Aku Selesai Membaca ‘Paku Bumi Madrasah TBS’

Beberapa hari yang lalu, aku berhasil menyelesaikan satu buku bersejarah. Namanya ‘Paku Bumi Madrasah TBS’ Berisikan biografi 19 Masyayikh Madrasah NU TBS Kudus. Tentu isinya biografi, cerita bersejarah tentang para tokoh yang menjadi ‘paku bumi’ ibaratnya Beliau-beliaulah yang membantu dan menjadi tokoh bersejarah dalam Madrasah NU TBS Kudus tercinta. Ini tidak hanya Aliyah saja, tapi lingkupnya menyeluruh Madrasah NU TBS Kudus.

Kalau kalian stalk/membaca post blog-ku yang lawas, aku masih ingat menuliskan tentang materi pembekalan kelas 12 sebelum perpisahan atau kelulusan. Simpelnya madrasahku tercinta memberikan nasehat demi nasehat, pembelajaran yang berarti bermakna bakal berguna nanti ketika terjun ke masyarakat langsung. Meski pada hakikatnya, seketika lulus dari sekolah/madrasah itu hitungannya sudah terjun ke masyarakat. Karena notabenenya sudah lulus, kondisinya sudah tidak jadi pelajar tapi lebih dari itu. —Apalagi yang melanjutkan kuliah, malah naik pangkat sebagai mahasiswa.

Tapi jadi mahasiswa juga ada tanggungan yang mungkin bisa lebih besar dan memberatkan. Paling simpel adalah pola pikir/mindset. Lumrahnya seorang mahasiswa punya pemikiran yang dewasa, karena statusnya bukan sebagai siswa lagi tapi sebagai maha-siswa. Artinya bukan siswa biasa/kaleng-kaleng dong.

—Apalagi kalau sudah semester 4, tapi belom bikin karya/menghasilkan apa-apa.


Buku tersebut merupakan hadiah dari angkatan IKSAB 1440, merupakan doorprize dari panitia ketika acara buka bersama kemarin. Ndak kepikiran sebenarnya bisa memenangkan hadiah yang isinya bejibun manfaat dan pembelajaran tersebut, buku setebal 186 halaman tersebut baru selesai aku baca keseluruhan beberapa hari yang lalu.

(Kok tumben, ada semangat membaca? Biasanya kan, kan—)

Yoi, benar. Biasanya malas, tapi kebetulan aku berhasil membelokkan semangatku dari nge-game, menulis.. untuk menyempatkan diri membaca meski sedikit demi sedikit. Akhirnya paripurna, sampai ke halaman indeks. Karena juga sebenarnya free writing/menulis bebas sekalipun kalau kurang perbendaharaan kata, itu juga bakal tersendat. Meski hakikatnya itu menulis yang jan bener-bener bebas, tapi kalau idenya kurang ya sudah tulisannya mungkin tidak bisa dipahami.

Jadi, aku ingin memotivasi diri, menyemangati diri untuk memperbanyak membaca. Aku mungkin sudah menuliskan banyak sekali tulisan bebas nan ngawur yang aku unggah di medsos. Seperti blog dan twitter. Tapi dalam proses free writing itu ada namanya ‘Mengikat makna’. Penjelasan ini menyusul nanti wkwk.

 

Terlebih aku mendapatkan banyak cerita, manfaat, motivasi dari buku tersebut. Thanks to IKSAB PROGRAM KEAGAMAAN 2019 khususnya mas Amanu dan timnya yang sudah merangkum 19 biografi guru maha guru kita yang mungkin aku sendiri baru tahu sejarahnya setelah membaca buku dengan cover warna hijau tersebut. Buku tersebut dirangkum dengan simpel, tidak menggunakan kata-kata yang susah dipahami. Kalaupun susah, ada translatenya dalam bahasa Indonesia. Jadi siapapun yang membaca buku ini bisa paham, terlebih sumber yang disertakan juga jelas.

Dan lagi, nggak tahu kenapa. Biasanya ketika aku membaca buku, itu cepat bosan. Meski itu novel sekalipun, sampai novel yang banyak fanservisnya ya tetap aja mudah bosan. Kebetulan aku ada semangat yang kuat, semangat ingin tahu mengetahui biografi para guru/masyayikh Madrasah NU TBS Kudus sampai akhirnya bisa selesai dalam kurun waktu sepekan.

—Ya itu lama banget, lama. Aku akui itu.

Tidak ada komentar negatif dalam buku tersebut, ditulis rapi meski typo ada sedikit namun ditambal dengan ilmu dan banyak manfaat bagi siapapun yang membaca buku dengan kertas krem khas kertas yang dipakai dalam buku novel.


Yakin, penyusun pasti berjibaku untuk mencari informasi tiap biografi yang tertera. Karena biasanya hunting berita mungkin mudah dilakukan, sumber banyak di internet berserakan tinggal gunakan google untuk memfilterkan. Tapi kalau kondisinya sudah biografi, dan sumber yang diperlukan ada standar tersendiri —yakni dari pihak keluarga, itu yang mungkin jadi kendala plus minus.

 

I’m really appreciate this sacred book. Lots of benefits, advantages, motivation from biography written in here.

CONVERSATION

0 komentar: