Notetaker Klasifikasi, 23 Nopember 2020. Melalui whatsapp grup.
Masih pada cara penggunaan tabel 1 atau number building, membangun nomor dengan menambahkan tabel nomor atau sub-divisi standar pada nomor bagan.
Seperti
yang sudah kita bahas, salah satu prinsip menentukan nomor klasifikasi itu
adalah sebisa mungkin nomor klasifikasi tersebut dibuat spesifik. Jadi sesuai
dengan apa yang ada di dalam buku (yang sedang diklasifikasi tersebut).
Se-spesifik mungkin, tapi tetap bergantung pada judul/bahan pustaka yang kita
olah.
Jadi, kalau
yang kita temukan pada buku yang kita olah. Judulnya mencerminkan tentang
subjek yang masih umum, tentu nomor klasifikasinya juga dipilih sesuai dengan
subjeknya.
Misalnya,
ada buku. Judulnya “Pengantar Ilmu Ekonomi” tentu saja saat hendak menentukan
nomor kelasnya/klasifikasinya, maka sesuai dengan judul bukunya. Karena
judulnya sudah jelas, “pengantar—“ sudah bisa dipastikan kalau buku tersebut
termasuk kelas ekonomi, di mana termasuk pada nomor 330.
Tetapi jika
judul bukunya, lebih spesifik. Maka harus dicari nomor klasifikasinya yang
lebih spesifik.
Misal,
judulnya “Penelitian tentang Ekonomi” kita analisa, subjeknya termasuk Ekonomi.
Bentuk intelektualnya adalah Penelitian. Maka nggak cukup nomor klasifikasinya
hanya sebatas 330. Tapi perlu ditambahkan nomor/bentuk intelektual yang diambil
dari tabel 1
Untuk
penelitian, maka yang ditemukan di tabel nomor 1 adalah -072
Pada saat
kita hendak menambahkan nomor tabel, kita harus melihat pada nomor 330. Ada
tidak instruksinya? Ada nggak contohnya? Jadi kita nggak bisa menghafalkan,
harus melihat pada pedomannya.
Kemarin,
pertemuan sebelumnya. Tertera pola yang dapat kita gunakan ketika akan membuat
number building, yakni dengan menambahkan tabel satu ke nomor bagan. Ada 4 pola
yang perlu kita ketahui.
1. Sudah
terdaftar dalam bagan.
2. Tidak
ada perintah, contoh. Jadi kita gabungkan apa adanya
3.
Penambahan 2 0 (dua nol), bila terdapat
instruksi penambahan dua nol pada nomor kelas tertentu. Maka diikuti saja,
penambahan tabel satu ke nomor bagan dengan menambah dua nol)
4.
Penambahan 4 0 (empat nol).
Tentu saja
model ini nggak semua sama. Jadi kita harus selalu melihat pada nomor bagan,
bagaimana pola penambahan pola pada tabel tersebut.
Contoh:
Misal anda
lihat pada kelas 100 (filsafat). Di situ, di bagan itu sudah terdaftar
penambahan tabel satu dengan filsafat. Contoh, teori filsafat termasuk 101
dalam bagan. Itu sebenarnya hasil penggabungan kelas 100 tambah -01
Pertanyaan
>Apakah
tabel 1 harus digunakan?
Jawabannya
tegantung pada judul buku yang kita olah. Kalau memang ketika dianalisa, ada
bentuk penyajiannya/intelektualnya maka diperlukan penambahan dengan tabel 1.
Tapi jika tidak, ya tidak perlu.
>Cara
penentukan nomor klasifikasi?
Tergantung
dari judul buku. Terkadang, judul buku pada saat kita analisis, subjeknya hanya
sebatas subjek dasar. Hanya memerlukan peng-klasifikasi kelas pertama/utama.
Terkadang
subjeknya sederhana, yang memerlukan rincian hanya sebatas urutan yang kedua/second
class atau divisi.
Tapi kadang
ada buku yang memerlukan analisa yang lebih rinci, jadi tergantung pada judul
bukunya.
0 komentar:
Posting Komentar