Sebelum terjun ke dunia kepenulisan ‘bebas’, salah satu hobiku adalah bermain game. Apapun itu. Sampai-sampai ketika liburan semester, aku seolah mengadakan proyek meng-khatamkan beberapa game meskipun sudah khatam sekali pun. Pertanyaannya kenapa? Ya karena dulu memang suka sekali bermain game, apapun itu bentuknya. Dulu game sekelas Need for Speed Most Wanted rilisan tahun 2006, menjadi game ter-favorit dan paling sering saya tamatkan. Meskipun berkali-kali, nggak bosan tuh dulu.
Mungkin
karena game zaman dulu lebih memfokuskan pada satu modul gameplay. Tidak model
game yang didalamnya ada banyak game lagi, ibarat game dalam game, belum lagi
game online yang menerapkan sistem gacha dan sebagainya. Game zaman
menurutku hanya fokus pada satu modul gameplay saja. Contohnya Need for
Speed Most Wanted (2006) gamenya berfokus pada balapan liar, paling
mentok-mentoknya kejar-kejaran antara polisi dan pembalap liar (speed racer)
sehingga sudah jelas tujuan dari game tersebut ya itu, balapan liar. Contoh
lagi seperti Plants Vs Zombies, merupakan salah satu game lawas legendaris, dan
termasuk Game of the Year karena banyak yang memainkannya. Dulu juga
saya suka sekali dengan game ini. Modul gameplay Plants Vs Zombies fokus pada tower
defense dengan strategi bebas terserah pada pemain.
Karena
perkembangan zaman, kualitas game semakin naik seiring bersaing dengan pengembang
game lainnya. Diikuti dengan performa perangkat yang diperlukan, harus semakin
naik dan menyesuaikan. Jangankan perangkat, game zaman sekarang grafisnya sudah
kayak pemandangan fotografi. Pastinya untuk menjalankan game tersebut harus
didukung dengan perangkat yang ‘mumpuni’.
Berikut dua
game yang dulu ingin sekali bisa main, Alhamdulillah sudah kesampaian.
Ya kalau ada lagi, termasuk wishlist kelak wkwk.
Sword Art Online : Hollow
Realization
Merupakan
game yang menginspirasi saya dalam proses penulisan novel pribadi pertama. Aku
biasa menyebutnya SAO:HR, tidak bisa hanya menyebut game SAO karena ada sekian
deret game yang berasal dari adaptasi serial light novel Sword Art
Online yang ditulis oleh novelis Jepang Reki Kawahara.
SAO HR
rilis pada tahun 2016, waktu itu aku sedang hype-nya mengikuti serial
anime Sword Art Online dari situlah muncul ide-ide untuk membuat cerita
sendiri dengan mengambil inspirasi dunia fulldive yang dikisahkan dalam
cerita tersebut. Beberapa tahun setelah anime-nya rilis diikuti dengan deretan
adaptasi game yang muncul pula. Mulai dari platform PSP, Android, iOS, Playstation,
sampai PC. Salah satu game yang membuat saya tertarik, dan ingin sekali untuk
main game tersebut ya ini. Sword Art Online: Hollow Realization.
Genre
gamenya Action RPG, sama seperti game-game RPG pada umumnya. Berpetualang,
jalan-jalan, bunuh monster sana-sini, dan naik level. Namun untuk kelas game
rpg, game ini menurutku memang hanya ditujukan untuk para fandom serial SAO.
Game ini tidak cocok bila dibandingkan dengan action-rpg lainnya seperti
Dark Souls atau Skyrim.
Alasan
kenapa kok tertarik? Jawabannya adalah karena suka dengan tipikal game yang
memiliki sistem skill atau berkaitan dengan pedang, plus tampilan
antarmuka serta desain sistemnya yang khas dengan serial SAO tersebut.
Minecraft
Rata-rata
para gamer atau yang pernah mengikuti perkembangan game zaman sekarang pasti
tahu game sandbox satu ini. Salah satu game yang kelihatannya
enteng/ringan tetapi bila ditinjau dari sudut pandang program atau grafis
termasuk game berat. Minecraft dikenal dengan game sandbox dengan
grafisnya yang kotak-kotak, tapi jangan salah banyak laptop game zaman sekarang
yang menggunakan Minecraft sebagai salah satu game untuk benchmarking.
Tujuannya untuk meninjau seberapa kuat, bagus, performa laptop game tersebut
ketika dihadapi stress uji akan game Minecraft.
Terlepas
dari grafisnya yang ‘kotak-kotak’. Minecraft merupakan game open world dan
bersifat sandbox. Artinya pemain dapat bebas mau ngapain aja (sandbox)
atau bertualang ke mana saja dengan world yang infinite. Dari
genrenya saja sudah kelihatan, Minecraft termasuk game berat. Bukan kepada
grafisnya, melainkan prosesor atau CPU. Dikarenakan sistem Minecraft
membebankan unit prosesor untuk memuat medan/world yang tidak terbatas
tersebut.
Alasan
mengapa kok tertarik dengan game ‘kotak-kotak’ tersebut adalah pemain dapat
bebas mau berbuat apa saja di dalam game tersebut. Dengan kata lain seperti ‘dunia
kedua’ walaupun sekarang sudah ada Metaverse, Minecraft lebih dulu
mewujudkan dunia yang terserah mau kita apain aja.
Namun
sayangnya minat untuk main game sekarang mulai menurun, tidak se-hype
dulu ketika masih SMP atau SMA. Mungkin karena game zaman sekarang bagus-bagus —dan
perangkatnya belum mumpuni untuk mencoba kali hehe. Ya sudahlah tidak apa-apa, penting
masih bisa nulis dan baca wkwk.
Tantangan
menulis di hari ke-27 selesai dengan total 690 kata wow. Mungkin agak absurd
kali ya pembahasannya dari hari ke hari, entah itu ada perkembangan atau nggak.
Wkwkw. Sampai ketemu di hari ke-28!
0 komentar:
Posting Komentar