Tidak ada yang berbeda, seharusnya sama. Bulan Ramdhan sudah menjadi momen impian bagi semua umat muslim di seluruh dunia. Aku juga menantikan bulan tersebut, momen di mana diam atau tidur menjadi pahala dengan objektif utama adalah mengekang hawa nafsu. Aku masih ingat ketika masih kecil, tantangan di bulan Ramadhan adalah menahan lapar dan haus, sekarang setelah melewati kepala dua tantangan berbeda. Mungkin ibarat game, tingkat kesulitan sudah semakin meningkat sehingga menahan lapar ataupun haus bukan lagi masalah.
Selama 30 hari, semua umat muslim berpuasa. Menahan lapar
dan haus secara literal, kalau dibahas lebih dalam... puasa diartikan menahan
nafsu yang menyeluruh. Aku pernah mendengar penjelasan dari guru (Kyai) perihal
berpuasa yang benar-benar berpuasa. Dengan kata lain puasa yang benar-benar
dilakukan niat lagi serius. Seolah-olah tidak ada waktu lagi setelah ini, jadi
dimanfaatkan secara menyeluruh. Adalah berpuasa yang menahan nafsu secara
kompleks.
Semua orang memiliki hawa nafsu. Keinginan atau hasrat yang
kadang melampaui batas, harus dikekang. Kapan lagi mengekakng nafsu, momen yang
pas adalah di bulan Ramadhan sekarang ini. Mumpung, dan ada temannya. Yakni
teman, saudara sesama muslim saling menjaga nafsu masing-masing. Meskipun ketika
maghrib kita berbuka, namun mengekang nafsu sudah sepantasnya dilakukan
sepanjang bulan Ramadhan. Seharusnya.
Aku bersyukur masih diberi kesempatan untuk menangi,
menyaksikan, mengalami, melakukan untuk sekali lagi di bulan Ramadhan tahun
2022 ini. Semoga tahun selanjutnya masih dapat diberi kesempatan dan terus.
Lalu apa yang akan aku lakukan untuk mengisi di bulan suci Ramadhan?
Hal ini mengingatkanku pas masih SD, tiap bulan Ramadhan
tiba pasti tiap anak diberikan buku laporan kegiatan di bulan Ramadhan.
Bervariasi, yang pasti ada tabel absensi shalat tarawih, puasa, sampai data log
setor mengaji di bulan Ramadhan. Ah andai bisa mengulang masa lalu, bukan ingin
mengubahnya melainkan ingin mencoba merasakan sekali lagi. Wkwk, ngga bisa
gebelk.
Tahun kemarin, rasanya aku seperti tidak menikmati momen di
bulan puasa. Ya karena terlalu kepikiran hal lain, masalah duniawi. Seharusnya
aku harus bisa lebih berpikir manakah yang spesial, penting, dan memang harus
diutamakan. Untungnya tahun 2022, aku masih mendapatkan kesempatan untuk
menunaikan ibadah puasa, sekaligus menyaksikan kehangatan bulan suci yang
dinantikan semua umat muslim in the world.
Ada hawa kalau tantangan menulis 30 hari selesai tepat
sebelum bulan Ramadhan tiba. Jujur aku tidak memikirkan itu, jangankan
memikirkan, merencanakan pun tidak. Aku tertarik untuk mencoba tantangan ini
ketika membaca blog-nya Kevin Anggara (pemaparan cerita ada di hari pertama),
dan siapa tahu kebetulan bertepatan dengan bulan Ramadhan?
Aku memiliki harapan. Semoga bulan Ramadhan ini, aku dapat
menunaikan ibadah dengan benar lagi tumakninah, setidaknya puasa yang
benar-benar puasa. Bukan hanya sekedar menahan lapar atau haus, masalah sahur
atau tidak —bukan jadi masalah di umur kepala dua. Ada hal lain yang menghantui,
mencekam, yah semoga bisa dikendali kekang.
Perlu diketahui, proses aku melaksanakan tantangan ini
kadang dihantui rasa malas dan nyaris lupa. Yah ide atau minat untuk menulis
baru ke-trigger ketika jam malam. Belum lagi godaan atau tanggungan lain
seperti tugas atau hal lainnya. Untungnya masih survive, mempertahankan
rangkaian post dari awal hari pertama sampai sekarang. Semoga sampai di hari
ke-30 dengan lancar!
Hari ke 26, aku tulis di hape. Sambil mendengarkan musik
instrumental. Seperti Flower Dance, Beautiful in White, dan Canon in D. Mungkin
lagi suka hawa melodi yang tenang, emosional hangat wkwk.
0 komentar:
Posting Komentar