Wishlist Game, Dulu (Day 27)

Sebelum terjun ke dunia kepenulisan ‘bebas’, salah satu hobiku adalah bermain game. Apapun itu. Sampai-sampai ketika liburan semester, aku seolah mengadakan proyek meng-khatamkan beberapa game meskipun sudah khatam sekali pun. Pertanyaannya kenapa? Ya karena dulu memang suka sekali bermain game, apapun itu bentuknya. Dulu game sekelas Need for Speed Most Wanted rilisan tahun 2006, menjadi game ter-favorit dan paling sering saya tamatkan. Meskipun berkali-kali, nggak bosan tuh dulu.

Mungkin karena game zaman dulu lebih memfokuskan pada satu modul gameplay. Tidak model game yang didalamnya ada banyak game lagi, ibarat game dalam game, belum lagi game online yang menerapkan sistem gacha dan sebagainya. Game zaman menurutku hanya fokus pada satu modul gameplay saja. Contohnya Need for Speed Most Wanted (2006) gamenya berfokus pada balapan liar, paling mentok-mentoknya kejar-kejaran antara polisi dan pembalap liar (speed racer) sehingga sudah jelas tujuan dari game tersebut ya itu, balapan liar. Contoh lagi seperti Plants Vs Zombies, merupakan salah satu game lawas legendaris, dan termasuk Game of the Year karena banyak yang memainkannya. Dulu juga saya suka sekali dengan game ini. Modul gameplay Plants Vs Zombies fokus pada tower defense dengan strategi bebas terserah pada pemain.

Karena perkembangan zaman, kualitas game semakin naik seiring bersaing dengan pengembang game lainnya. Diikuti dengan performa perangkat yang diperlukan, harus semakin naik dan menyesuaikan. Jangankan perangkat, game zaman sekarang grafisnya sudah kayak pemandangan fotografi. Pastinya untuk menjalankan game tersebut harus didukung dengan perangkat yang ‘mumpuni’.

Berikut dua game yang dulu ingin sekali bisa main, Alhamdulillah sudah kesampaian. Ya kalau ada lagi, termasuk wishlist kelak wkwk.


Sword Art Online : Hollow Realization


Merupakan game yang menginspirasi saya dalam proses penulisan novel pribadi pertama. Aku biasa menyebutnya SAO:HR, tidak bisa hanya menyebut game SAO karena ada sekian deret game yang berasal dari adaptasi serial light novel Sword Art Online yang ditulis oleh novelis Jepang Reki Kawahara.

SAO HR rilis pada tahun 2016, waktu itu aku sedang hype-nya mengikuti serial anime Sword Art Online dari situlah muncul ide-ide untuk membuat cerita sendiri dengan mengambil inspirasi dunia fulldive yang dikisahkan dalam cerita tersebut. Beberapa tahun setelah anime-nya rilis diikuti dengan deretan adaptasi game yang muncul pula. Mulai dari platform PSP, Android, iOS, Playstation, sampai PC. Salah satu game yang membuat saya tertarik, dan ingin sekali untuk main game tersebut ya ini. Sword Art Online: Hollow Realization.

Genre gamenya Action RPG, sama seperti game-game RPG pada umumnya. Berpetualang, jalan-jalan, bunuh monster sana-sini, dan naik level. Namun untuk kelas game rpg, game ini menurutku memang hanya ditujukan untuk para fandom serial SAO. Game ini tidak cocok bila dibandingkan dengan action-rpg lainnya seperti Dark Souls atau Skyrim.

Alasan kenapa kok tertarik? Jawabannya adalah karena suka dengan tipikal game yang memiliki sistem skill atau berkaitan dengan pedang, plus tampilan antarmuka serta desain sistemnya yang khas dengan serial SAO tersebut.

 

Minecraft


Rata-rata para gamer atau yang pernah mengikuti perkembangan game zaman sekarang pasti tahu game sandbox satu ini. Salah satu game yang kelihatannya enteng/ringan tetapi bila ditinjau dari sudut pandang program atau grafis termasuk game berat. Minecraft dikenal dengan game sandbox dengan grafisnya yang kotak-kotak, tapi jangan salah banyak laptop game zaman sekarang yang menggunakan Minecraft sebagai salah satu game untuk benchmarking. Tujuannya untuk meninjau seberapa kuat, bagus, performa laptop game tersebut ketika dihadapi stress uji akan game Minecraft.

Terlepas dari grafisnya yang ‘kotak-kotak’. Minecraft merupakan game open world dan bersifat sandbox. Artinya pemain dapat bebas mau ngapain aja (sandbox) atau bertualang ke mana saja dengan world yang infinite. Dari genrenya saja sudah kelihatan, Minecraft termasuk game berat. Bukan kepada grafisnya, melainkan prosesor atau CPU. Dikarenakan sistem Minecraft membebankan unit prosesor untuk memuat medan/world yang tidak terbatas tersebut.

Alasan mengapa kok tertarik dengan game ‘kotak-kotak’ tersebut adalah pemain dapat bebas mau berbuat apa saja di dalam game tersebut. Dengan kata lain seperti ‘dunia kedua’ walaupun sekarang sudah ada Metaverse, Minecraft lebih dulu mewujudkan dunia yang terserah mau kita apain aja.

 

Namun sayangnya minat untuk main game sekarang mulai menurun, tidak se-hype dulu ketika masih SMP atau SMA. Mungkin karena game zaman sekarang bagus-bagus —dan perangkatnya belum mumpuni untuk mencoba kali hehe. Ya sudahlah tidak apa-apa, penting masih bisa nulis dan baca wkwk.

Tantangan menulis di hari ke-27 selesai dengan total 690 kata wow. Mungkin agak absurd kali ya pembahasannya dari hari ke hari, entah itu ada perkembangan atau nggak. Wkwkw. Sampai ketemu di hari ke-28!

CONVERSATION

0 komentar: