Halo-halo gimana kabarnya? Hiatus selama dua bulan lebih membuatku hampir lupa bagaimana cara menulis di blog. Kadang saking lamanya nggak menulis (tulisan untuk diunggah ke blog), sampai-sampai bingung mau menulis apa. Alhamdulillah 45 hari yang lalu, aku habis melaksanakan KKN (Kuliah Kerja Nyata) jadi kiranya bisa menjadi bahan untuk bercerita, mendeskripsikan apa saja yang aku dapat selama ber-KKN di dusun Dengok Lor. Jadi, selamat membaca!
Seperti
yang aku jelaskan di post sebelumnya, KKN merupakan program pengabdian kepada
masyarakat yang umumnya dilakukan kepada pelajar perguruan tinggi sebagai syarat
untuk nantinya mendapat gelar sarjana. Memang kesannya seperti pengabdian untuk
mencari nilai, namun dalam praktiknya tidak hanya itu —maksudku, lebih dari
itu. Pengabdian kepada masyarakat dalam kenyataannya adalah memberikan atau
menyumbangsih a.k.a kontribusi kepada masyarakat setempat untuk dapat
membantu mengembangkan aset yang ada dalam desa atau dusun tersebut, sehingga
dengan datangnya mas-mas atau mbak-mbak KKN, desa atau dusun setempat dapat
berkembang dan terus berproses meskipun masa KKN telah usai.
Sekali
lagi, secara gamblang KKN ibarat kamu dengan party kelompok terjun di
desa/dusun terpencil atau pelosok. Objektif utama adalah dapat membantu proses
pengembangan desa atau dusun tersebut. Namun objektif tersebut tidak dapat
terlaksana bila tidak dilakukan proses ‘bermasyarakat’. Apalagi pelosok desa
atau dusun, biasanya hubungan antar warga, tetangga, masyarakat lebih dekat
daripada yang di kota. Jujur, selama KKN aku merasakan adanya perbedaan antara
tempat tinggalku dengan tempat aku KKN. Mulai dari cara berkomunikasi, sampai srawung
dengan warga sekitar. Pokoknya banyak banget manfaat dan pelajaran yang aku
dapat!
Jauh-jauh
hari sebelum penerjunan KKN, aku sempat menanyakan teman-teman kating perihal
KKN itu ngapain aja. Secara garis besar adalah bermasyarakat, dan mengadakan
sekian program kerja dengan tujuan membantu mengembangkan potensi daripada
masyarakat tersebut. Biasanya, KKN ya kegiatannya seperti memasang plang
penunjuk jalan sebagai sarana-prasarana, mengecat lapangan, membantu bila ada
warga yang ada hajat, dan seterusnya dengan inti pokok bermasyarakat.
Pokoknya srawung! Apa yang bisa dibantu, gas maju.
Secara
garis besar, semua kegiatan yang terjadi selama KKN benar-benar bertentangan
untuk orang yang ‘tertutup’. Apalagi aku yang nolep ini. Aku masih ingat,
awal-awal KKN benar menantang diri untuk bersikap terbuka dan friendly. Dituntut
untuk bisa bersosial, mengesampingkan kebiasaan menutup diri menjauhkan diri
dari keramaian adalah tantangan tersendiri. Bayangkan, hampir 24 jam tidak ada
waktu untuk ‘tidak bermasyarakat’, jangankan itu, waktu untuk menyendiri
pun hampir tidak sempat. Karena semua kegiatan selama KKN pasti bertemu dengan
orang lain.
Namun dari semua tantangan yang aku alami selama KKN 45 hari aku mendapatkan banyak manfaat, pelajaran, serta pencapaian yang biasanya mungkin kalau di Kudus belum tentu aku bisa mencapai hal tersebut. Kalau diibaratkan game, selama KKN banyak sekali achievement (penghargaan) yang aku raih karena berhasil menempuh/menggapai/mencapai suatu hal yang biasanya tidak mungkin atau malah kesempatan sekali seumur hidup, terlebih untuk aku yang nolep ini. Berikut pencapaian yang aku raih selama KKN secara garis besar,
- Memasak secara dasar-menengah
- Mengecat secara dasar
- Berbicara dihadapan orang banyak
- Membuat keputusan dalam waktu singkat
- Berkomunikasi dengan orang baru
Kalau orang
biasa menilai, memasak adalah hal yang dasar bukan? Yoi memang namun
pada awalnya aku benar-benar tidak dapat memegang pisau dengan baik, Alhamdulillah
dari hari ke hari kemampuan memasak mulai terasah sehingga ketika memasak bersama
tim piket, aku dapat berguna meskipun hanya ditugaskan mengiris bawang atau
mentumis sayuran. Meskipun hanya ditugaskan untuk mengiris bawang, aku
benar-benar tidak merasa kesal atau ter-diskriminasi karena memang pada
dasarnya aku baru bisa seperti itu maka kenapa tidak?
Dusun
tempat aku KKN, Dengok Lor memiliki lapangan voli yang ketika awal datang KKN
lapangannya masih berantakan. Dengan kata lain perlu renovasi, Alhamdulillah
aku dapat berkontribusi membantu dalam proses renovasi lapangan voli tersebut
bersama teman-teman seperjuangan. Sebenarnya nggak hanya mengecat saja, (aku
tulis itu karena yang jelas aku bisa bantu banyak adalah mengecat) ada lagi
yakni mengaduk semen misalnya.
Dalam tim
laki-laki, aku sering ditugaskan untuk bagian keagamaan. Mulai dari pengajaran
TPA, sampai kajian agama kepada warga setempat. Hal tersebut menuntut diri
untuk dapat sedia tampil di depan masyarakat, menerangkan suatu kajian agama
yang mudah dipahami dengan persiapan dadakan ataupun terjadwal. Dari situ, aku
belajar public speaking. Bukan latihan lagi malah, langsung praktik!
Namanya
KKN, pasti ada konflik a.k.a permasalahan di mana kita harus membuat
keputusan secepat mungkin namun juga matang. Pernah terjadi permasalahan
sehingga membuatku (yang kala itu, dalam kelompok aku menjabat sebagai wakil
kepala) harus memutuskan persoalan dengan membuat keputusan. Kalau untuk diri
sendiri, trobos saja lah tetapi dalam hal ini menyangkut kelompok dan
orang banyak, maka aku harus berpikir moderat. Belum lagi waktu yang terbatas,
karena masalah terjadi tidak dapat diprediksi sehingga harus segera memilih
langkah tegap memilih keputusan yang tidak gagap.
Dan yang
terakhir, berkomunikasi dengan orang baru. Meskipun dalam squad KKN,
hampir 60% nya aku sudah kenal dengan para personil. Namun tetap saja komunikasi
dengan orang baru tetap dilakukan dan berlaku. Sesuai dengan pembekalan
yang diberikan perihal cara berkomunikasi, hampir semua bekal aku makan. Mulai
dari cara memulai pembicaraan, mengenal pribadi seorang, sampai membuat
kenangan yang mungkin ada duka lagi senang.
Semua
pencapaian yang aku dapat bila dipaparkan mendetail komplit mungkin bakal
panjang. Apalagi selama KKN, tiap hari aku menulis diari. Entah kenapa kok bisa
terdorong untuk menulis log peristiwa sedangkan kemarin biasanya engga. Pencapaian
yang aku capai semoga terus bermanfaat dan berguna kala nanti bermasyarakat
yang benar-benar bermasyarakat nanti.
Dari semua pengalaman KKN, kesan serta kesimpulannya adalah
- KKN itu tidak menyeramkan ataupun menakutkan
- KKN itu menyenangkan, bahkan seorang nolep pun merasakan rasa senang dalam bersosial
- KKN itu berarti pengabdian, tidak hanya cari nilai.
Bila ada
yang bilang KKN itu menyeramkan atau menakutkan aku katakan kamu terlalu banyak
nonton film horor. Apalagi film ‘KKN Di Desa Penari’ mau KKN kok malah
nonton film horror berkaitan dengan KKN?. Bila ada yang bilang KKN itu
tidak menyenangkan, coba dianalisa bagian/komponen mana yang salah atau kurang
benar. Mengingat KKN itu bermasyarakat, terlibat dengan orang banyak, tidak
menutup kemungkinan terjadi cek-cok sehingga perlu dianalisa komponen mana yang
salah dalam berkomunikasi. Bila ada yang mengartikan KKN berarti cari nilai,
wah parah kamu.
Akhir kata,
aku mengucapkan terima kasih khususnya bagi warga dusun Dengok Lor yang secara
langsung maupun tidak langsung sudah mengajari aku. Bersosial, bermasyarakat,
srawung, dan apalah itu namanya.
Dari KKN, sekali
lagi aku belajar banyak hal.
Dari KKN,
aku mengetahui pentingnya bersosial.
Dari KKN,
aku berharap komunikasi nggak hanya sebatas teman proker yang mengajar,
tetapi terus berlanjut layaknya keluarga dekat dan terus belajar
Until next time. Tysm. //
0 komentar:
Posting Komentar