Perkembangan aku dalam nge-blog dimulai ketika duduk di kelas 7. Blog pertama yang aku buat adalah berisi konten tutorial game ringan, seperti Harvest Moon atau beberapa game kecil lainnya dengan penjelasan khas ditulis oleh anak kelas satu SMP. Perlu diingat, pada waktu kelas 7 aku belum memiliki ketertarikan khusus untuk menekuni dunia tulis-menulis. Masih melulu melibatkan diri dalam antusias lagi penasaran akan programming dan animasi berbasis flash.
Perkembangan
aku dalam memulai keterampilan ‘nge-blog’ bukan menulis mulai muncul
karena zaman itu, konten yang diminati adalah berbasis teks seperti berita, ya
kalau video itungannya berat. Mengingat untuk dapat membuat video harus modal
kamera digital atau komputer yang memadai. Zaman itu belum ada smartphone
yang merangkap semua fitur tersebut, sehingga warganet lebih tertarik pada
konten yang berbasis tulisan/teks contohnya adalah Blog.
Para
penulis blog tahun 2012-an gaya penulisannya khas sekali. Kalau tidak salah,
banyak para blogger yang memulai post dengan kata sapaan “Salam Blogger!”.
Begitu juga istilah yang khas bagi kalangan pembaca blog seperti cekidot
atau sedot gan, dan semacamnya. Kebanyakan blog banyak konten seperti
tutorial atau download game ringan yang menjadi primadona pada masanya.
Blog yang
aku buat juga tidak sedikit, melainkan berkali-kali bikin. Namanya anak
seumuran kelas SMP, masalah nama aja dipikirkan, belum lagi kalau lagi
seneng/semangatnya bikin blog baru lalu posting-posting. Jangankan sebulan,
bisa aktif sering posting selama tiga hari saja itu sudah hebat. Namun
kebanyakannya langsung hiatus, dan terbengkalai. Tidak hanya blog, aku juga
mencoba platform menulis online lainnya seperti Wordpress. Tapi
ya gitu, tidak betah lama dan berakhir terbengkalai.
Singkat
cerita setelah membuat sekian blog yang berakhir terbengkalai, pada akhir
ajaran kelas 12 ketika pembekalan (semacam acara yang berisi nasehat sebelum
perpisahan kelas 12) aku berencana untuk membuat blog untuk sekali lagi dan fokus
untuk menulis di blog tersebut. Karena kala itu aku sudah mengumpulkan rasa
suka dalam menulis semenjak kelas SMA/MA, mencoba menulis novel sendiri, dan…
melakukan free writing berkali-kali secara konvensional maka blog
tersebut menjadi media aspirasi sekaligus bak pasir dalam hal tulis-menulis.
Bagaimana pun kemampuan tulis-menulis untuk jenjang perguruan tinggi sangat
berguna, apalagi untuk tugas akhir a.k.a skripsi. Pasti banyak diutamakan
keterampilan menulis.
Ketika
pembaca/pengunjung melihat linimasa postingan di blog ini, post awal adalah
catatan atau nasihat yang disampaikan ketika pembekalan oleh para guru.
Kemudian diikuti dengan penjelasan yang aku tangkap, sehingga aku mencoba
menginterpretasikan keterangan tersebut dalam bentuk tulisan post.
Nama awal
blog ini bukan ‘iamshidqi’, melainkan ‘Rabiibulaqlaam’. Nama yang diambil dari
bahasa Arab, tanpa melihat nama tersebut gampang diingat atau tidak. Karena
tujuan utamanya bukan untuk mempromosikan, melainkan sebagai bak pasir akan
praktik tulis-menulis kalangan sendiri. Kemudian satu tahun kemudian, blog ini
berganti nama menjadi ‘iamshidqi’ diikuti dengan isi kontennya yang tidak
terlalu fokus terhadap keagamaan atau bidang tasawuf Islami. Melainkan
cenderung lebih bebas, —saking bebasnya susah dimengerti. Free writing.
Tidak semua
free writing aku unggah secara gamblang di blog iamshidqi.
Meskipun kalau dibayangkan “Lagian siapa yang baca.” —pengunjungnya saja bisa
dihitung pakai jari. Namun perlu diketahui, free writing aturan aslinya
adalah tidak untuk diterbitkan atau di-publish. Namanya juga free
writing, tulisan yang bebas —malah kadang tidak bisa dibaca. Oleh karena
itu, aku mengisi kekosongan post di blog dengan materi perkuliahan. Itu pun
materi perkuliahannya hanya sekedar aku tulis secara gamblang apa adanya. Barulah
kalau ada free writing yang pas untuk diunggah, gas.
Walaupun
sekarang sudah tidak zamannya konten blog mendominasi informasi atau hiburan
bagi warganet, namun aku tetap berusaha untuk menulis di blog pribadi ini.
Tujuannya apa lagi kalau bukan melatih gaya kepenulisan, untuk mempersiapkan
diri ketika hendak menulis tugas akhir.
Namun
selain blog, ada juga kok media sosial yang bisa digunakan sebagai media untuk
melatih dalam menulis. Contohnya seperti Twitter. Lebih simpel, portabel, dan
enteng. Dibandingkan blog, penulis sangat dianjurkan untuk mengunggah postnya
melalui laptop/komputer. Karena kalau diunggah via ponsel, minim pengaturan
margin atau paragraf dalam tampilan kanvas post pada blogger.
Hari ke 22
selesai (wadu sudah pekan ketiga yak…) dengan pembahasan proses saya dalam
menulis di blog. Kayaknya masih belepotan, pembahasannya tercecer ke mana-mana.
Perihal baru ingat kalau ada tanggungan menulis di blog pas malam, kondisi
hujan deras, wah enak untuk tidur. Langsung gas cari-cari ide, lalu mengetik
dengan stok ide lagi kosa-kata yang muncul seadanya. Semoga dapat dipahami,
sampai ketemu di hari ke 23!
0 komentar:
Posting Komentar