I like Essay, tbh


Menulis karangan prosa yang memfokuskan suatu pembahasan secara sekilas. Diambil murni dari penulis —sudut pandang penulisnya sendiri. Adalah yang paling aku suka.

...

Ini mungkin karena efek aku dulu sering melakukan free writing. Memulai kelas 9 dan menekuni sampai kelas 12. —Jujur, semenjak kuliah. Metode free writing rasanya agak amburadul dan akhirnya ndak kelakon sama sekali.

Untuk mencegah hal tersebut, aku mencoba terjun ke dunia cuitan. Twitter, alasannya adalah simpel. Karena termasuk micro-blogging, dan nge-postnya dibatasi. Tidak bisa banyak-banyak, dan berbasis thread. Honestly, aku membuat akun Twitter dengan tujuan untuk terus melatih skill menulis mengetikku. Karena rasanya ndak enak dan tidak terbiasa kalau mengepost langsung di blog atau membuat status di Facebook.

 

—Meski sebenarnya ya aku termasuk veteran facebook. Menangi zaman facebook tampilannya masih serba putih dan classic. Tapi loadingnya hampir 10 menit untuk beranda. Mengingat dulu belum ada koneksi 4G. Ndak seperti sekarang.

Jujur, aku paling suka tugas berbasis essay. Tapi di luar sana juga banyak yang tidak menyukai tugas berbasis essay. Alasannya karena “Bingung mau nulis apa, dan pilihannya nggak ada.” —tentu. Apalagi kalau ada tugas kuliah berbasis essay, nilainya ndak bisa ditebak bakal berapa.

Ya, bisa dibilang mungkin proses penilaiannya ya suka-suka yang mengajar. Tapi aku yakin kalau dosen atau guru yang mengoreksi pasti punya standar penilaian yang bijak, nggak asal baca dan seterusnya.

—Intinya suka tugas model essay. Kalau pilihan ganda mungkin malah rasane sudah tahu kalau bakal dapet jelek. Karena nyadar pemahaman materi masih pas-pasan.

Beda lagi ceritanya kalau disuguhi model tugas yang berbasis essay, di mana kita bisa bebas mengekspresikan apa yang dipikirkan. Sesuai dengan apa yang ditanyakan. Karena dengan menulis essay, rasanya seperti terekspresikan (hiperbola) dan meracik jawabannya ibarat langsung dari hati ke tulisan wkwkwk. Kan menulis ibarat masak to, jadi hasilnya kemungkinan besar berbeda. Terlebih cara orang menulis juga beda-beda.


Apa ini karena aku dulu menjadi anak bahasa, ketika menempuh masa-masa MA/SMA?

Aku dulu ingin masuk jurusan IPA, tapi lemah dalam hal itung-itungan matematika. Khususnya fisika, akhirnya nggak keterima.

—Lalu keterima sebagai anak bahasa. Yang membahas apa-apa jadi sastra ‘n karya. Mau ngomong aja mikir akhir rimanya bagaimana. Wkwkw, seru pokok e.

Dari kelas 11, aku mulai tahu manfaat dari free writing. Kayaknya aku sudah pernah membahas di post sebelumnya. Langsung wae, klik di sini.


Mungkin itu yang ingin aku sampaikan. Kurang lebihnya, makasih sudah mampirrrr...

Kontak aku melalui;

Twitter: @cdq__ 

CONVERSATION

0 komentar: