Tentang Kelas Internasional



Seperti biasa, iamshidqi. Aku.

Sudah mau satu bulan ini, perkuliahan semester 5 dimulai dan... beberapa sambatan dan pusing saling mengiringi. Sedikit bercerita, aku sempat curhat ke beberapa teman tentang masalah kuliah dan hidup. Entah itu berkaitan dengan keluarga atau masalah internal wal eksternal. Tiap orang memiliki sudut pandang respon yang berbeda. Ada yang mendukung, ya ada juga yang mendukung tetapi dengan sudut pandang yang berbeda. Alhamdulillah mendapatkan respon positif membangun semua hehe.


Pertama, curhat dengan teman sesama seperjuangan kuliah.

Sama-sama menjadi mahasiswa, pastinya pernah menjadi maba, tetapi berbeda jurusan dan universitas. Bedanya jauh banget, bahkan aku sendiri ndak nyangka kalau dia bakal masuk ke jurusan yang... ibaratnya berbelok jauh dari apa yang dipelajari ketika masa-masa MA.

Responnya adalah tetap kuat alias strong, karena sudah mau menuju semester tua maka pikiran harus tua alias dewasa. Banyak kepentingan tetapi disamping banyaknya kesibukan, harus bisa menyempatkan mana ini hiburan dan mana tempat untuk serius belajar. Bisa beradaptasi dan terus melangkah maju meraih mimpi.

Apa yang dikatakan bener-bener relate sama saya. Karena (sekalian curhat ini) belakangan ini di semester 5, ada aja cobaan atau mungkin pikiran yang numpuk sehingga membikin pusing tiap malam sampai membuat susah tidur. Padahal apa yang dipikirkan itu berasal dari diri sendiri, pemicunya diri sendiri, yang sakit? Ya diri sendiri. Overthinking.

Temanku yang aku bisa menyebutnya dewasa yang ia sudah merubah mindset dan cara pola pikir dalam bersikap itu benar-benar berbeda, ada perkembangan (ndak degeneratif). Ada perbedaan ketika menjalani masa-masa se-MA.


Kedua, curhat dengan teman sepondok sesama santri.

Adalah suatu kenikmatan yang harus dan sangat harus aku syukuri karena sebagai santri dan menjalin silaturahmi bagaimanapun caranya dengan teman-teman sejawat santri sepondok. Apapun latar belakang tahun kemarin, itu dulu. Sekarang ya sekarang.

Aku berkesempatan untuk bercerita, share sekilas. Itupun yang menawarkan bercerita bukan saya, melainkan teman seperjuangan menjadi santri sampai saat ini. Aku husnudzon dia sudah mencapai ranah ma'rifat karena seperti, apa yang aku ucapkan. Apapun itu masalahnya, pasti ada solusinya. Misalpun nggak ada, pasti ada jalan tengah atau titik terang yang memberikan jawaban.

"Gimana Shid, kuliah e?"

"(terkekeh) menggila mas."

"Maksudne?"

"Menggila."

"Semester berapa sekarang ini kamu?"

"Lima."

Baru aja lima, belum tujuh, delapan, sembilan sampai infinity hitung sendiri. Aku mengira ia bakal menjawab seperti itu, aku sudah siap. Emang nyatanya kuliah itu pasti ada masalah, beban pikiran dan sebagainya. Itu seperti Sunnatullah.

"Oalah lima. Ono opo, piye-piye?"

"(tertawa pelan) Wes pokoknya sedang pusing-pusingnya ini."

"(tertawa senyum) Hahaha, gapopo. Wajar, umur segitu. Wajar..."

"Maksudne? Mas iki disamain kek pas aku masih mondok malah. Sekarang sudah kepala dua aku mas. Gimana yo..."

"Nah itu, makanya. Karena sudah kepala dua, wajar kalau mikir sampai memusingkan diri (tertawa). Kalau ndak mikir malah bahaya."

Yang dikatakan oleh temenku, si mas. Itu dalam, aku memahaminya setelah beberapa hari. Itupun karena terpaan pikiran lain kemudian kebetulan teringat dhawuh yang dituturkan. Kalau tidak berpikir, malah bahaya. Aku memahami bahwa aku harus bersyukur masih diberi kesempatan berpikir, yang berarti otak saya waras wkwk. Coba kalau enggak, bakal repot.


Kembali ke pembahasan utama, tentang kelas Internasional. Post ini memang awal bertemakan untuk membahas kelas internasional yang diterapkan mendadak kepada angkatan saya 19, tiba-tiba (atau mungkin sudah terencana, dan saya yang kudet? Mbuh lah wkwk). Kenapa kok malah menyinggung curhatan personal?


Semester 5 terasa berbeda.

"Sama-sama daring, sama aja."

"Iya, sama. Tetapi party membernya berubah semua."

Karena regrouping. Dari prodi, melakukan regrouping pada mahasiswa kelas A sampai C angkatan 19 dengan filter mereka yang mendapatkan nilai bagus pada mata kuliah bahasa Inggris, yangg akan dimasukkan atau dikelompokkan ulang di kelas A.

"Bagaimana dengan kelas A yang lawas?"

Ya, mereka juga kena regrouping. Misal mereka termasuk nominasi, ya tetap bertahan atau stay di kelas A. Namun bila knockdown, ya berati di-revive di kelas B atau C.


Dan, namaku termasuk.

Maksudnya termasuk regrouping, bukan malah stay di kelas C.

Antara bersyukur dan mengeluh. Maksudku ini beneran, jujur. Ketika membaca spreadsheet Excel yang dikirim oleh Kaprodi melalui grup Whatsapp yang menghimpun angkatan, mendapati namaku ternyata hilang dari daftar member kelas C (aku langsung melihat kelas C, memastikan nama saya ada di sana).

"Eh kok ngilang, gebelk."

Seriusan, aku kaget dan bingung. Apa yang terpikirkan adalah waduh, squad kacau!


Selama di semester 2-4, aku menjalin banyak teman (Amiin!). Berusaha menjalin komunikasi yang baik, apapun itu. Mempertahankan kekompakan meskipun sering miss dan hilang sementara tanpa kabar. Bahkan ketika tugas kelompok sekalipun, partner-nya itu... itu aja. Disamping sudah cocok, sudah paham sifat partner. Sehingga saling melengkapi, geger pusing itu easy biasa anjay.

Dan sekarang aku mendapatkan cobaan kesempatan untuk masuk ke kelas Internasional. Spesial banget ga sih? Harus, harus disyukuri. Seharusnya itu.


Namun karena kenolepan retard-nya saya sudah ascend tidak karuan. Tidak sebangku dengan teman separtner, apalagi sama doi. Itu pikiran kayak sudah kacau balau. Berikut percakapan yang tersirat lintas dalam pikiran:

"Nanti ketika kelompokan gimana?"

"Aduh, tugas kelompok yang ada model-model praktikum. Harus cari kelompok."

"Harus cari partner, harus cari partner! Tapi siapa?"

"Sifatku yang kaku kaktus, waduh waduh waduh!"

"Siapapun, tolong..."

Dan masih banyak lagi.

Sekali lagi aku kurang bersyukur, mendapatkan kesempatan tetapi malah dipikir pusing. Pikiran yang harusnya ndak perlu dipikir dan dibiarkan mengalir, eh malah dirunut seperti memikir judul skripsi (padahal mikir judul mungkin ngga seribet overthinking).


So, what's benefit being student in international class?

CONVERSATION

0 komentar: