Sariawan Lagi



Sariawan itu pemicu utamanya adalah pikiran, itu benar atau nggak sih? Aku sampai browsing di Google (nggak di DuckDuckGo) meng-kepo-in tentang sariawan yang pemicunya selain kurang minum atau vitamin, salah satunya adalah pikiran. Is that real? Ok, mari aku lakukan analisa yang terjadi pada aku sendiri, and how's get done with it.

Disclaimer dulu, karena ini post bukan untuk referensi. Hanya sekedar tulis-menulis blog-mengeblog biasa. Karena author emang dari dulu suka aja dengan menulis, kapan-kapan aku menjelaskan alasan kenapa kok doyan banget menulis (kadang).


Aku menulis post ini, artinya aku sedang sariawan hari ini. Nggak mulai hari ini, melainkan kemarin-kemarin sudah mulai tapi kayaknya mulai parahnya sekarang. Bagaimana aku bisa menilai sariawan yang 'parah-parahnya' saat ini? Di mulutku saat ini, ada tiga spot crop circle berwarna abu-abu keputihan yang menempel dan terasa terbakar ketika tersentuh dengan bagian yang kering. Ada tiga, satu di mulut sisi kanan dan duanya lagi ada di mulut sisi kiri. Atas bawah, yang sisi kiri di atas, yang sisi kanan di bawah. Ibarat itu virus atau bakteri emang sengaja seperti membuat kesepakatan untuk mengukir bercak abu-abu keputihan di sisi yang sering tersentuh langsung ketika minum ataupun makan.

Contohnya ketika menggunakan sendok atau minum air menggunakan gelas. Rasanya ya Allah Gusti, awal-awal netes air mata karena saking perih & terbakarnya. Tetapi sekarang paling tinggal memejamkan mata sambil mmengucapkan istigfar dalam hati. Rasa sakit yang terasa seperti tergores sekaligus perih, harus ditahan sebisa mungkin.


Lalu apa sih penyebab sariawan sebenarnya?


Secara umum, kekurangan vitamin dan kurang minum air putih. Itu wajar banget, apalagi ketika bulan Ramadhan. Stok minum air putihku tidak memenuhi standar minimal, ya sudah pelan-pelan pasti muncul bercak luka sariawan yang muncul tidak diundang dan tanpa alasan. Karena biasanya tuh sariawan itu trigger atau pemicunya salah satunya adalah kegigit, tergigit. Insiden ketika makan atau berbicara, tiba-tiba bagian mulut tergigit sehingga menimbulkan goresan luka yang kalau tidak segera ditindak lanjuti dengann mengonsumsi suplemen vitamin atau minum air putih yang banyak (secara berkala) maka ada kemungkinan besar itu luka bakal memutih pelan-pelan dan tidak kunjung menutup sembuh. Al hasil, jadilah sariwan and welcome rasa perih ketika bibir kering.

Tapi ada juga pendapat yang mengatakan penyebab lain pemicu sariawan adalah pikiran. Meskipun secara gamblang sulit dibuktikan, tetapi kalau sering merasakan. Pasti bisa mengambil kesimpulan.

Beberapa bulan yang lalu, aku sempat menulis post tentang sariawan. Perihal karena kala itu aku sedang sariawan dan kebetulan bertepatan dengan posisi aku sedang memegang suatu event yang cukup besar & penting. Dan aku menggaris bawahi selama momen aku menjadi orang yang bertanggung jawab penuh atas jalannya prosesi acara tersebut, mulur-bibir-lidah seisi oral banyak bekas luka putih yang kunjung sembuh tetapi ada lagi cikal bakal penerus tahta rasa perih & kesakitan ketika mulut kering.


Terus, apa itu bisa jadi bukti? Ada lagi.

Pernah suatu ketika aku kehilangan sesuatu, yang menyebabkan aku berpikir keras agar bisa mendapatkannya kembali. Dari berpikir keras itu aku sampai sulit tidur (padahal bukan hal yang penting) dan aku masih ingat ketika mengobrol curhat dengan temen, aku kesulitan mengucapkan kata-kata tertentu. Artinya pada momen tersebut, aku mengalami sariawan di mulut. Entah itu di lidah atau di bagian bibir/mulut.

Ada lagi? Baru dua kejadian, bukti belum cukup kuat.

Ya ini, yang terjadi saat ini. Overthinking.




Berpikir berlebihan, thinking yang over. Bila digabung menjadi Over Thinking. Kondisi psikologis tidak stabil, emosi dan pikiran tidak sinkron. Sehingga kemampuan fokus atau kondisi kewarasan (aku biasa menyebutnya sanity) perlu dipertanyakan. —Pemicu over thinking, tergantung orangnya. Ada yang memikirkan hal-hal kecil namun dibesarkan akhirnya berlebihan maka jadilah over thinking. Tetapi ada juga yang hal besar, tetapi ia tidak sadar kalau ia tidak sendiri. Akhirnya malah dipikir sendirian, tidak dibagi-bagi. Hasilnya over thinking.

Apa hubungan over-thinking dengan sariawan? Dilihat dari istilahnya aja menghubungkan antara keduanya aja susah. Pakai metode pendekatan apa ini? Wkwkw.

Menurutku ada, aku tidak bisa menyebutkan sumber atau referensi penelitian yang relevan. Tetapi aku bisa mengatakan, menulis ini setelah pengalaman berkali-kali (maksudnya pengalaman over-thinking, bukan pengalaman yang biasa di-share ketika pengisi seminar membagikan experience-nya sebagai influencer wkwk) sehingga aku bisa mengatakan kalau overthinking dengan sariawan itu ada hubungannya.


Kita mulai dari hati, pikiran.

Semua yang kita/aku lakukan, umumnya dikelola dan diatur oleh otak/pikiran dan perasaan/hati. Keduanya hal yang berlawanan, tetapi perlahan bisa menyatu saling mendukung atau menolak. Adalah tim yang kompak ketika satu tujuan, satu pikiran, satu perasaan. Sehingga tujuan atau objektif akan tercapai dengan mudah dan cepat, kalau pun ada halangan palingan sebentar lalu bisa bangkit kemudian gerak jalan (bukan bubar jalan). Sehingga kekompakan tim itu penting banget dalam proses kerja kelompok. —too bad, I'm still bad on team work. I'm still need lots of experience & lesson about it.

Sama seperti tubuh manusia. Aku ini. Terdiri dari otak, hati dan anggota tubuh lainnya. Mereka punya peran masing-masing, namun punya tujuan yang sama. Tergantung dengan tanggung jawab atau SOP masing-masing organ. Misalnya:

  • Otak → Pembuat keputusan, pusat logika
  • Mata → Media untuk melihat
  • Mulut → Sebagai media input, transit makanan dan minuman
  • ... dan seterusnya.

Sehingga ketika melakukan aktivitas makan, banyak organ tubuh yang terlibat. Mulai dari perut, otak, hati, mata, mulut dan seterusnya. Semuanya tertuju pada satu tujuan dan maksud, yakni untuk makan.


Sama halnya ketika beraktivitas tetapi ada satu yang tidak klop atau kompak. Hanya satu aja anggota tim yang tidak kompak, proses pengerjaan aktivitas tersebut akan kesulitan. Misal, mau makan tetapi ada bagian gigi yang sakit. Maka proses makan akan terganggu, lidah harus bekerja keras untuk mengarahkan makanan agar tidak terkena bagian gigi yang sakit. Pasti ada anggota yang bekerja lebih keras lagi, karena ada ketidakseimbangan tim.


Kembali lagi ke pembahasan, sariawan. Lalu hubungan overthinking dengan sariawan itu apa?

Sariawan yang muncul tiba-tiba, kedatangannya seperti bisa ditebak dan ada tanda-tandanya. Secara fisik, ya itu kegigit atau mungkin kurang vitamin C dan sebagainya. Tapi secara psikis, adalah pikiran. Kenapa? Karena pikiran penyumbang terbesar dalam tubuh manusia, sesehat apapun kondisi tubuhnya kalau kondisi hati & pikiran tidak satu tujuan pasti ada aja kendala yang terjadi. Entah itu rasa malas dan sebagainya, nggak terasa emang, yang terasa ya itu muncul sariawan ini.


Jadi sariawan itu muncul karena pikiran?

Terkadang, beberapa referensi (aku lupa yang mana) mengatakan stres bisa menjadi pemicu munculnya sariawan. Mekanisme logisnya begini, tubuh umumnya memiliki pertahanan atau imun. Tugasnya untuk melindungi tubuh dari penyakit, virus, bakteri atau hal-hal buruk lainnya yang tidak bisa dilihat secara kasat mata. Imun dapat menebal dan menipis, selain bergantung pada nutrisi yang kita/aku makan, ada hal lain lagi yakni hati & pikiran. Selama pikiran atau hati sedang sehat, gembira, senang satisfied, imun pasti meningkat dengan sendirinya. Makanya banyak yang mengatakan hindari depresi, berusaha segembira mungkin meskipun sedang banyak masalah yang dihadapi. Karena rasa depresi itu menimbulkan imun menurun secara psikis.

Meskipun fisiknya makan bergizi, asupan nutrisi oke. Tapi kalau hati sedang nggak happy? Ya sama aja nihil. Sehingga hati & pikiran harus senang dan satu tujuan.


Maka mekanisme munculnya sariawan berdasarkan pengalaman saya sebagai berikut,

  1. Hari libur semester. Tidak terpikir apa-apa, belum. Pikirannya mungkin masih liburan, tubuh masih oke

  2. Semester baru datang. Kepikiran, bahwa sudah menuju semester tua. Banyak hal yang akan dilakukan lagi. Plus ada beban psikis yang non-sense

  3. Tugas datang. Kepikiran, karena kondisi daring. How I can finish those assignment even with this condition?

  4. Tidak menemukan jalan tengah. Dari pikiran buntu ini, ada pertengkaran batin. Bingung mau pilih mana dan ada cobaan tambahan dari luar dan dalam.

    Sehingga timbul pertengkaran batin dengan pikiran. Ini bahaya menurutku, ketika tubuh siap setuju sedangkan hati atau pikiran tidak setuju. Maka hasilnya ya tidak maksimal, average. Aku menggambarkannya low-end, tidak bisa high-end. Karena timbul pertengkaran batin, antara ingin dan tidak ingin.

Dari pertengkaran batin yang tidak kunjung mereka (si penderita belum bisa 'unravel' atau menyelesaikan pikiran yang buntu, tidak bisa berpikir jernih) maka berefek pada tubuh si penderita. Akhirnya beban pikiran/perasaan yang tidak kunjung mereda (malah makin kusut dan pekat) berefek pada sistem kekebalan tubuh. Sehingga imun bisa jadi menurun, kemudian tubuh menjadi rentan terhadap penyakit yang tersebar di mana-mana.

Harusnya ketika penyakit menyusup ke dalam tubuh, sistem imun akan menangkal. Namun karena kondisi hati-pikiran sedang (100% Usage) untuk hal-hal yang ngga penting, akhirnya sistem kekebalan tubuh kewalahan. Dan... masuklah penyakit dalam tubuh. Bisa berupa sariawan, pusing atau malah penyakit lainnya.


Intinya pikiran menjadi penyumbang utama dalam penyakit, bahkan fit tidaknya tubuh itu bergantung pula dengan kondisi pikiran. Sehingga aku menyimpulkan atas kejadian yang 'sering' terjadi ini, bahwa over-thinking tidak membawa penyelesaian masalah yang di-thinking. Malahan bikin pusing, nyaris tidak ada gairah untuk hidup, depresi dan memicu penyakit lainnya untuk masuk.

Sekarang ini aku sedang sariawan tiga spot di mulut dan lidah, plus ngilu gigi geraham tumbuh di bagian kiri. It's quite hurt, because it doubled. Wish me luck!


Dan bener-bener terjadi, kuliah dimulai maka post blog akan diisi dengan sambat curhat dan sebagainya wkwk.

CONVERSATION

0 komentar: