Dalam kerja kelompok pasti ada namanya pembagian tugas, tenggat pengumpulan, target, atau diskusi. Tetapi jangan lupakan namanya beban. Apa itu beban? Ditinjau dalam ilmu Akuntansi, beban diartikan sebagai penurunan laba atau untung dari usaha yang dilakukan. Beban tersebut disimpulkan entitas yang menjadi pemberat, penyusah, atau malah parasit sehingga kehadiratnya tidak benar-benar dinantikan atau dibutuhkan.
Kerja kelompok sistemasinya sama seperti organisasi, hanya
saja lebih cepat atau ringkas karena tertuju pada objek/target yang jelas dan
umumnya tenggat yang sebentar (tidak lama). Organisasi memiliki unsur yang
harus ada seperti anggota, dan pembagian kerja. Sama halnya seperti kerja
kelompok, pembagian tugas harus jelas agar pengerjaan objektif memenuhi target,
dan dilaksanakan lagi tanggung jawab oleh setiap anggota mengingat kerja
kelompok itu sama dengan organisasi yakni semua memiliki tujuan yang sama,
menyelesaikan tugas atau memenuhi target.
Bila ada anggota yang bocor, tidak mengerjakan tugas dengan
baik, bisa-bisa kualitas hasil akhir dari proyek tersebut akan terganggu.
Namanya kerja kelompok, pasti proyek yang dikerjakan tidak bisa dilakukan
sendiri. Harus bersama-sama, gotong royong. Sekalipun ditolelir oleh anggota
lain, ada bagian tugas yang ‘miss’ ya tetap terancam kualitas hasil akhir
menurun (tidak meme memenuhi target).
Namanya beban. Menyusahkan, membingungkan, mengesalkan, ...
(masukkan umpatan lain yang memberikan kesan buruk terhadap beban). Bahkan
karena saking buruknya, bisa-bisa kedatangannya itu tidak dibutuhkan.
Seolah-olah seperti,
“Kedatanganmu di sini itu nggak diperlukan. Bikin sumpek saja.”
Yah seperti itu. Pembaca bila pernah terlibat dalam organisasi, kerja kelompok... intinya proyek yang melibatkan kinerja kerja sama banyak orang pasti mengetahui atau bahkan merasa kesal sendiri bila ada beban dalam kelompok/proyek.
Kategori beban dalam organisai atau kerja kelompok menurutku
relatif. Ada yang benar-benar beban (idle), ada juga yang beban dalam bentuk
parasit (bikin susah). Berikut
penjelasannya,
Beban (idle)
Bila
ditinjau dari persentase kontribusi, dia tidak memberikan sumbangsih kontribusi
dalam bentuk apapun sehingga ada tidak adanya dia tidak memberikan dampak
apa-apa. Kecuali rasa julid atau kesal terhadap anggota lain melihat tingkah
lakunya yang nggak ngapa-ngapain.
Spesies ini
paling umum, sering ditemukan dalam organisasi. Jangankan organisasi, kerja
kelompok pun kemungkinan muncul itu besar. Spesies ini akan muncul, dapat
dipicu bila pembagian tugas/job desk tidak sempurna atau jelas sehingga
timbul rasa Aku tidak mendapatkan tugas, ya sudah.
Walaupun begitu,
entitasnya tidak memberikan dampak buruk terhadap organisasi atau kelompok.
Karena spesies ini hanya datang, diam tidak bergerak. Ya seperti yang aku
jelaskan tadi, kedatangannya tidak memberikan dampak positif apapun —sama
seperti tidak ada.
Perilaku
dari spesies ini sering memicu rasa kekesalan terhadap anggota lain, terlebih
bila mereka kebetulan mendapatkan job desk paling berat atau banyak.
Beban (parasit)
Kalau bisa
aku gambarkan dalam bentuk perkataan, maka seperti ini “Kamu mending keluar saja.
Dari pada bikin susah, ide nggak jelas, izin-izin nggak jelas.” Mungkin
pembaca/pengunjung memiliki perkataan yang lebih pedas atau tajam lagi wkwk.
Spesies ini
berbahaya karena menimbulkan dampak negatif terhadap proyek atau anggota
kelompok lain. Bisa-bisa menggagalkan kinerja proyek karena spesies ini. Penggambarannya
sama seperti parasit. Tidak membantu, tetapi mengambil nutrisi/manfaat kepada
inangnya. Setelah inangnya tidak memiliki apa-apa, ya sudah cari inang yang
lain begitu lah parasit.
Berbeda
dengan spesies sebelumnya idle, yang satu ini parasit tidak dapat
diprediksi. Kapan pun atau di mana pun bisa terjadi. Spesies model ini dapat
memberikan dampak negatif terhadap kerja kelompok atau organisasi dikarenakan
tidak memberikan kontribusi secara maksimal atau membelot jauh dari target,
sehingga bukannya membantu —malah bikin susah.
Semua orang
mungkin pernah merasakan jadi beban. Kemudian belajar dari peristiwa,
pengalaman, keadaan tahu bahwa menjadi beban itu tidak menyenangkan. Bikin
orang emosi, kesal, julid, memicu pengghibahan, dan hal-hal buruk lainnya. Tentu
memang tidak dilakukan secara terang-terangan (umumnya), namun kalau keterusan
rasanya nggak nyaman. Kecuali bila pelakunya sudah masa bodoh akut.
Aku juga
pernah menjadi beban kelompok, ketika masa di pondok pesantren dulu. Khususnya
pada kegiatan/acara pondok ‘Bahtsul Masail/Musyawarah’. Adalah suatu kegiatan
seminar diskusi untuk membahas suatu persoalan yang muncul di kalangan
masyarakat, dan belum ada kejelasan atau keputusan dalilnya. Maka para santri
ditugaskan untuk menggali dalil melalui kitab kuning, untuk mencari jawaban
atas persoalan tersebut. Dasar aku tidak memiliki pemahaman yang cukup tentang
kitab kuning, al hasil sering menjadi beban kelompok karena tidak dapat
membantu sama sekali. Rasanya malu sekali, sampai kelas 12 sekalipun masih jadi
beban kelompok. Semoga kejadian tersebut tidak terulang lagi, dan terus
berimprovisasi.
Sudah
hampir selesai, tinggal besok hari terakhir dari tantangan menulis 30 hari!
Total kata
hari ini 710. Sedikit lebih banyak, dan —agak berbobot mungkin wkwk. Sampai
ketemu di hari selanjutnya!
0 komentar:
Posting Komentar