Tradisi Penulisan dan Perbukuan dalam Islam (Notetake Sejarah Perpustakaaan Islam)

Islam itu bukan sesuatu yang lahir, hadir di ruang hampa. Kemduian muncul seperti itu, yang ada pada kejadian saat ini sekarang. Islam sudah menjalani banyak proses, panjang. Mulai dari pertama lahirnya, hingga saat ini yang tidak pernah lepas dari suatu pergerseran bentuk tradisi. Mulai dari waktu lahirnya sekarang, maupun pergeseran atau adaptasi-adaptasi yang muncul karena hadirnya di sebuah budaya kultur yang berbeda.


Sehingga tentu mengalami sebuah adaptasi, terlepas dari adaptasi itu. Kita akan mencoba melihat bagaimana atau seperti apa tradisi-tradisi yang terjadi sebelumnya.


Kita akan berbicara 2 hal

1. Perioded pra-Islam

2. Periode Islam


Periode pra-Islam, itu yang dipelajari adalah budaya/pondasi awal yang dilanjutkan dan dimodifikasi. Dilakukan perubahan-perubahan di dunia Islam. Bagaimana periode pra-Islam, konteks tradisinya seperti apa?


Jadi dikenal masyarakat arab terbelakang. Kenapa? Karena dari segi ilmu pengetahuan, itu terbilang rendah. Coba kalian lihat filmnya Umar, pada masa kehadiran Islam. Dunia arab itu masyarakat pembantu. Tapi tentu tidak menafikan ada juga dari situ. Orang-orang yang masuk pada kelompok elite tentunya. Karena dimana-mananya pasti ada dua pasang, oposisi-biner.


Suatu kehidupan itu tidak mungkin semuanya bahagia. Tidak ada bahagia kalau tidak ada kesedihan/penderitaan. Karena itu muncul hasil dari bentuk kehidupan manusia menjadi suatu bahasa yang dikenali dalam suatu komunitas.


Maka ya tentu, konsep oposisi biner. Sebagai hukum kepasangan/sunnatullah. Jadi ada dunia, ada akhirat. Nggak ada dunia kalau nggak ada akhirat. Ada awal ada akhir. Selalu berpasang-pasangan. Itulah sunnatullah, bahasa manusia yang harus dimanifestasikan dalam kehidupan manusia. 


Supaya bisa hidup menjadi orang yang mampu melewati masanya. Karena kalau tidak, ya tidak akan hidup. Karena sunnatullah/oposisi biner atau sifat perlawanan hukum. Pasangan yang diciptakan oleh Tuhan itu harus bisa diadaptasi, karena kalau tidak. maka berati melawan terhadap takdir Tuhan.


Sunnatullah > takdir, yang bisa dijadikan bagian fundamental dalam kehidupan kita. Supaya kita bisa beradaptasi dengannya.

Karena kehadirat kita juga takdir.


Masyarakat Arab terbelakang dalam hal:

1. Ilmu pengetahuan

2. Ekonomi

3. Sosial

4. Politik

5. Hukum

6. Dsb


Ketika suatu bangsa, masyarakatnya itu banyak yang nggak maju/berada pada garis kemiskinan itu masih banyak. Maka sebenarnya itu tergolong masyarakat terbelakang. Pada saat pra-Islam, Arab berada pada titik tersebut.


Bangsa arab para masa Pra-Islam, masih ada masyarakat yang buta aksara. Tidak melek huruf.

1. Jarang anggota masyarakat yang bisa membaca

2. Fanatisme kesukuan

3. Paganisme dan politeisme

4. Nomaden (selalu berpindah-pindah)

5. Sulit menemukan jejak produk budaya bangsa Arab

6. Tradisi lisan yang menonjol 


Bagaimana kita bisa beradaptasi dalam kehidupan kita, dalam mengarahkan takdir-takdir baru. Yang mungkin kita tidak tahu. Takdir potensi yang dimiliki oleh kita, untuk menunjukkan melahirkan atau memanifestasikan takdir-takdir yang lebih baik. 


Fanatisme kesukuan, menjadi poin penting ciri khas masyarakat arab pra-Islam. Kesukuan sangat kuat, dengan adanya Islam. Dapat menyatukan macam-macam suku/kabilah.


Sulit menemukan sejarah arab pada masa pra-Islam, karena kondisi masyarakat adalah model nomaden. Mereka sering berpindah-pindah, sehingga susah untuk mencari puing-puing bangunan bersejarah dari arab itu sendiri.


Periode Kedatangan Islam

Datangnya Islam sudah menjadi bentuk. Sudah merupakan suatu kewajiban. Bagaimana orang tersebut bisa hidup, maka dengan wahyu pertama adalah perintah membaca (surat al Alaq)


Literasi adalah basis/dasar untuk berpengetahuan. Meskipun dalam konteks tertentu, itu tidak harus literate — jarang tapi :v


Perintah dari Tuhan kepada hamba-Nya, adalah membaca. Karena membaca itu merupakan dasar mengetahui. Tidak membaca, maka tidak tahu. 


Perpustakaan Islam.

Dimensi utamanya adalah membangun literasi, bagaimana mengenali Tuhan. 


Ada 2 dimensi yang harus dipelajari. Bagaimana perpustakaan dibangun, yang bisa membangun literasi manusia kepada Tuhan, dan juga membangun literasinya dengan humanitas atau kepada hal-hal yang bersifat horizontal. — Manusia dan Tuhan, Horizontal dan Vertikal.


Tradisi lahirnya perpustakaan, adalah lahirnya literasi. Dalam konteks perpustakaan Islam.


Jangan pelit-pelit dalam belajar. 


Ketika kita belajar tentang ilmu perpustakaan, maka kita belajar tentang ilmu pengetahuan.


Ada teori, ada praktek. Kita laksanakan keduanya. Yakni dengan menerima takdir kita, menerima hukum kepasangan tuhan. Menerima sunnatullah yang terjadi pada diri kita sebagai manusia. Maka setelah membaca, kemudian dipraktekkan.


Makanya dalam perkuliahan, setelah membaca.. kemudian diminta membuat makalah. Kalau anda menolak takdir anda, bisa jadi takdirnya berubah. Misal, nilainya jadi berubah karena menolak takdir untuk membuat makalah.


Pada masa awal Islam, banyak sekali perlawanan. Terutama para elite-elite budaya yang sangat kuat pada masa itu. Melakukan perlawanan dan permusuhan, akhirnya penyebaran Islam atau wahyu Tuhan.. itu tidak bisa menghindari terjadinya benturan. Salah satunya diantaranya adalah perang.


Untuk bisa eksis, itu harus bisa menerima dan bertahan. Terlibat dalam benturan tersebut, ketika tidak kuat — maka wahyu tuhan tidak apat disebarkan.


Ahli tulis nabi (40 orang) ditugaskan untuk mencatat berbagai hal:

1. Keagamaan: wahyu, sedekah, zakat, dsb

2. Pendidikan:catatan dakwah, baik dari nabi sendiri maupun sahabatnya

3. Ekonomi: transaksi utang-piutang

4. Sosial: Jumlah umat dengan sensus

5. Politik


Penyediaan tempat belajar

1. Masjid

2. Rumah para guru

3. Sekolah-sekolah

4. Kampung-kampung



Praktek penulisan

1. Lahirnya masyarakat Islam yang bisa membaca secara otomatis melahirkan tradisi penulisan, bukan lagi didominasi oleh memori hafalan

2. Pemanfaatan berbagai alat tulis, di antaranya

a. Pelepah kurma

b. Batu-batu yang tipis

c. Potongan dari kayu atau dedaunan

d. Tulang kambing atau tulang unta yang lebar

3. Penulisan wahyu al-Quran ditandai oleh para penulis dari sahabat nabi, seperti keempat khalifah, Zaid ibn Tsabit, Ubai ibn Kaab, Muawiyah ibn Abi Sufyan, Yazid ibn Abu Sufyan, Khalid ibn Said ibn Ash, dsb..

4. Perkembangan hubungan antara Islam dengan bangsa lain melalui surat menyurat dan perjanjian politik

5. Pembukuan al-Quran dan Hadi



Tradisi perbukuan

Karakteristik buku Islam:

1. Dibuka dengan bismillah dan ditutup dengan hamdalah

2. Disertasi kalimat tashbih, tahmid, takbir, dan semua yang mengacu pada nilai keagamaan

3. Penybutan nama nabi Muhammad selalu diikuti SAW.

4. Sistem referensi bersifat riwayat, seperti mendengar si Fulan dari si Fulan st..

5. Penulis buku-buku Islam juga banyak yang tidak mengungkapkan dirinya secara pribadi


Etika terhadap buku Islam

1. Tidak boleh diletakan di tanah

2. Harus ditempatkan di tempat yang tinggi

3. Pokok isinya yang lebih penting (lebih mulia) harus ditempatkan lebih di atas

4. Bila pokok isinya sama, maka dilihat dari kemuliaan penulisnya

5. Buku ukuran besar tidak diletakkan di atas buku yang kecil

6. Buku tidak boleh dijadikan bantal, kipas, sandaran, dsb


Kontribusi buku dalam dunia Islam

1. Kontak antar ilmuwan Muslim dan antara ilmuwan non-muslim

2. Hubungan yang baik, antara negara Islam dan negara non-Islam

3. Gairah umat Islam terhadap ilmu pengetahuan

4. Majunya perpustakaan sebagai jembatan antara ilmuwan dan pengetahuan


Oposisi biner dalam perpus

Tuhan-manusia


Harus dipahami sebagai satu bentuk entitas kehidupan yang ada, yang saling mendukung. Disinergikan. Supaya aktifitas dunia perpustakaan dapat dilihat secara dinamik. Bukan ssebagai suatu yang statis. Tapi dalam suatu yang dinamis, untuk membangun perpustakaan yang lebih maju. 



CONVERSATION

0 komentar: