Tentang Interoperability, Dalam Perpustakaan Digital (Day 14)


Hari keempat belas aku membahas tentang ‘Interoperability’, merupakan istilah/fitur yang ada hubungannya dengan Perpustakaan Digital. Ya karena aku baru saja membaca bab-bab yang menjelaskan tentang Open Access Initiative, menyangkut Interoperability —jadi aku tulis saja salah satu penjelasannya menjadi ide untuk hari ini (ke-14). Selamat membaca!

Tambahan, untuk pembaca yang ahli/paham/mengetahui/satu jurusan ilmu perpustakaan —pasti sedang mempelajari akan hal ini. Ketika menemukan informasi atau cara pemaparan saya yang melenceng, salah, mislead… langsung kabari saya ya. Selamat membaca!

 

Interoperability merupakan istilah, malah cenderung semacam fitur atau prinsip. Kalau pembahasannya tentang OAI (Open Access Initiative), Interoperability menjadi bagian dari upaya tersebut. Penjelasan tentang Interoperability menurut Institute of Electrical and Electronic Engineers (IEEE) adalah,

“Kemampuan dari dua sistem/komponen atau lebih untuk dapat berbagi informasi dan menggunakannya.”



Ada banyak definisi tentang interoperability, namun inti penjelasannya tetap sama. Aku mencoba menyimpulkan menggunakan bahasaku sendiri, adalah dua sistem/perangkat yang dapat berinteraksi/beroperasi antara satu sama lain meskipun beda era ataupun versi. Jadi interoperability tidak memandang perangkat tersebut dirilis tahun berapa, harganya berapa, atau malah sistem operasinya apa (dalam konteks perangkat ponsel/komputer). Semuanya dapat berinteraksi atau menggunakan alat/fitur/jaringan/sistem tersebut tanpa diskriminasi.

Karena pemahamanku sebatas contoh praktik simpelnya maka interoperability dapat dilihat dari bagaimana kita menggunakan jaringan Wi-Fi. Umumnya jaringan wireless yang dapat menghubungkan pengguna ke internet, perangkat tersebut tidak memandang hape kamu se-mahal apa atau laptop kamu se-keren apa. Semuanya bisa menggunakan, asal berada pada jaringan frekuensi (GHz) yang sama atau mendukung, dan tahu password-nya. Mau jaringan Wi-Fi-nya merupakan rilisan terbaru, dan pengguna menggunakan laptop yang masih intel Windows 7 sekalipun tetap bisa terhubung. Dengan catatan berada pada jaringan frekuensi yang sama, dan mendukung koneksi Wi-Fi.

Dari ‘mendukung’ inilah yang disebut interoperability. Tidak memandang perangkatnya menggunakan sistem operasi Android, iOS, MacOS, Windows, ataupun Linux… selama di perangkat tersebut ada komponen yang menerima sinyal jaringan Wi-Fi maka gaskeun. Catatan, pengguna juga harus mengetahui password-nya bila Wi-Fi-nya di password wkwk.



Praktik interoperability tidak hanya dalam jaringan Wi-Fi. Contoh lain adalah file PDF. Penjelasan tentang PDF, merupakan singkatan dari Portable Document Format. Salah satu file yang sudah familiar di kalangan pelajar, khususnya kita yang sudah menuju semester tua. Folder download di laptop penuh dengan pdf dari jurnal-jurnal, entah dibaca atau enggak, penting download dulu. Baca belakangan wkwk. —PDF merupakan format file serbaguna yang dibuat oleh Adobe, tujuannya adalah pengguna dapat menggunakan/membaca/bertukar dokumen dengan mudah, tanpa melihat perangkatnya apa. Model perangkat apapun rata-rata bisa membaca format dokumen pdf.

Jadi dokumen PDF merupakan praktik akan interoperability, karena format PDF tidak memandang jenis perangkat yang membacanya. Jangankan memandang jenis, kalau pun PDF-nya dibuat pada tahun 2010 dengan versi pdf tahun segitu… tetap dapat dibuka pada komputer/perangkat terbaru. Jadi tidak diskriminasi. Karena mengingat karakteristik umum dari interoperability adalah,

  1. Information exchange/bertukar informasi → Kemampuan sistem untuk dapat beroperasi, bertukar informasi. Dalam lingkup interoperability, maka sistem A dengan B (berbeda versi/nama/produksi/brand) dapat bertukar informasi tanpa adanya diskriminasi atau halangan karena beda versi atau nama.
  2. Usability of Information/menggunakan informasi → Kemampuan sistem dapat menggunakan informasi yang didapat/ditukar dari sistem lain. Dalam konteks interoperability maka sistem dapat menggunakan informasi yang didapat dari sistem lain tanpa adanya halangan. Tidak memandang file/datanya diambil/dibuat oleh sistem yang berbeda. Berbeda-beda tetapi tetap bisa dibaca, merupakan salah satu karakteristik vital akan interoperability.

 

Penerapan interoperability sangat penting dalam produksi, khususnya dalam lingkup perangkat elektronik. Apalagi kalau sudah menyangkut database atau perangkat lunak (software). Interoperabilitas sangat diperhitungkan, sehingga pengguna tidak merasa terhambat dalam menggunakan informasi yang tersimpan dalam suatu produk/program, tanpa memandang pengguna tersebut mengaksesnya menggunakan perangkat angkatan tahun berapa.

Pembahasan interoperability seru banget, apalagi kalau sudah menyangkut Perpustakaan Digital. Kapan-kapan aku teruskan pembahasan ini, tapi ketika membahas interoperability maka juga menyinggung Open Access Initiative yang menurutku seru juga.

 

Hari ke-14 selesai dengan total kata 600. Widiw, apalagi yang ditulis ke-ilmiah-an gini ya hehe. Aku mendapatkan ide untuk menulis tentang interoperability ya karena aku baru saja membaca tentang ini. Sekaligus menjadi tolak ukur pemahamanku tentang ini. Kapan-kapan aku lanjut-seriuskan.

Sekali lagi, kalau ada informasi yang mislead langsung kabari!


Berikut referensi/link yang aku gunakan,

Putu Laxman Pendit, 1959-. (2008). Perpustakaan digital dari A sampai Z / Putu Laxman Pendit. Jakarta :: Cita Karyakarsa Mandiri,.

Paper: Understanding interoperability

Seperti biasa, gambar HD tanpa copyright

CONVERSATION

0 komentar: