Mulai Mengeluh 30DWC Wkwk (Day 24)


Sudah nggak kerasa ya, hari ke-24. Satu pekan lagi (kurang satu hari) selesai tantangannya. Karena sudah sampai di hari ke 20 lebih, aku menggunakan kesempatan tantangan hari ke-20 untuk mencurahkan bagaimana rasanya membiasakan menulis dan mengunggahnya ke blog pribadi selama 20 hari belakangan ini.

Untungnya tantangan ini tidak terpacu pada topik apa yang aku tulis, atau kejelasan bagaimana aku memaparkan tulisan pada blog, sehingga sesekali pembaca/pengunjung mungkin akan mendapati post (dalam tantangan 30 hari menulis) dengan cara penulisan yang ‘awful’ sekali. Ibarat didesak waktu, atau tidak adanya ide muncul untuk dijadikan topik. Jadi masuknya kayak free wrtiting. —nggak apa-apalah. Besok suatu saat aku menantang diriku untuk menulis dengan persyaratan topiknya harus jelas.

Manfaat memaksakan diri untuk menulis tiap hari dan mengunggahnya ke blog terasa ketika ada tugas dengan tipe tulis-menulis. Terlepas dari gaya free writing, perlu diketahui tugas essai bisa jadi merupakan tugas yang bikin kesel oleh beberapa orang. Bahkan bisa jadi bikin pusing tujuh keliling, karena “Bingung mau menulis apa.”.

Ya, hal tersebut kentara terlihat kalau pembaca/pengunjung mengecek tiap postingan yang aku buat dengan tujuan memenuhi tantangan 30 hari menulis ini (aku menyebutnya 30DWC atau 30 days writing challenge), hampir sebagian besar mendominasi dengan topik yang dipengaruhi dari akademis. Seperti catatan perkuliahan aku ringkas ulang, atau direpresentasikan dengan gaya/penyampaian yang berbeda. Menurutku itu bukan ide yang bagus, karena belum tentu jangkauan pembaca bisa paham atas apa yang aku tulis-sampaikan.

Hari ini bahas tentang teknologi, besoknya tiba-tiba langsung loncat ke filsafat. Parahnya lagi, penjelasan filsafat itu sulit dipahami kalau hanya dibaca satu kali. Belum lagi dengan kata-kata yang berbelit, namanya juga filsafat —berpikir dan berpikir. Aku ragu jangkauan pembaca bisa paham atas apa yang aku tulis di hari-hari sebelumnya.

 


Tujuan tantangan menulis 30 hari masih sama, yakni untuk mempermudah aku/saya ketika menghadapi tugas-tugas yangg berkaitan dengan literatur menulis. Apalagi pelajar perguruan tinggi strata sarjana, pasti di akhir studi akan diminta untuk membuat karya tulis ilmiah yang biasa kita sebut sebagai skripsi.

“Menulis skripsi seperti menggabungkan titik satu dengan titik lainnya.” —temanku.

Memang, menulis skripsi hampir semuanya menggunakan dasar pemikiran oleh para ahli atau dari penelitian lapangan yang dilakukan. Dengan kata lain tidak mengarang bebas. Mungkin sebagian orang memilih menulis dengan dasar keterangan yang sudah tertera/dikutip dibandingkan mengarang bebas tanpa dasar mengandalkan ide-ide yang kebetulan datang tak diundang, pulang hilang ngga bilang-bilang.

Jangankan skripsi, menulis essai pun terkadang harus didasari beberapa sumber. Disamping merupakan objektif dari dosen yang bersangkutan, rasanya tidak pas ketika seorang pelajar perguruan tinggi dalam menulis essai tetapi tidak dengan dasar, sehingga tiap ide/gagasan dari tulisan esai-nya tidak bisa dipertanggungjawabkan. —beratkan jadi mahasiswa, ada alasan lain kenapa aku memilih menggunakan sebutan ‘pelajar perguruan tinggi’, tidak memakai kata/istilah ‘mahasiswa’.

 

Selama menjalani tantangan menulis setiap hari, aku masih berpegang teguh/kuat akan standar penulisan minimal 500 kata. Ya semisal kurang sedikit, dimaafkan. Tetapi kalau belum sampai 500 kata, rasanya kurang mantap. Dilihat kayak kurang enak begitu, kayak sekilas. Kalau platform-nya menulis di Twitter dalam bentuk utas (thread) mungkin harus pintar-pintar untuk tidak membuang kata mengingat karakter dalam bercuit itu terbatas. Memang sih terkesan kayak maksa, tetapi kalau nggak begitu aku tidak bisa berkembang wuzz.

Sesekali kalau lagi niat banget, aku sampai mencari referensi/dasar yang pas untuk memperkuat gagasan/ide yang aku tulis. Walau aku tahu, siapa juga yang niat baca sampai akhir —namanya juga ide lagi cemerlang, topik beruntun jalan, ya gas saja.

 

Akhir kata, hari ke-24 dengan total 550 kata. Sama seperti biasanya. Tidak kurang, tidak lebih. Semoga dari 500 kata yang aku tulis, bisa dipahami atau syukur-syukur bermanfaat menginspirasi wkwk. Sampai ketemu di hari selanjutnya!

 

CONVERSATION

0 komentar: