Pengalaman iCafe


Dua tahun sudah kiranya belajar di Yogyakarta. Meskipun 1.5 tahunnya berada di kampung karena pandemi. Ya, singkatnya sudah 2 tahun perjalanan menempuh kuliah sampai sekarang semester 5 ke 6. Tapi aku belum banyak explore daerah Yogyakarta. Contohnya seperti daerah kopi, wisata, sampai daerah yang konon ‘Instagram-able’. Ya, katakanlah tempat yang banyak orang luar, rela menghabiskan biaya perjalanan untuk mampir ke tempat-tempat tersebut. Entah mencari pengalaman, atau sekedar jepret foto lalu upload ke Instagram.

Sama halnya aku. Disamping karena aku tidak memiliki kendaraan (motor), aku tidak begitu suka jalan-jalan. Pembaca bisa bilang kalau aku nolep, yah memang benar. Kenyataannya hampir seluruhnya benar. Sesekali aku juga pernah pergi ke tempat wisata daerah Yogyakarta, itupun bukan karena keinginan sendiri. Kalau bukan karena desakan tugas atau anjuran dari organisasi atau institusi, ya aku nggak pergi ke tempat-tempat wisata Yogyakarta.

Yogyakarta dikenal kota uang benar-benar luas. Bahkan regionnya terbagi menjadi beberapa tempat. Contohnya seperti Kotagede, Sleman, Depok, Banguntapan, Bantul, sampai Gunung Kidul. Jangkauan explore-ku masih sebatas Sleman & Banguntapan. Itupun aku bisa mengetahui sampai ranah Banguntapan karena desakan dari tugas praktek. Yah sisanya, skip.

Tentu aku punya beberapa tempat yang ingin aku cari, salah satunya adalah warung internet a.k.a warnet.

Jauh sebelum aku ke Yogyakarta, dulu aku sudah sering mencari tempat warung internet yang tersebar di sekitar kampung (Kudus). Entah itu di daerah Kudus kulon, wetan... Hampir 90% aku mengetahui tempat-tempat warnet di Kudus. Ya meskipun tidak semua aku coba, tetapi spot-spotnya aku cukup hafal. Sehingga kalau lagi kepingin (malah dulu kayak rutinitas) tinggal memilih spot mana yang mau.

Sekarang di Yogyakarta. Aku memiliki keinginan mencari warnet yang khusus game (warnet gaming). Apalagi sekarang zaman game sudah semakin maju, perangkatnya juga harus mengikuti. Tidak bisa modal komputer dengan prosesor & gpu asal-asalan... Bisa bermain game lancar. Contoh dekatnya adalah Genshin Impact. Game tersebut sekarang sering dijadikan standar untuk melakukan benchmarking pada suatu perangkat. Karena standar perangkat bagus/kuat tidaknya dapat dinilai seberapa lancar bermain Genshin Impact dengan pengaturan grafis medium (normal).

Semester awal, belum menemukan warnet game di Yogya. Bukannya belum, tetapi aku tidak niat mencari. Baru sekarang ini di semester 5-6, aku ada partner teman satu kos yang sama-sama satu frekuensi game. Sesama warga Teyvat. Baru sekarang akhirnya menemukan warnet game di Yogyakarta dari sekian warnet game yang terdebar di kota pelajar ini.

Warnet game itu ada standarnya. Kalau di Kudus, aku belum benar-benar menemukannya. Tetapi zaman sekarang, seperti yang aku jelaskan tadi. Perangkat harus oke, minim-minim prosesor tidak boleh i3 ke bawah ditambah lagi dengan prosesor grafis yang oke juga. Produsen GPU Nvidia memberikan sertifikasi terhadap warnet-warnet game yang benar melengkapi klien komputer mereka dengan perangkat yang oke. Dengan sertifikasi Geforce (Geforce Certified). Sehingga klien yang main di situ, sudah pasti mendapatkan pengalaman main yang cukup (sangat cukup) untuk bermain game kompetitif maupun entertain.

Nama warnetnya Platinum. Tempatnya ada di jalan Timoho. Lurus terus dari arah UIN Sunan Kalijaga. Melewati samsat, lalu kanan jalan. Tepat sebelah cafe internet (digunakan untuk wifi spot biasa, dengan fasilitas khas kafe).

Belum ada jepretan gambar, jadi saya kasih ilustrasi dari Unsplash ya.


Jumlah komputer kliennya ada banyak. Aku tidak ingat berapa, karena belum pernah menghitung. Namun ada 5 lebih komputer dilengkapi dengan layar cekung (Curved), meskipun tidak semua. Ruangan terbagi menjadi dua bagian. Satu umum (biasa digunakan untuk bermain biasa), satunya lagi tetutup. Biasanya dipakai untuk clan war.

Pertama melihat, “Wah benar, ini sudah benar warnet game.”.

Ciri khas yang paling mencolok dalam warnet game adalah tiap klien komputer, tidak ada sekat. Sehingga satu klien dengan klien yang lain bisa saling intip atau melihat. Berbeda kalau warnet pada umumnya, pasti ada sekat. Dan privasinya cukup terjaga. Jadi nggak mungkin lah ya, menonton video atau konten tidak senonoh di warnet game. Karena tidak ada sekat di antara klien lain.

Langsung bicara kelemahannya. Diantara hal yang ‘Tidak enak’ pada warnet game adalah komputer yang ‘gacha’. Ya seperti biasanya warnet game juga, apalagi kalau sudah lama beroperasi. Pasti ada sebagian kecil komputer yang sudah broken. Meskipun rusaknya tidak pada prosesor atau CPU-nya, kerusakan biasanya terjadi pada keyboard atau mouse.

Kelihatannya simpel/sepele. Seperti mouse-nya klik kanan yang ‘jebol’ sedikit. Tapi kalau digunakan bermain game kompetitif seperti Valorant/CSGO. Bakal terasa walaupun sedikit. Nah inilah yang aku sedikit tidak enak. Namun kelemahan ini tertutupi ketika mendapatkan komputer yang ‘oke’. Apalagi dibayar lunas dengan grafis yang cukup sesuai standar game.

Kami memesan paket pagi. Bermain durasi 6 jam, dengan ongkos 12 ribu rupiah. Kalau pagi, sudah pasti sepi. Karena para gamer biasanya aktif kala malam hari, mabar… dan sebagainya. Jadi pas memesan paket pagi, bisa memilih komputer klien yang kiranya cukup oke untuk dipakai bermain game.

Kriteria komputer menurutku adalah sebagai berikut,

  1. Keyboard, minimal semua alfabet berfungsi dengan baik. Begitu juga keycaps-nya (tidak jebol)
  2. Mouse, minimal klik kanan/kiri berfungsi dengan baik. Tapi ini opsional juga sih, antara klik kanan & kiri
    1. Prioritas klik kanan apabila ditujukan untuk bermain game kompetitif fps seperti; Valorant, CSGO (kebiasaan menembak dengan kontrol key terbaik, klik kanan)

    2. Prioritas klik kiri apabila ditujukan untuk bermain game santai seperti; Genshin Impact, browsing biasa

      Yah dasarnya dua tombol tersebut termasuk primer mau bagaimanapun

Sisanya mungkin bisa mengikuti. Mau layar LCD-nya curved atau tidak, keyboard-nya RGB atau tidak… menurut aku sendiri itu bukan prioritas. Karena datang untuk main game, lalu pulang setelah billing usai. Jadi ya, dua kriteria tersebut minim harus oke. Selebihnya ya dimaklumin aja, atau ganti komputer saja.


Bermain enam jam, apa itu tidak terlalu lama? Sebagian besar mungkin berpikir, “6 jam mau mantengin layar komputer terus-menerus? Tidak sakit kah matanya? Tidak bosan kah?”. Jawabannya adalah tidak.

Terlepas dari itu semua, Alhamdulillah aku tidak memiliki keluhan tentang penglihatan mata. Sehingga aku dapat mantengin layar selama enam jam non-stop. Penjelasan bosan tidaknya jatuh pada pengalaman bermain yang dialami atau game experience. Sehingga ketika main game sudah benar-benar enjoy, ya… why not? Namun lain kali, ketika ada kesempatan lagi. Aku mau membawa botol air putih satu liter, yang sering aku pakai untuk menjaga siklus minum air putihku.

Pengalaman ke iCafe (warnet yang terverifikasi dengan ‘Geforce Certified’) aku pernah melakukan live stream selagi bermain bersama teman. Dengan tujuan untuk menyimpan momen, dan menguji seberapa kuat komputer klien di warnet ‘Platinum’ ini. Sehingga dari live stream tersebut, aku dapat mengira spek perangkat untuk kedepannya. Hehe, masih ada aja impian untuk merakit komputer di masa depan esok.

Warnet ‘Platinum’ tentu sudah dilengkapi full game pastinya, dan aplikasi pendukung dalam bermain game. Contohnya seperti Discord, dan OBS (untuk live stream). Untungnya aku pernah pengalaman menggunakan OBS, sehingga aku dapat mencoba melakukan live stream di akun Youtube. Dengan pengaturan standar (default), tidak ada opsi yang aku ubah. Kecuali stream key, dan beberapa otorisasi untuk live stream di akun Youtube. Bahkan aku tidak mengatur tampilan layar live stream, seperti overlay dan sebagainya. Benar-benar portabel.

Hasilnya cukup stabil. Probabilitas lag render, cukup minim. Output live stream dapat dilihat dengan baik, namun ada sedikit error pada bagian input suara (agak double, atau kurang jelas). Dari live stream ini, aku dapat menilai bahwa arsitektur GTX cukup untuk digunakan bermain game sekaligus live stream.

Spek tiap komputer malah belum aku bahas. Untuk memenuhi kebutuhan bermain game triple A warnet ‘Platinum’ menanamkan spek di tiap komputer kliennya dengan core i5, Nvidia GTX 1650, dan ram 8 GB. Ditambah lagi dengan layar komputer yang mendukung kerapatan frame hingga 150 FPS, dengan kata lain 144 Hz refresh rate.

Dengan prosesor grafis sekelas itu, sudah pasti Genshin Impact bisa libas pengaturan grafis medium-end. Namun aku belum mencoba max grafis, hanya sebatas medium. Itu pun sudah satisfying sekali. Mulai dari pencahayaan, bayangan, efek visual, sampai ketajaman resolusi yang sudah tidak diragukan lagi. Karena prosesor grafis yang oke, prosesor inti yang oke, dan layar output yang oke juga. Sesuai dengan sertifikasi Geforce.

Kesimpulan dari pengalaman bermain game di warnet game ‘iCafe’ Platinum adalah sangat oke, dan cukup direkomendasikan untuk melepas penat mencari hiburan untuk pembaca yang demen/suka bermain game. Sehingga kepenatan mengerjakan skripsi, tugas laporan, akhir dan sebagainya dapat terbayar lunas.

Kapan-kapan aku harus menarget, perangkat/komponen apa saja yang diperlukan…

CONVERSATION

0 komentar: