Impresi Terhadap Windows 11 (Day 23)


Post ini ditulis karena saya masih menggunakan Windows 10, dan belum ada ketertarikan sama sekali akan Windows 11. Kalau suatu saat pada akhirnya saya bisa meng-upgrade perangkat saya menjadi Windows 11 —beda lagi ceritanya.

Tambahan, terlepas dari beberapa pendapat atau statemen yang mengatakan tentang Windows 11, post ini murni opini saya sendiri terhadap sistem operasi yang dirilis oleh Windows. Ya, yang pasti tidak bisa dijadikan rujukan. Selamat membaca!

 

Sistem operasi Windows sudah banyak yang menggunakannya, tampilan antar mukanya sudah familiar karena saking banyaknya orang menggunakan sistem operasi yang satu aliansi dengan Microsoft. Aku sudah berkenalan dengan Windows semenjak SD, ya bisa dibilang aku hidup dan berkembang kala itu Windows masih seri XP. Artinya aku masih menangi masa Windows dengan ikonik booting jendela yang bergelombang, dan tombol ‘START’ yang ada di pojok kiri bawah di layar sampai OS Windows 10 (karena versi 11, tampilan ikon ‘Start’-nya berada di tengah).

Dari Windows XP, Aero, 7, 8, 10, sampai sekarang sudah ada yang versi 11. Kalau semisal disuruh memilih, aku memilih Windows 10 atau 7. Alasannya apa?


Sejauh aku menggunakan sistem operasi Windows (XP, Aero, 7, 8, dan 10), aku mendapatkan pengalaman terbaik dan nyaman ketika menggunakan versi Windows 7. Mungkin karena aku sudah menggunakannya selama kurang lebih 8 tahun. Windows 7 menurutku lebih minim akan penggunaan resource/usage pada prosesor dan komponennya. Terlepas dari tampilannya yang mungkin agak ‘klise’. Aku masih ingat ketika mendapatkan laptop pertama dengan merek Toshiba model Satellite. Ram 2 GB benar-benar cukup untuk hanya ketik-mengetik saja! Hampir tidak ada lag, —termasuk ketika hendak ‘membunuh’ program yang not responding, proses pembukaan Task Manager tidak ada drama yang ikut-ikut not responding.

Yah mungkin bisa se-lancar itu karena program-program yang zaman itu tidak seberat zaman sekarang. Pengalaman ketika menggunakan Windows 10 di laptop baru (beli ketika semester 2) … uh ram 4 GB tidak cukup! —mungkin karena aku menggunakannya sambil ber-multitasking yang lain. Tetapi kenyataannya ram 4 GB tidak cukup, kecuali penggunanya super-sabar untuk menunggu prosesor mengelola program yang berjalan di latar belakang sampai tertata rapi lalu mengurus program yang berjalan.

Apakah artinya Windows 7 tidak ada aplikasi yang berjalan di latar belakang? Ada, namun zaman itu tidak sebanyak sekarang. Jangankan aplikasi sistem Windows, semakin banyak aplikasi yang terpasang sebagian besar menanamkan fitur start on Windows sehingga dari awal booting langsung bonjour. Jadi kesimpulannya Windows 7 merupakan sistem operasi yang menurutku perfect diterapkan untuk perangkata yang minimalis. Artinya hanya ditujukan untuk mengetik atau ber-multimedia saja, kalau untuk bermain game atau kerja berat lainnya —beda cerita.

 


Pilihan pertama adalah Windows 7, namun melihat kondisi Windows 7 sudah tidak diurus update lagi —jangankan update, sistem keamanan sudah tidak terurus sehingga rentan ketika terkena ancaman dari peretas atau virus ketika sedang browsing internet. Maka ada pilihan kedua, yakni Windows 10.

—aku baru saja memberikan review tentang hal negatif terhadap Windows 10, sekarang malah aku memilih Windows 10 sebagai pilihan kedua? Jawabannya adalah Windows 10 atau Win10 merupakan sistem operasi Windows yang sudah banyak orang pakai, dan semua aplikasi sudah support terhadap Windows 10. Dengan kata lain, Windows 10 sudah pasaran, umum, atau banyak orang yang menggunakan. Memang, pengalaman menggunakan Windows 10 rasanya kurang puas kalau perangkatnya tidak dilengkapi SSD (Solid State Drive) —bukan ram. Karena Windows 10 lebih ke proses latar belakang yang terbilang banyak, mengingat Win10 ada fitur seperti GPS, Map, Microsoft Store, Microsoft Account —dan sebagainya. Walaupun bisa dimatikan, namun memerlukan teknisi atau orang yang ahli dibidang tersebut (karena kalau salah langkah, bisa menyebabkan kinerja sistem jadi terganggu). Oleh karena itu untuk mengatasi proses latar belakang yang berderet-deret untuk dieksekusi, solusi utama adalah pemasangan SSD sebagai pengganti Harddisk. Catatan, aku masih menggunakan HDD (Harddisk), belum ada rencana untuk memasang SSD. Alasannya malas, dan dananya juga cukup mahal.

Windows 10 merupakan sistem operasi yang sudah mendukung semua model aplikasi berekstensi .exe zaman sekarang. Apalagi Windows 10 sudah mengalami banyak update dan revisi pembenahan bug sehingga pengguna win10 cukup merasa aman atau tidak perlu takut akan adanya sistem operasi error. Mengingat win10 sudah berumur 3 tahun lebih, sudah banyak kok laptop atau perangkat komputer yang dilengkapi OS (Operating System) Windows 10.

 

Bagaimana dengan Windows 11?


Aku secara pribadi masih belum tertarik untuk menggunakan —jangankan menggunakan, aku mendapatkan update-nya tetapi tidak aku ambil. Alasannya banyak, salah satunya adalah performa perangkatku yang meragukan kalau aku update ke windows 11. Belum lagi kalau aku mendapatkan bug dari Windows 11, karena sistem operasi ini masih terbilang baru dan terus berevolusi. Aku tidak ingin mengalami resiko perangkat error secara tiba-tiba setelah update atau terjadi bug sistem yang menjadikan performa perangkat menjadi menurun atau tidak bisa digunakan sama sekali.

Suatu saat mungkin aku akan menggunakan Windows 11. Namun tidak sekarang, perihal apa? Intinya Windows 11 merupakan sistem operasi yang masih baru belia.

 

Akhir kata, hari ke 23 selesai dengan total 780 kata. Pembahasannya murni opini, berdasarkan pengalaman pribadi, dan pengamatan dari beberapa pengguna yang menggunakan Windows 11 dengan versi yang masih belia. Sebagian termasuk korban dari Windows Update. Laptop-ku, Windows update bagaimana pun aku stop. Ada caranya —banyak. Mau aku bagikan di blog, tetapi cara tersebut cukup berbahaya kalau salah langkah, bukan malah berhenti update-nya tapi malah bikin lamban atau error sistemnya. Kan bisa gawat.

Semoga bermanfaat, sampai ketemu di hari ke 24!

CONVERSATION

0 komentar: