Setiap orang punya nama, binatang yang ada majikannya pasti diberi nama. Bahkan kalau kita bisa mengerti bahasa hewan, setiap hewan dalam berinteraksi pasti memiliki nama atau panggilan yang dipakai untuk menyebut satu sama lain.
“Andrius, habis dari mana?”
“Baru aja lewat di kamarnya Naufal. Kayaknya dia lagi pergi. Gas party ngga, Bolivar?”
“Kolam teko?”
“Kolam teko dong. Tetap ke kolam walaupun air tawar!”
“Gas!”
Ya, contohnya seperti itu.
Nama adalah entitas yang vital, harus ada. Ibarat bahasa pemrograman maka condition-nya adalah Not Null, yang berarti tidak boleh kosong. Harus ada, apapun itu namanya. Kalau tidak ada nama, biasanya proses pemrograman atau skrip tersebut tidak dapat berjalan sempurna.
Contoh lagi, nggak hanya makhluk hidup, sampai benda mati (tidak bernyawa) pun memiliki nama. Fenomena ini terjadi hampir tiap hari. Adalah ketika kita hendak menyimpan-mengelola data yang tersimpan dalam memori hape, laptop, atau komputer. Meskipun jenisnya folder, pasti ada namanya. Bila pengguna tidak memberi nama, biasanya sistem akan tetap memberinya nama default ‘New Folder’. Karena tidak wajar adanya bila ada variabel data atau entitas yang tidak ada namanya. Pasti ada, walaupun yang memberi bukan dari pemakainya. Melainkan nama default dari sistemnya.
Nggak usah jauh-jauh, ketika kita hendak membuat akun atau email. Pasti diminta nama kan? Tidak nomor random? —ya, nomor random mungkin. Tetapi nomor random itu diingat sebagai nama, walaupun dalam bentuk sekumpulan angka.
Tujuan pemberian nama berbeda-beda. Tergantung pada proporsi entitas yang diberi nama. Contoh folder diberi nama dengan tujuan memberi alamat, tanda agar pengguna dapat mengetahui oh ini folder yang berisi data ini… Sedangkan untuk manusia, makhluk hidup umumnya pemberian nama tidak hanya sekedar nama acak/random. Melainkan nama yang digunakan seumur hidup. Sehingga pemberian nama memiliki kandungan sebagai doa, dan harapan. Karena nama tersebut akan menjadi sebutan yang akan terus disebut ketika berinteraksi. Semakin sering disebut, sama halnya dengan mendoakan.
Dulu saya pernah mendengar hadits Rasulullah tentang memanggil nama teman/seorang dengan sebutan yang baik. Dan itu saya terapkan menjadi prinsip semenjak kecil. Karena nama adalah doa. Dibuat dengan baik-baik dan semoga. Tidak main-main.
Sekali lagi tentang penting, intens-nya pemberian nama. Ada tipikal orang dalam memberi nama karakter dalam game, itu tidak main-main. Harus berpikir lama, atau malah sampai mencari tahu apa filosofi dari nickname tersebut. Hal tersebut juga sama aku lakukan. Sebelum menentukan nama iamshidqi, aku berpikir keras nama apa yang bagus lagi keren untuk mencerminkan gaya gameplay yang saya banget. Berikut beberapa nickname yang pernah saya gunakan,
- Isaku Niki
- Anonymous Killer (game FPS, bukan nick yang lain)
- IrumaNafian
- Ravelfilecdq
- Aimcdq
- Iamshidqi
—dan masih banyak lagi. Aku jelaskan kapan-kapan. Karena meskipun sekedar nickname, dengan tujuan game sekalipun. Yang maya. Penentuan pemberian nama saya pikirkan sedemikian rupa, mulai dari artinya, filosofinya, dan —masih banyak lagi.
Tambahan, untuk yang pernah menjadi beta reader (orang yang membaca suatu naskah/karya sebelum dirilis) walaupun kenyataannya karya tersebut saya putuskan untuk tidak dipublikasikan secara fisik (cetak) dan nyata. Tiap nama dalam tokoh cerita fiksi saya, itu memiliki nama yang mengandung arti, filosofi, alasan, dan cerita/kisah tersendiri dari nama tiap tokoh tersebut. Jadi— sebegitunya memikirkan, menentukan nama apa yang pas. Artinya apa? Kalau digabungkan menjadi apa? Dan seterusnya.
Jadi nama —ya tetap nama. Dipanggil, disebut, diucap setiap memanggil. Disebut sebagai doa. Maka bagaimana pun memanggil seorang, menyebut, menuliskan nama sesuai dengan nama aslinya. Atau semisal berbeda, harus melalui persetujuannya. Karena tadi, nama = doa.
Tantangan menulis hari kelima selesai. Apa yang baru saja aku tulis —entah wkwk. Apakah ilmiah, filosofis, atau malah tulisan bebas (free writing). Apapun itu yang penting menulis. Catatan, aku menorehkan ide dan langsung ditulis, ketika posisi sedang dalam perjalanan Kudus ke Yogyakarta dengan transportasi bus.
Dan sepertinya hari kelima mulai menurun. Kuantitas produktif menulisnya, dengan total kata 580+ ditulis. Semoga topik yang saya tulis di hari kelima dapat dipahami. Hari keenam, menulis tenggelam?
—
Berikut link/referensi yang saya pakai
0 komentar:
Posting Komentar