Siklus Tidur, unstable



Apalagi kalau sudah bahasannya masalah effort atau upaya. Boleh jadi diantara yang ada atau tidak, paling sedikit upayanya dan belum terlihat. Memicu pertengkaran.


Semester 4 ini banyak cerita, hadiah, materi, ilmu. Semoga ae bisa diterapkan dikemudian hari esok. Mulai dari materi yang perlahan semakin susah, mikirnya ngga bisa modal lihat ppt, browsing internet, terus asal salin nan tempel, sampai semua kejutan yang sebagian sempat aku share dalam bentuk tulisan post yang tidak tertata rapi atau acak-acakan. Intinya full dan plus-plus.


Beberapa bilang kalau semester 4 ini masa-masa pertengahan. Mana pas lagi tengah/middle-nya kuliah, setengah perjalanan lalu masa-masa fun happy-nya menjadi mahasiswa. Wkwk, reko-reko atau macam-macam cara menikmati masa keindahan jadi mahasiswa. Ada yang ikut organisasi bejibun banyak, terus sambat. Ada yang milih nolep, fokus kuliah doang, sampai akhirnya skill yang berkembang berpusat pada satu keterampilan.

Tapi bukan itu yang jadi poin permasalahan.


Semenjak semester 4, aku sering over thinking sampai malam-malam, hingga ketika sedang mengerjakan tugas itu disambi over thinking. Nggk tahu kenapa, apa yang dipikirin, doi? Ndak, tapi ada sesuatu yang mungkin semua orang bakal mengalami.


Akhirat?

Ya. Ya, ya itu pasti.


Terus apa?

Ada pokoknya. Sampai akhirnya aku memberanikan diri untuk coba aktif di salah satu server Discord yang aku gabung. Ada sekitar 10 lebih server yang aku masuki, tapi sedikit dan jarang atau malah tidak aktif sama sekali di server tersebut.

Karena untuk mengusir rasa mikir dalem ini, ditambah juga mengganggu pikiran karena lagi mengerjakan tugas (kondisi sedang UAS), akhirnya milih cari tempat kamar yang banyak orangnya. Secara virtual.


Simpelnya aku join voice channel di salah satu server di Discord. Ibaratnya aku ikut nimbrung kalo ada yang sedang njagong di server komunitas.

Gembrebek? Emang.

Fokus? Enggak.

Lah terus?


Setidaknya aku seperti tidak sendiri. Wkwk, kalau gini rasanya menolak statemen bahwa sendirian atau solo itu tidak enak. Emang, tapi masalahnya kadang dalam komunitas itu sering ada yang nggak setipe atau sepemikiran. Maksudku kalau sepemikiran itu susah memang, tapi kalau tidak setipe terlebih tipikalnya itu berlawanan hasilnya malah jadinya pertengkaran batin.


Begini aku mengambarkannya dalam komunitas ada banyak tipe orang. Ada yang model taat aturan, mbluboh gila, diam tapi upaya banyak, atau malah banyak omong tapi upaya minus. Ya macam-macam.

Itu tipikal dalam simpelnya, tapi kalau lebih detil lagi. Misal, dalam komunitas.. nggak, nggak perlu komunitas deh. Pertemanan, itu pasti ada tipikal teman yang pelit.


Pelit apa? Bagi duit? Ndak. Tapi bagi jawaban atau sharing ilmu. Dan ia sering bekerja sendiri untuk mencapai target, dan kebetulannya target yang ia capai itu hampir semuanya berhasil. Jadi tidak jarang ia secara tidak langsung mendapat julukan 'Yang Paling Pintar', karena bisa memahami maksud dosen dan mengerjakan tugas nyaris sesuai apa yang diperintahkan.

Karena kepintaran, anugerah yang dimiliki ia terkena kutukan pengetahuan. Yakni memandang orang lain yang notabenenya 'Bodoh' atau lamban memahami materi, dipandang remeh. Sehingga kalau ada yang minta penjelasan apa yang dimaksudkan dosen, langsung cari alasan na-na-na.


Dimintai penjelasan aja ia nggak mau, apalagi contekan?


Tapi ada juga yang open-minded, sosial aktif, easy going. Namun masalah perkuliahan agak minus karena bingung. Warna-warni pokoknya.

Itu baru pertemanan sering jadi pertengkaran batin. Misal dimintai contekan terus bingung mau jawab apa, karena kondisi mengerjakan tugas yang notabenenya 'Susah anjay' terus ada kanca yang nonsense tanpa malu, langsung gas untuk meminta contekan jawaban.

Sedangkan kondisi batin menolak, seperti mikir "Aku sudah mengerjakan ini lama-lama, malah ada yang enak langsung cari instan wkwk." Ya, itu pasi terjadi. Tinggal pilih mana.



Kembali lagi ke semester 4, aku memang berniat untuk mereview kembali. Mengulas kembali apa yang terjadi di semester 4 ini. Karena, aku rasa sebentar lagi aku akan memasuki semester 5. Sudah memasuki zona yang konon serius dan awas. Banyak sekali tanggungan, mulai dari tanggungan hidup sampai kuliah, dan lainnya. Apapun itu pokoknya.

Sebelumnya, aku ingat teman pondok yang sama-sama sedang berjuang kuliah (kakak tingkat) bilang "Semester awal ki disenang-senangke dulu. Nanti kalau sudah akhiran repot." Ya, aku awalnya tidak paham maksudnya ini. Mungkin karena cara aku bersenang-senang itu emang unik. Maksudku, siapa yang di sini hiburannya adalah menulis bebas? Lmao.


Tapi statemen itu ada benarnya juga, bercermin dari aku semester 4 ini. Yang kondisinya ini aku hanya bergabung di satu organisasi. Ya, ada organisasi lain yang aku urus dan menjadi founder, yakni server Discord. Sisanya yakni sebagai relawan PLD (Pusat Layanan Difabel), malah sekarang jadi terbengkalai aktifitasku kacau dan nyaris tidak ter-track tentang siklus pendampingan.

Semester 4 ini benar jadi peralihan. Mungkin seperti hiperbola kali ya, emang. Ini tidak berlaku kalau mahasiswanya punya banyak koneksi. Berbeda untuk mereka yang solo-learning, solo-execise, --pokoknya yang solo-solo. Itu rasanya kerasa beban atau.. ya ini juga berlaku buat yang fokus kuliah juga sih.


Intinya banyak kejutan.

Mulai aku terpilih menjadi ketua panitia, mengerjakan tugas 3 bahasa sekaligus, main Linux tapi di Chrome, dan masih banyak lagi.

Semester 5, apa lagi?


CONVERSATION

0 komentar: