasi yang mengandalkan secara teks saja dapat memicu terjadinya hambatan komunikasi yang berujung salah paham atau lebih buruk.

Contoh masalah komunikasi yang aku alami, terjadi secara daring pernah aku curah-tuliskan dalam blog. Berikut linknya klik di sini

Komponen dalam berkomunikasi antara lain :

  1. Komunikator (yang menyampaikan pesan)
  2. Komunikan (yang menerima pesan)
  3. Pesan (isi informasi yang hendak disampaikan)
  4. Media (perantara, alat sebagai mediator)
  5. Feedback (timbal balik/respon dari komunikan atas pesan/informasi yang diterima)

Jadi bila terjadi hambatan komunikasi yang berujung masalah, maka harus dicek. Komponen manakah yang terjadi kesalahan. Jangan langsung ikut hanyut dalam masalah tersebut.

Contohnya dalam pelaksanaan KKN, program kerja (misalnya). Terjadi ketidaksinkron-an antara anggota dengan kepala desa maka harus diketahui bagian/komponen manakah yang salah.

  • Apakah surat/informasi pesan kurang jelas?
  • Apakah si-A dalam menyampaikan kurang jelas?
  • Apakah respon dari penerima menolak, tetapi tidak disampaikan kepada si-A?
  • Apakah media pesan yang dikirim tidak berhasil sampai ke penerima?
  • Dan seterusnya,

Jadi tidak perlu saling menyalahkan, saling mengkritisi karena menghabiskan waktu.

 

Bagaimana Menghadapi Perbedaan?



Pemaparan selanjutnya “Smart dalam Berkomunikasi Sosial” adalah menghadapi perbedaan, persepsi dalam berkomunikasi. Jangankan masyarakat, dalam kelompok KKN itu memiliki pribadi yang berbeda. Kecuali mereka yang melaksanakan KKN secara mandiri dengan anggota kelompok yang sudah direncanakan sebelumnya, tetapi walau pun begitu pasti ada perbedaan yang baru terkuak ketika pelaksanaan KKN.

Perbedaan muncul karena persepsi yang berbeda. Dari perbedaan tersebut maka harus berhati-hati dalam berkomunikasi. Perlu diingat, setiap peristiwa itu netral, tinggal bagaimana kita menanggapi. Oleh karena itu harus pintar menganalisa situasi/peristiwa dengan berpikir jernih. Perlu diingat sekali lagi (buat aku juga) bahwa kita/aku sudah dewasa, maka ketahuilah kata-kata tersebut bersifat netral.

Namanya sudah dewasa maka sudah harus bisa pintar memilah, menanggapi situasi bila terjadi hambatan atau perbedaan dalam berkomunikasi. Ya kali KKN sebentar saja kok, ndak perlu dibikin susah. “Buat kenangan yang baik.” Ujar Ibu narasumber kemarin (aku lupa namanya).

 

Emotional State/Keadaan Emosi


Setelah diberi penjelasan bagaimana menghadapi perbedaan, dilanjutkan dengan pemaparan bagaimana mengendalikan emosi. Bila dipetakan maka diibaratkan sebagai berikut,

Mengendalikan Emosi Membingkai Peristiwa

Membingkai Peristiwa Mengendalikan Emosi

Bila bisa mengendalikan emosi = berpikir jernih = dapat berpikir yang “memberdayakan”

Membingkai peristiwa diartikan kemampuan seorang dapat memetakan permasalahan/peristiwa yang sedang terjadi sehingga tahu mana yang harus diperbaiki/dievaluasi/dipelajar. Dari istilah membingkai tersebut itulah (menurutku) diartikan mengingat peristiwa yang dialami guna diperbaiki/dievaluasi/dipelajar.

Untuk dapat mengambil hikmah dari suatu peristiwa maka perlu kemampuan mengendalikan emosi. Karena peristiwa dalam lingkup ini rata-rata cenderung negatif, contoh adanya konflik yang terjadi lalu dapat mencari solusi jalan keluar. Maka diperlukan pikiran yang jernih untuk dapat mencari solusi atau jalan tengah guna menyelesaikan permasalahan yang sedang terjadi.

Tidak mungkin seorang dengan kondisi emosional yang tidak stabil, kurang baik dapat mengatasi masalah tanpa menimbulkan masalah. Efek dari manajemen emosi yang kurang baik :

  1. Mudah marah
  2. Perilaku menyimpang

Oleh karena itu dalam pelaksanaan KKN, dijelaskan perlunya mengelola emosi dengan baik. Permasalahan pasti terjadi, namun bagaimana kita dalam menyingkapi. Perlu diingat, emosi itu bisa menular. Ketika ada teman yang emosinya sedang tidak baik? Ada baiknya untuk dibantu menenangkan emosi, namun bila individu sendiri lemah secara emosional lebih baik lagi tidak ikut campur.

 

Memilah Masalah, Fleksibel dalam Tindakan


Namanya KKN (sekali lagi) banyak orang baru, lingkungan yang baru… hal-hal yang tidak jadi prinsip, tidak perlu menjadi perdebatan. Hidup tidak perlu saling tegang, fokus pada yang diurus sendiri-sendiri dalam hal prinsip.

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, anggota KKN memiliki pribadi yang berbeda-beda. Begitu juga dengan prinsip, alangkah baiknya kita/aku/kamu dalam pelaksanaannya nanti harus memiliki sifat fleksibel dan pandai memilah masalah. Mana yang harus dipikir, mana yang tidak (atau bahkan tidak perlu) dipikir. KKN hanya satu sampai dua bulan, tidak perlu merajut kekesalan yang berujung panjang.

Oleh karena itu, kita/aku/kamu para calon KKN nanti harus pintar, berpikir leluasa dalam mencari solusi. Begitu juga bersikap fleksibel atau tidak kaku, gunakan kata berikut sebagai mind-set yang mungkin berguna

“Kita tidak perlu mengubah orang lain. Fokus mengubah diri sendiri saja.”

 

Perlunya Komunikasi Persuasif


Ada sangkut-pautnya dengan bagaimana cara menyampaikan yang baik.

KKN dalam program kerjanya pasti melibatkan warga/masyarakat sekitar, kalau pun dikerjakan (kelompok) sendiri maka akan maha-berat. Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya pasti membutuhkan bantuan ulur-tangan dari warga sekitar untuk turut membantu merealisasikan program kerja yang dilaksanakan. Lantas bagaimana cara kita/aku/kamu para calon KKN nanti dalam ‘merayu’ atau menyampaikan pesan yang baik dengan tujuan ‘persuasif’ atau mengajak’?

Bagaimana agar komunikasi (persuasif) mudah diterima, ada lima langkah :

  1. Menentukan tujuan pesan dengan jelas
  2. Harapan atau ekspektasinya apa dari pesan tersebut
  3. Cara penyampaiannya fleksibel, tidak menggunakan kalimat atau kata paksaan
  4. Menggunakan kata-kata yang berpengaruh & singkat
  5. Inti pesan dengan faktor kritis secara persuasif

Contoh yang disampaikan oleh narasumber adalah sebagai berikut. Semisal salah satu program kerja KKN adalah mengajak warga untuk membersihkan selokan. Maka anggota harus dapat membuat pesan persuasif untuk mengajak warga supaya dapat turut berpartisipasi atas program kerja tersebut.

Cara penyampaiannya tidak dianjurkan merujuk secara langsung akan lingkungan yang kumuh. Melainkan menggunakan langkah kedua, yakni memberikan gambaran apabila jalan sekitar tidak berbau busuk dari bau selokan tersebut. Tentunya menggunakan cara penyampaian yang fleksibel, dengan kata-kata yang berpengaruh.

Sangat tidak dianjurkan menggunakan kata/kalimat yang cenderung mementingkan kepentingan pribadi/kelompok. Semisal menyangkut dengan program kerja, atau kata apapun yang merujuk pada nilai akademis KKN tersebut. Bila benar-benar nekat dilakukan, responnya bisa jadi negatif atau bahkan menolak sama sekali.

 

Model Caldini (Caldini’s Way)

Berikut beberapa langkah atau metode dalam berkomunikasi sosial menurut Caldini,

Reciprocity

Seorang akan tertarik untuk mengikuti ide yang disampaikan ketika sebelumnya sudah memberikan kebaikan. Kita menyebutnya ‘balas budi’. Prinsip yang layak dikenang adalah memberi dahulu, ambil setelahnya. Strategi reciprocity sudah banyak diterapkan. Contoh para blogger dunia yang memberikan bonus gratis kepada pembaca/pengunjung berupa e-course, e-book, atau e-tools yang berguna.

Small Commitment-Consistent

Untuk mendapatkan komitmen yang besar dari konsumen/pelanggan, maka diawali dengan tawaran yang mengambil langkah komitmen kecil. Karena pada dasarnya orang suka dipercaya & diberikan kepercayaan melakukan hal yang kecil namun konsisten. Model pendekatan seperti ini dilakukan para salesman dalam memasarkan produk, melalui komitmen atau iklan kecil pembeli akan lebih tertarik dan pelan-pelan komitmen akan produk tersebut bertambah besar.

Liking

Adalah metode pendekatan dengan orang melalui apa yang disukainya.

Penerapan ini efektif dilakukan pada media sosial guna membangun proses liking tersebut. Sepanjang sebuah akun media sosial menghadirkan konten yang bermanfaat, maka warga-net akan memberikan sumbangsih berupa pengikut atau like. Dari hal tersebut itulah merupakan potensi dari customers.

Scarcity Effect

Adalah aura bahwa produk yang digunakan merupakan produk ekslusif, terbatas. Alasan-alasan tersebut menyebabkan produk semakin diburu oleh pembeli. Pengaruh scarcity dapat dibangun dengan cara menciptakan seri produk tertentu, menjual item dengan jumlah tebatas, atau memproduksi barang (item) tertentu sengaja diproduksi secara terbatas.

Authority

Orang akan tergerak ketika dipengaruhi oleh pihak otoritas yang banyak memengaruhinya. Contoh: idola, orang-orang hebat dan sukses, pemikir terkenal, dan lain-lain.

 

Beberapa metode menurut Caldini tidak semua dapat diterapkan penuh dalam pelaksanaan KKN, namun pendekatan komunikasi sosialnya sebagian dapat diterapkan. Contoh dalam mencari relasi atau mengambil hati (komunikasi) dengan warga tempat KKN. Intinya fleksibel, pintar-pintar kita para calon KKN dalam bersosialisasi.

 

4 Kebutuhan Manusia


Penjelasan akhir pembekalan sesi pertama ditutup dengan empat pemetaan penting/meta/vital.

  1. Didengar oleh karena itu, ketika kita tidak tahu maka bertanya. Mendengarkan penjelasannya sudah menjadi kenyamanan bagi narasumber atau orang yang ditanyai
  2. Dimengerti empati, peka, sensitif, sadar. Ketika terlihat kesusahan maka harus dimengerti bahwa ia sedang kesusahan maka ulurkan tangan untuk membantu (empati)
  3. Dihargai pujian merupakan komponen penting, sangat menunjang dalam berkomunikasi. Meskipun dalam hal kecil, bentuk apresiasi dalam hal apapun sangat diperlukan. Dari apresiasi itulah bentuk manusia dihargai oleh sesama
  4. Dianggap penting memperlakukan semua orang sebaik mungkin, semua sama tidak ada yang berbeda. Memiliki kepentingan, dan tidak boleh diabaikan.

 

Kesimpulan

Smart dalam Berkomunikasi Sosial merupakan materi pembekalan yang sangat penting, khususnya pelajar yang memiliki kelemahan dalam sosialisasi. Secara jujur, aku memiliki kelemahan dalam hal tersebut. Jadi aku menyadari kelemahan tersebut, maka aku harus belajar bagaimana membangun komunikasi sosial yang baik. Karena pada akhirnya aku juga harus mengembangkan kemampuan tersebut guna kelak terjun kepada masyarakat secara langsung setelah lulus, dan semoga.

Program KKN dilaksanakan sebagai bentuk khidmah, pengabdian, bakti terhadap masyarakat. Bukan karena nilai saja, malah manfaatnya lebih banyak didapatkan apabila pelaksanaan KKN berlangsung khidmah atau seru. Jadi semoga lancar, tidak ada halangan melintang.

 

Bila pengunjung, pembaca mendapati keterangan yang salah, miss maka segera lapor untuk saya revisi secepatnya. Agar tidak memberikan informasi yang salah, sesat, menyesatkan wkwk.

 

CONVERSATION

0 komentar: