Beberapa hari yang lalu, LPPM mengadakan kegiatan/acara berupa “Pembekalan KKN untuk angkatan 108” dan aku termasuk calon peserta KKN yang nanti melaksanakan pengabdian kepada masyarakat jadi ini beberapa pemaparan materinya.
Pembahasan
merujuk kepada cara berkomunikasi dalam lingkup sosial. Aku mengikuti
pembekalan di sesi pertama ini, karena dari topiknya merasa penting sekali
untuk aku. Jadi sambil mendengarkan pemaparan materi oleh narasumber, aku
mencatat, menulis ringkasan, penjelasan, selamat membaca.
Dalam pelaksanaan KKN memiliki prosedur yang harus dilalui, bila ada satu step yang hilang atau miss maka berakhir nilai KKN tidak dapat ter-input dengan sempurna atau malah benar-benar kosong. Bukan berarti melaksanakan KKN karena nilai, tapi semua sudah ada prosedurnya. Jadi,
- Pendaftaran Pra-KKN
- Mengurus administrasi, dapat berupa foto KKN
- Mengisi KRS, memastikan ada mata kuliah ‘KKN’ dalam KRS
- Pendaftaran KKN
- Dan, pelaksanaannya
Semua
prosedur, langkah demi langkah harus dilaksanakan dengan seksama. Pada step
pertama, semua pelajar perguruan tinggi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang
hendak mengikuti KKN tahun ini sudah dipastikan mendaftar Pra-KKN terlebih
dahulu sebagai pembuka untuk step berikutnya.
Setelah
melaksanakan pendaftaran Pra-KKN, mengurus administrasi seperti foto KKN, LPPM
mengadakan pembekalan KKN. Tujuannya (menurutku) adalah untuk memberikan
beberapa materi yang berkaitan dengan apa saja yang harus diketahui, disadari
dalam pelaksanaan KKN. Tentunya materi pemaparannya berkaitan dengan ilmu
sosial, kerja tim, dan sebagainya. Pada sesi pertama topik yang sedang dibahas
adalah Smart dalam Berkomunikasi Sosial.
Namanya
KKN, pasti bertemu dengan orang banyak atau masyarakat. Berkenalan dengan
adanya perbedaan, berbaur dengan kultur/budaya di tempat KKN, dan seterusnya.
Tidak terlepas dengan istilah “bersosialisasi”. Bagi pelajar yang sudah
terbiasa dengan ber-organisasi, pelaksanaan “bersosialisasi” seharusnya sudah
mudah dilakukan. Namun untuk beberapa orang (contoh: aku), mungkin harus diberi
pengarahan, pembelajaran, pengetahuan sebagai bekal guna nanti ketika sampai di
lokasi tidak gagap atau bahkan diam-membisu karena tidak bisa berbaur antar
warga atau bahkan besok dengan penghulu.
Lalu bagaimana memulai
sebuah komunikasi dengan orang baru?
Ketika
orang yang sudah pandai bersosialisasi ditanyakan hal tersebut, pasti jawabnya
“Berkenalan lah!”. Namun sebagian orang mungkin dapat benar-benar
bingung dan canggung untuk memulai komunikasi dengan orang baru atau komunitas
baru.
Dalam berkomunikasi, khususnya dengan orang yang baru, narasumber memberikan gambaran dalam bentuk level.
- Basa-basi
- Membicarakan hal umum
- Minta pendapat tentang sesuatu
- Curhat
- Intim
Ok, sebelum
jauh melangkah… aku perjelas, level komunikasi yang mungkin akan dicapai
atau dihadapi dengan batas normal adalah mencapai level 3 atau 4. Lebih dari
itu, sudah tidak bisa dikatakan “Komunikasi dengan Orang Baru”. Yah kali baru
kenal beberapa menit, langsung bahas-bahas curhat. —tapi tetap mungkin sih,
jadi jaga-jaga.
Awal mula
untuk memulai komunikasi, relasi, jaringan antar kelompok atau masyarakat orang
baru yang cocok adalah dengan berbasa-basi. Apa itu basa-basi?
Basa-basi
(menurutku) diartikan sebagai kalimat atau perkataan yang memicu percakapan
atau hanya sekedar menyapa, bertanya meskipun pertanyaan yang ditanyakan itu
tidak berguna, remeh, atau sepele. Tujuan dari “berbasa-basi” umumnya untuk
membuat suasana pertemuan/percakapan/berpapasan menjadi santai atau tidak
dingin. Tips paling ampuh dalam memulai percakapan dengan orang baru adalah berbasa-basi.
Mengapa?
Karena ketika bertemu dengan orang baru, kecil kemungkinannya kita/aku tahu apa
yang dia suka atau yang tidak dia suka sehingga tidak mungkin ketika awal
bertemu langsung loncat ke level dua “Membicarakan hal umum” kecuali bagi orang
yang sudah terbiasa akan hal tersebut. Karena aku termasuk orang yang “susah
memulai komunikasi dengan orang baru” maka aku belajar untuk menggunakan trik
ini dalam memulai komunikasi dengan orang yang belum kenal.
Contoh basa-basi
bermacam-macam, dapat berupa sapaan, atau sekedar menanyakan kabar walau
berpapasan. Ingat, tujuan dari basa-basi adalah untuk membuat suasana menjadi
santai. Lebih-lebih bila komunikan menjadi rensponsif, maka poin friendship
(kalau dalam game) dengan orang baru tersebut akan meningkat sehingga proses
komunikasi dapat lanjut ke level berikutnya.
Perlu
diingat, dalam proses komunikasi tidak mungkin selalu berjalan lurus atau
mulus. Ada kemungkinan komunikan menanggapi dengan tanggapan yang tidak
diinginkan (negatif) atau malah tidak mendapatkan respon sama sekali. Jadi bila
proses “basa-basi” mendapatkan respon positif maka proses komunikasi dapat
lanjut ke tahap/level berikutnya, namun bila responnya negatif ya sudah nggak
apa-apa.
Proses
berbasa-basi bisa digunakan untuk mencari komunikan yang memiliki gelombang
yang sama. Dari sikap basa-basi itulah untuk memicu komunikan cocok tidaknya pancingan
komunikasi tersebut berlangsung. Karena komunikasi dapat berlangsung lancar
bila kedua pihak ada keselarasan.
Bila
komunikan merespon positif yang berarti dia memberikan tanggapan atau respon
yang baik, atau bahkan memberikan feedback yang berkelanjutan maka
proses memicu komunikasi dengan orang baru sudah terbilang berhasil. Sekali lagi,
proses basa-basi untuk men-trigger komunikasi dengan orang baru. Setelah
komunikan baru menerima maka lanjut ke level selanjutnya yakni “Membicarakan
hal umum”.
Untuk
lingkup komunikasi dengan orang baru pembicaraannya tidak perlu hal-hal berat.
Semisal membahas tentang bitcoin harganya naik atau malah politik, membahas
saja hal yang umum. Namanya sama-sama orang baru, belum tahu kesukaan atau hal
yang tidak disukai, jadi tetap berhati-hati dalam berbicara pastinya.
Proses
komunikasi pada fase “membicarakan hal umum” konsepnya sama dengan basa-basi.
Bila komunikan memberikan respon yang positif (tertarik), maka lanjut ke tahap
berikutnya. Dari fase “membicarakan hal umum” itu sudah terbentuk topik
pembahasan yang hendak dibahas atau diobrolkan. Jadi tidak mungkin terjadi
adanya kekosongan topik, kalau pun ada maka salah satu pihak akan mencari topik
pembicarakan. Bila tidak ada, maka itu namanya nggak komunikasi tapi nggak
saling kenal.
Dalam
kegiatan KKN diharapkan sudah sampai ke level tiga secara minimal, standarnya
(menurutku) adalah level empat yakni “Curhat”. Karena kecil kemungkinannya
dalam pelaksanaan KKN tidak terjadi adanya konflik atau masalah sehingga
pintar-pintar individu atau kelompok dalam mengurai masalah mencari solusi
bersama dengan mewujudkan komunikasi yang lancar dan nyaman antara kedua belah
pihak. Entah itu terhadap masyarakat, atau antar anggota kelompok.
Apabila terjadi hambatan
komunikasi
Komunikasi
is never flat, tidak selamanya mulus. Kalau pun terlihat mulus, bisa jadi akhir
atau ending-nya akan membludak atau muncul semua permasalahan
yang menyebabkan proyek menjadi kacau. Namanya miskomunikasi, aku secara
pribadi pernah mengalami ini, dan itu merupakan tragedi.
Komunikasi
yang tidak berjalan lurus maka harus dianalisisa penyebab apa pesan atau proses
komunikasi menjadi tidak lancar atau terhambat. Hal tersebut dapat terjadi bila
ada komponen yang salah/gagal dalam menyampaikan/menerima pesan, atau pesan
yang disampaikan tidak dapat dipahami.
Hambatan komunikasi
sering terjadi dalam dunia internet, ber-media sosial. Apalagi sekarang hampir
semua berjalan secara daring, sehingga meminimalisir komunikasi secara langsung
(tatap muka) diganti dengan secara teks saja. Padahal komunikasi yang
mengandalkan secara teks saja dapat memicu terjadinya hambatan komunikasi yang
berujung salah paham atau lebih buruk.
Contoh
masalah komunikasi yang aku alami, terjadi secara daring pernah aku
curah-tuliskan dalam blog. Berikut linknya klik di sini
Komponen dalam berkomunikasi antara lain :
- Komunikator (yang menyampaikan pesan)
- Komunikan (yang menerima pesan)
- Pesan (isi informasi yang hendak disampaikan)
- Media (perantara, alat sebagai mediator)
- Feedback (timbal balik/respon dari komunikan atas pesan/informasi yang diterima)
Jadi bila
terjadi hambatan komunikasi yang berujung masalah, maka harus dicek. Komponen
manakah yang terjadi kesalahan. Jangan langsung ikut hanyut dalam masalah
tersebut.
Contohnya dalam pelaksanaan KKN, program kerja (misalnya). Terjadi ketidaksinkron-an antara anggota dengan kepala desa maka harus diketahui bagian/komponen manakah yang salah.
- Apakah surat/informasi pesan kurang jelas?
- Apakah si-A dalam menyampaikan kurang jelas?
- Apakah respon dari penerima menolak, tetapi tidak disampaikan kepada si-A?
- Apakah media pesan yang dikirim tidak berhasil sampai ke penerima?
- Dan seterusnya,
Jadi tidak
perlu saling menyalahkan, saling mengkritisi karena menghabiskan waktu.
Bagaimana Menghadapi
Perbedaan?
Perbedaan
muncul karena persepsi yang berbeda. Dari perbedaan tersebut maka harus
berhati-hati dalam berkomunikasi. Perlu diingat, setiap peristiwa itu netral,
tinggal bagaimana kita menanggapi. Oleh karena itu harus pintar menganalisa
situasi/peristiwa dengan berpikir jernih. Perlu diingat sekali lagi (buat aku
juga) bahwa kita/aku sudah dewasa, maka ketahuilah kata-kata tersebut bersifat
netral.
Namanya
sudah dewasa maka sudah harus bisa pintar memilah, menanggapi situasi bila
terjadi hambatan atau perbedaan dalam berkomunikasi. Ya kali KKN sebentar saja
kok, ndak perlu dibikin susah. “Buat kenangan yang baik.” Ujar Ibu narasumber
kemarin (aku lupa namanya).
Emotional State/Keadaan
Emosi
Setelah diberi penjelasan bagaimana menghadapi perbedaan, dilanjutkan dengan pemaparan bagaimana mengendalikan emosi. Bila dipetakan maka diibaratkan sebagai berikut,
Mengendalikan
Emosi → Membingkai Peristiwa
Membingkai
Peristiwa → Mengendalikan Emosi
Bila bisa
mengendalikan emosi = berpikir jernih = dapat berpikir yang “memberdayakan”
Membingkai
peristiwa diartikan kemampuan seorang dapat memetakan permasalahan/peristiwa
yang sedang terjadi sehingga tahu mana yang harus
diperbaiki/dievaluasi/dipelajar. Dari istilah membingkai tersebut itulah
(menurutku) diartikan mengingat peristiwa yang dialami guna
diperbaiki/dievaluasi/dipelajar.
Untuk dapat
mengambil hikmah dari suatu peristiwa maka perlu kemampuan mengendalikan emosi.
Karena peristiwa dalam lingkup ini rata-rata cenderung negatif, contoh adanya
konflik yang terjadi lalu dapat mencari solusi jalan keluar. Maka diperlukan
pikiran yang jernih untuk dapat mencari solusi atau jalan tengah guna
menyelesaikan permasalahan yang sedang terjadi.
Tidak mungkin seorang dengan kondisi emosional yang tidak stabil, kurang baik dapat mengatasi masalah tanpa menimbulkan masalah. Efek dari manajemen emosi yang kurang baik :
- Mudah marah
- Perilaku menyimpang
Oleh karena
itu dalam pelaksanaan KKN, dijelaskan perlunya mengelola emosi dengan baik. Permasalahan
pasti terjadi, namun bagaimana kita dalam menyingkapi. Perlu diingat, emosi itu
bisa menular. Ketika ada teman yang emosinya sedang tidak baik? Ada baiknya
untuk dibantu menenangkan emosi, namun bila individu sendiri lemah
secara emosional lebih baik lagi tidak ikut campur.
Memilah Masalah, Fleksibel
dalam Tindakan
Namanya KKN (sekali lagi) banyak orang baru, lingkungan yang baru… hal-hal yang tidak jadi prinsip, tidak perlu menjadi perdebatan. Hidup tidak perlu saling tegang, fokus pada yang diurus sendiri-sendiri dalam hal prinsip.
Seperti
yang sudah dijelaskan sebelumnya, anggota KKN memiliki pribadi yang
berbeda-beda. Begitu juga dengan prinsip, alangkah baiknya kita/aku/kamu dalam
pelaksanaannya nanti harus memiliki sifat fleksibel dan pandai memilah masalah.
Mana yang harus dipikir, mana yang tidak (atau bahkan tidak perlu) dipikir. KKN
hanya satu sampai dua bulan, tidak perlu merajut kekesalan yang berujung
panjang.
Oleh karena
itu, kita/aku/kamu para calon KKN nanti harus pintar, berpikir leluasa dalam
mencari solusi. Begitu juga bersikap fleksibel atau tidak kaku, gunakan kata
berikut sebagai mind-set yang mungkin berguna
“Kita tidak
perlu mengubah orang lain. Fokus mengubah diri sendiri saja.”
Perlunya Komunikasi
Persuasif
Ada sangkut-pautnya dengan bagaimana cara menyampaikan yang baik.
KKN dalam
program kerjanya pasti melibatkan warga/masyarakat sekitar, kalau pun
dikerjakan (kelompok) sendiri maka akan maha-berat. Oleh karena itu, dalam
pelaksanaannya pasti membutuhkan bantuan ulur-tangan dari warga sekitar untuk
turut membantu merealisasikan program kerja yang dilaksanakan. Lantas bagaimana
cara kita/aku/kamu para calon KKN nanti dalam ‘merayu’ atau menyampaikan pesan
yang baik dengan tujuan ‘persuasif’ atau mengajak’?
Bagaimana agar komunikasi (persuasif) mudah diterima, ada lima langkah :
- Menentukan tujuan pesan dengan jelas
- Harapan atau ekspektasinya apa dari pesan tersebut
- Cara penyampaiannya fleksibel, tidak menggunakan kalimat atau kata paksaan
- Menggunakan kata-kata yang berpengaruh & singkat
- Inti pesan dengan faktor kritis secara persuasif
Contoh yang
disampaikan oleh narasumber adalah sebagai berikut. Semisal salah satu program
kerja KKN adalah mengajak warga untuk membersihkan selokan. Maka anggota harus
dapat membuat pesan persuasif untuk mengajak warga supaya dapat turut
berpartisipasi atas program kerja tersebut.
Cara
penyampaiannya tidak dianjurkan merujuk secara langsung akan lingkungan yang
kumuh. Melainkan menggunakan langkah kedua, yakni memberikan gambaran apabila
jalan sekitar tidak berbau busuk dari bau selokan tersebut. Tentunya
menggunakan cara penyampaian yang fleksibel, dengan kata-kata yang berpengaruh.
Sangat
tidak dianjurkan menggunakan kata/kalimat yang cenderung mementingkan
kepentingan pribadi/kelompok. Semisal menyangkut dengan program kerja, atau
kata apapun yang merujuk pada nilai akademis KKN tersebut. Bila benar-benar
nekat dilakukan, responnya bisa jadi negatif atau bahkan menolak sama sekali.
Model Caldini (Caldini’s
Way)
Berikut
beberapa langkah atau metode dalam berkomunikasi sosial menurut Caldini,
Reciprocity
Seorang
akan tertarik untuk mengikuti ide yang disampaikan ketika sebelumnya sudah
memberikan kebaikan. Kita menyebutnya ‘balas budi’. Prinsip yang layak dikenang
adalah memberi dahulu, ambil setelahnya. Strategi reciprocity
sudah banyak diterapkan. Contoh para blogger dunia yang memberikan bonus
gratis kepada pembaca/pengunjung berupa e-course, e-book, atau e-tools
yang berguna.
Small
Commitment-Consistent
Untuk
mendapatkan komitmen yang besar dari konsumen/pelanggan, maka diawali dengan
tawaran yang mengambil langkah komitmen kecil. Karena pada dasarnya orang
suka dipercaya & diberikan kepercayaan melakukan hal yang kecil namun
konsisten. Model pendekatan seperti ini dilakukan para salesman dalam
memasarkan produk, melalui komitmen atau iklan kecil pembeli akan lebih
tertarik dan pelan-pelan komitmen akan produk tersebut bertambah besar.
Liking
Adalah
metode pendekatan dengan orang melalui apa yang disukainya.
Penerapan
ini efektif dilakukan pada media sosial guna membangun proses liking
tersebut. Sepanjang sebuah akun media sosial menghadirkan konten yang
bermanfaat, maka warga-net akan memberikan sumbangsih berupa pengikut atau like.
Dari hal tersebut itulah merupakan potensi dari customers.
Scarcity Effect
Adalah aura
bahwa produk yang digunakan merupakan produk ekslusif, terbatas. Alasan-alasan
tersebut menyebabkan produk semakin diburu oleh pembeli. Pengaruh scarcity
dapat dibangun dengan cara menciptakan seri produk tertentu, menjual item
dengan jumlah tebatas, atau memproduksi barang (item) tertentu sengaja
diproduksi secara terbatas.
Authority
Orang akan
tergerak ketika dipengaruhi oleh pihak otoritas yang banyak memengaruhinya.
Contoh: idola, orang-orang hebat dan sukses, pemikir terkenal, dan lain-lain.
Beberapa
metode menurut Caldini tidak semua dapat diterapkan penuh dalam pelaksanaan
KKN, namun pendekatan komunikasi sosialnya sebagian dapat diterapkan. Contoh
dalam mencari relasi atau mengambil hati (komunikasi) dengan warga tempat KKN.
Intinya fleksibel, pintar-pintar kita para calon KKN dalam bersosialisasi.
4 Kebutuhan Manusia
Penjelasan akhir pembekalan sesi pertama ditutup dengan empat pemetaan penting/meta/vital.
- Didengar → oleh karena itu, ketika kita tidak tahu maka bertanya. Mendengarkan penjelasannya sudah menjadi kenyamanan bagi narasumber atau orang yang ditanyai
- Dimengerti → empati, peka, sensitif, sadar. Ketika terlihat kesusahan maka harus dimengerti bahwa ia sedang kesusahan maka ulurkan tangan untuk membantu (empati)
- Dihargai → pujian merupakan komponen penting, sangat menunjang dalam berkomunikasi. Meskipun dalam hal kecil, bentuk apresiasi dalam hal apapun sangat diperlukan. Dari apresiasi itulah bentuk manusia dihargai oleh sesama
- Dianggap penting → memperlakukan semua orang sebaik mungkin, semua sama tidak ada yang berbeda. Memiliki kepentingan, dan tidak boleh diabaikan.
Kesimpulan
Smart
dalam Berkomunikasi Sosial merupakan materi pembekalan yang sangat penting, khususnya pelajar yang
memiliki kelemahan dalam sosialisasi. Secara jujur, aku memiliki kelemahan
dalam hal tersebut. Jadi aku menyadari kelemahan tersebut, maka aku harus
belajar bagaimana membangun komunikasi sosial yang baik. Karena pada akhirnya
aku juga harus mengembangkan kemampuan tersebut guna kelak terjun kepada
masyarakat secara langsung setelah lulus, dan semoga.
Program KKN
dilaksanakan sebagai bentuk khidmah, pengabdian, bakti terhadap masyarakat. Bukan
karena nilai saja, malah manfaatnya lebih banyak didapatkan apabila pelaksanaan
KKN berlangsung khidmah atau seru. Jadi semoga lancar, tidak ada halangan
melintang.
Bila pengunjung,
pembaca mendapati keterangan yang salah, miss maka segera lapor untuk
saya revisi secepatnya. Agar tidak memberikan informasi yang salah, sesat,
menyesatkan wkwk.
0 komentar:
Posting Komentar