Post ini ditulis karena saya masih menggunakan Windows 10, dan belum ada ketertarikan sama sekali akan Windows 11. Kalau suatu saat pada akhirnya saya bisa meng-upgrade perangkat saya menjadi Windows 11 —beda lagi ceritanya.
Tambahan,
terlepas dari beberapa pendapat atau statemen yang mengatakan tentang Windows
11, post ini murni opini saya sendiri terhadap sistem operasi yang dirilis oleh
Windows. Ya, yang pasti tidak bisa dijadikan rujukan. Selamat membaca!
Sistem
operasi Windows sudah banyak yang menggunakannya, tampilan antar mukanya sudah
familiar karena saking banyaknya orang menggunakan sistem operasi yang satu
aliansi dengan Microsoft. Aku sudah berkenalan dengan Windows semenjak
SD, ya bisa dibilang aku hidup dan berkembang kala itu Windows masih seri XP. Artinya
aku masih menangi masa Windows dengan ikonik booting jendela yang
bergelombang, dan tombol ‘START’ yang ada di pojok kiri bawah di layar sampai OS
Windows 10 (karena versi 11, tampilan ikon ‘Start’-nya berada di tengah).
Dari
Windows XP, Aero, 7, 8, 10, sampai sekarang sudah ada yang versi 11. Kalau
semisal disuruh memilih, aku memilih Windows 10 atau 7. Alasannya apa?
Sejauh aku
menggunakan sistem operasi Windows (XP, Aero, 7, 8, dan 10), aku mendapatkan
pengalaman terbaik dan nyaman ketika menggunakan versi Windows 7. Mungkin
karena aku sudah menggunakannya selama kurang lebih 8 tahun. Windows 7
menurutku lebih minim akan penggunaan resource/usage pada prosesor
dan komponennya. Terlepas dari tampilannya yang mungkin agak ‘klise’. Aku masih
ingat ketika mendapatkan laptop pertama dengan merek Toshiba model Satellite.
Ram 2 GB benar-benar cukup untuk hanya ketik-mengetik saja! Hampir tidak ada
lag, —termasuk ketika hendak ‘membunuh’ program yang not responding,
proses pembukaan Task Manager tidak ada drama yang ikut-ikut not
responding.
Yah mungkin
bisa se-lancar itu karena program-program yang zaman itu tidak seberat zaman
sekarang. Pengalaman ketika menggunakan Windows 10 di laptop baru (beli ketika
semester 2) … uh ram 4 GB tidak cukup! —mungkin karena aku menggunakannya
sambil ber-multitasking yang lain. Tetapi kenyataannya ram 4 GB tidak cukup,
kecuali penggunanya super-sabar untuk menunggu prosesor mengelola program yang
berjalan di latar belakang sampai tertata rapi lalu mengurus program yang
berjalan.
Apakah
artinya Windows 7 tidak ada aplikasi yang berjalan di latar belakang? Ada,
namun zaman itu tidak sebanyak sekarang. Jangankan aplikasi sistem Windows,
semakin banyak aplikasi yang terpasang sebagian besar menanamkan fitur start
on Windows sehingga dari awal booting langsung bonjour. Jadi
kesimpulannya Windows 7 merupakan sistem operasi yang menurutku perfect diterapkan
untuk perangkata yang minimalis. Artinya hanya ditujukan untuk mengetik atau ber-multimedia
saja, kalau untuk bermain game atau kerja berat lainnya —beda cerita.
Pilihan
pertama adalah Windows 7, namun melihat kondisi Windows 7 sudah tidak diurus update
lagi —jangankan update, sistem keamanan sudah tidak terurus sehingga
rentan ketika terkena ancaman dari peretas atau virus ketika sedang browsing
internet. Maka ada pilihan kedua, yakni Windows 10.
—aku baru
saja memberikan review tentang hal negatif terhadap Windows 10, sekarang
malah aku memilih Windows 10 sebagai pilihan kedua? Jawabannya adalah Windows
10 atau Win10 merupakan sistem operasi Windows yang sudah banyak orang pakai,
dan semua aplikasi sudah support terhadap Windows 10. Dengan kata lain, Windows
10 sudah pasaran, umum, atau banyak orang yang menggunakan. Memang, pengalaman
menggunakan Windows 10 rasanya kurang puas kalau perangkatnya tidak dilengkapi
SSD (Solid State Drive) —bukan ram. Karena Windows 10 lebih ke proses latar
belakang yang terbilang banyak, mengingat Win10 ada fitur seperti GPS, Map,
Microsoft Store, Microsoft Account —dan sebagainya. Walaupun bisa dimatikan,
namun memerlukan teknisi atau orang yang ahli dibidang tersebut (karena kalau
salah langkah, bisa menyebabkan kinerja sistem jadi terganggu). Oleh karena itu
untuk mengatasi proses latar belakang yang berderet-deret untuk dieksekusi,
solusi utama adalah pemasangan SSD sebagai pengganti Harddisk. Catatan, aku
masih menggunakan HDD (Harddisk), belum ada rencana untuk memasang SSD.
Alasannya malas, dan dananya juga cukup mahal.
Windows 10
merupakan sistem operasi yang sudah mendukung semua model aplikasi berekstensi
.exe zaman sekarang. Apalagi Windows 10 sudah mengalami banyak update dan
revisi pembenahan bug sehingga pengguna win10 cukup merasa aman atau tidak
perlu takut akan adanya sistem operasi error. Mengingat win10 sudah berumur 3
tahun lebih, sudah banyak kok laptop atau perangkat komputer yang dilengkapi OS
(Operating System) Windows 10.
Bagaimana dengan Windows 11?
Aku secara
pribadi masih belum tertarik untuk menggunakan —jangankan menggunakan, aku
mendapatkan update-nya tetapi tidak aku ambil. Alasannya banyak, salah
satunya adalah performa perangkatku yang meragukan kalau aku update ke windows
11. Belum lagi kalau aku mendapatkan bug dari Windows 11, karena sistem operasi
ini masih terbilang baru dan terus berevolusi. Aku tidak ingin mengalami resiko
perangkat error secara tiba-tiba setelah update atau terjadi bug sistem
yang menjadikan performa perangkat menjadi menurun atau tidak bisa digunakan
sama sekali.
Suatu saat
mungkin aku akan menggunakan Windows 11. Namun tidak sekarang, perihal apa?
Intinya Windows 11 merupakan sistem operasi yang masih baru belia.
Akhir kata,
hari ke 23 selesai dengan total 780 kata. Pembahasannya murni opini,
berdasarkan pengalaman pribadi, dan pengamatan dari beberapa pengguna yang
menggunakan Windows 11 dengan versi yang masih belia. Sebagian termasuk korban
dari Windows Update. Laptop-ku, Windows update bagaimana pun aku stop. Ada
caranya —banyak. Mau aku bagikan di blog, tetapi cara tersebut cukup berbahaya
kalau salah langkah, bukan malah berhenti update-nya tapi malah bikin
lamban atau error sistemnya. Kan bisa gawat.
Semoga
bermanfaat, sampai ketemu di hari ke 24!
0 komentar:
Posting Komentar