Self Healing, Merepotkan Orang lain

https://images.unsplash.com/photo-1499728603263-13726abce5fd?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=1740&q=80

Cara orang self healing itu beda-beda. Ada yang pergi ke kafe, jalan-jalan/travelling, bermain game, tidur. Macam-macam pokoknya, bisa kalian cek sendiri di Twitter atau media sosial lainnya yang sering digunakan sebagai pelampiasan —maksudnya sambat. Apalagi ketika akhir tahun begini, ada yang merencanakan liburan, rehat, bekerja, macam-macam dah pokoknya. Sekarang yang menjadi pembahasan dari post ini adalah tentang self healing yang terkadang merepotkan orang lain. Sebelum itu seperti biasa, disclaimer ini termasuk free writing. Sehingga apapun yang tertulis di sini, tidak bisa dijadikan dasar hukum, debat, pijakan. Karena pada dasarnya semua ini terlintas dari pikiran saya, eman/kasihan/sia-sia kalau tidak dituangkan dalam bentuk kata-kata.

Mulai.


Berdasarkan dari pengamatan. Rata-rata orang itu melakukan self healing akibat banyak hal. Sampai hal kecil pun itu bisa memicu orang untuk melakukan self-healing. Karena tiap masalah itu tergantung perpsektif orang dalam memandang, boleh jadi kalau dipandang dari orang A mungkin “Ini mah biasa aja.” Tetapi dipandang dari orang yang mengalaminya langsung itu lebih berasa atau berat. Oleh karena itu, penyebab self healing itu bermacam-macam, variasi. Tergantung pada orangnya.

Sekarang, aktivitas atau kegiatan untuk memulihkan diri sendiri (secara fisik & mental) itu apa aja? Variasi juga. Sama seperti yang sudah saya paparkan tadi di paragraf awal. Tergantung orangnya, ada jalan-jalan atau makan-makan, berbelanja, dan lain-lain. Relatif, dan itu tidak bisa dihukumi salah satu kegiatan tersebut itu salah. Kecuali, kegiatan self healing tersebut itu memberikan dampak buruk terhadap orang lain atau teman sesamanya. Contoh berkelahi, wkwk kali aja ada kecintaan dalam gelut. Sehingga mengekspresikan kekesalannya dalam bentuk hantaman fisik terhadap orang lain sekitarnya. Ini mah sudah termasuk gangguan kejiwaan.

Kegiatan self healing dapat dilakukan sendiri, ataupun bersama teman-teman. Biasanya ketika dilakukan bersamaan, itu satu komunitas tersebut merasakan hal yang sama, kekesalan yang sama. Sehingga mencari suasana baru untuk menyenangkan diri. Dari pengamatan saya sendiri, self healing yang dilakukan bersama-sama itu sering terjadi dalam suatu komunitas/organisasi. Entah apa itu problem/masalahnya, tetapi dapat di-hipotesis-kan kalau adanya masalah yang khas terjadi dalam hal keorganisasian. Ya, entah, saya sendiri minim ikut begituan. Ini hanya hipotesis juga.

https://images.unsplash.com/photo-1490730141103-6cac27aaab94?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=1740&q=80

Sekarang bagaimana jika self healing tersebut yang dialami hanya satu orang. Lantas bagaimana teman yang lain, yang sama-sama ikut melakukan self healing. Dari sini menjadi poin pembahasan pada post ini. Ada beberapa orang, yang tipenya dalam melakukan self healing, itu melibatkan orang lain. Contoh, jalan-jalan ke suatu tempat. Sedangkan tipikal orangnya tidak bisa jalan sendiri, solo-traveller itu tidak bisa. Oleh karena itu dia akan mencari orang lain, teman untuk diajak ber-self healing sama-sama.

Pengajakan ini relatif, bisa memberikan dampak positif atau negatif. Sehingga dari sini, aku memfokuskan sudut pandang orang yang mengajak (artinya orang yang ingin self healing) harus pula memikirkan kondisi orang lain sebelum mencari mangsa, maksudku mencari teman untuk sama-sama diajak self-healing. Ya, sekali lagi kegiatan self healing itu bermacam-macam. Kiranya orang yang diajak itu suka apa nggak?

Tekankan pada poin ini, Kiranya orang yang diajak itu suka apa nggak?

Karena orang-orang itu tidak semua sama, mau diajak bekerja sama, mau diajak berkeluh kesan bersama. Sehingga mau tidak mau ya, kudu sama-sama menghormat/respect dengan hobi, kesibukan masing-masing. Jangan sampai dalam melakukan self healing itu sampai merepotkan orang lain.


Contoh,

Dalam suatu kasus itu katakanlah ada orang mengalami kekesalan karena hal keorganisasian. Sehingga dia mencari cara untuk menghibur diri, mencari pelampiasan untuk menyegarkan pikiran/sanity/kewarasan. Namun kesukaannya dia itu tidak bisa dilakukan sendiri. Kegiatan yang ia lakukan untuk menyenangkan diri adalah mabar. Main bareng. Bisa dalam bentuk game online, atau mungkin nongki sekedar mengobrol secara virtual ataupun offline. Relatif, tergantung kondisi, dan situasi juga menyesuaikan. Yang terpenting komunikannya ada dulu, lawan bicara atau kawan mabarnya ada dulu. Karena meskipun secara literal itu mabar (main bareng), tetapi pada dasarnya yang dibutuhkan itu adalah cerita.

Umumnya, kebanyakan orang itu dalam ber-self healing salah satu inti yang mereka butuhkan adalah bercerita. Menumpahkan semua masalah hidup, maksudnya, apa yang baru dia hadapi dengan tujuan untuk disampaikan cerita tersebut. Kritik dan saran itu opsional, malah terkadang tidak dibutuhkan. Karena inti poinnya itu apa? Ya cerita tersebut.

Dari bercerita tersebut itu memerlukan komunikan. Dasar komunikasi itu ada yang ngomong dan ndengerin. Kalau salah satunya hilang, maka komunikasi tidak dapat berjalan dengan lancar. Dari komunikan itulah, orang harus mencari teman. Mencari orang yang dapat dipercaya untuk diajak sambat, bercerita. Meskipun hanya sekedar cerita, membacot ria ya bahasa kasarnya. Tetapi dari bercerita tersebut, harus berpikir juga,

Apakah memberikan dampak buruk apa ndak?

Apakah bercerita ini mengganggu waktunya apa ndak?

Jangan sampai kita, aku, saya ini dalam bersambat itu sampai merepotkan orang lain. Ini juga berlaku dalam melakukan self healing. Jangan sampai merepotkan orang lain dah pokoknya. Apapun yang terjadi, sekelumit pusing apapun sampai cari-cari tempat untuk menghibur diri… Itu tetap harus mempertimbangkan orang lain apakah yang disambati itu terganggu apa tidak.


Oleh karena itu, untuk orang yang memiliki kebiasaan dalam ber-self healing itu sering cari-cari teman untuk diajak bareng. Entah itu makan bareng, nongki, jalan-jalan. Itu harus disyukuri, bagaimanapun itu. Dan juga harus melihat-lihat, apakah yang diajak itu sedang sibuk atau tidak. Sedangkan untuk mereka yang nolep, wkwk. Itu juga harus bersyukur, karena nggak merepotkan orang lain dalam ber-self healing. Mengingat self healing itu terkadang dilakukan kapan saja, di mana saja. Tergantung suasana hati, tiba-tiba kesal, senang, ceria. Pokoknya tergantung suasana hati.

CONVERSATION

0 komentar: