Apa Kabar Lagi

 https://images.unsplash.com/photo-1633113090205-cc1ac795b5f9?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDF8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=2070&q=80

Halo, bagaimana kabar teman-teman? Khususnya seperjuangan angkatan 19, yang sekarang sedang memusingkan diri mengerjakan tugas Metopen. Baik-baik saja? Semoga baik ya, apapun yang terjadi, tetap harus happy! Wkwk.

Setelah hiatus hampir 3 pekan, akhirnya saya tergerak kembali untuk lanjut menulis, bercerita, mengkhayal di Blog ini. Simpelnya melakukan free writing, meskipun seharusnya di ranah ini aku harus terus berkembang melatih tulisanku untuk memenuhi standar kepenulisan ilmiah. Maklum, habis dicekoki materi tentang kepenulisan ilmiah, banyak baca artikel jurnal, dan sebagainya.

Alasan saya lanjut menulis di Blog adalah ada rasa kalau keterampilan tulis-menulis saya sering miss dan buntu. Apalagi ketika mengerjakan tugas Metopen, ya Allah Gusti benar-benar tersiksa untuk membuat kata-kata. Apa yang aku pikirkan adalah bagaimana membuat paragraf yang pas, sehingga mikir... terus disambi bengong. Nanti ketika mendapatkan ide, tiba-tiba ada notifikasi dari ponsel kemudian terganggu (distract) lalu proses pengerjaan tugas menjadi terhambat.

https://images.unsplash.com/photo-1571570261702-3d23956fa32e?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=1992&q=80

Dari proses saya menulis yang sering buntu ini, mendorong semangat kembali untuk menulis sesuatu di Blog iamshidqi. Entah itu berisi curhatan, pisuhan, artikel semi ilmiah, atau cerita memori spesial sehingga sewaktu-waktu saya membacanya untuk mengenang peristiwa itu besok. Sebenarnya bukan karena buntu yang benar-benar buntu, karena sebelumnya itu sudah banyak draft judul yang mau ditulis, lengkap dengan ide gagasan dan alur paragraf yang saya tata untuk ditulis dan dipost ke Blog. Namun, kesibukan yang dibuat-buat dan malas inilah membuat produktivitas saya di Blog menjadi terhambat. Belum lagi ada tanggungan tugas yang lebih diprioritaskan.

Tentang judul post yang sudah banyak saya buat, aturan tersebut saya coba terapkan dalam proses tulis-menulis setelah mendapatkan materi kepenulisan ilmiah. Sehingga harapannya dengan menulis model di-draft seperti itu bisa membuat hasil tulisan menjadi terstruktur dan rapi. Sehingga ketika dibaca, itu enak. Namun kenyataannya, itu bukan membuat saya makin produktif ataupun terstruktur dalam menulis. Malahann membuat saya menjadi bingung dan sering blank.

"Dikasih ide ini... pas nggak ya?" "Kasih itu, masuk akal ndak. Menyambungkannya bagaimana ya?" "Aduh ini ndak pas, eh tapi."

Dan, otak sibuk ber-brainstorming sendirian. Akhirnya tidak lanjut menulis malah nge-game.

Hal umum yang sering terjadi adalah bingung menuliskan kata-kata. Iya, idenya itu ada. Namun ide yang tersirat dalam otak tidak bisa dituangkan.

...

Pada kasus ini. yang salah itu bukan metodenya. Namun salah yang memakai metode tersebut, karena dipakai hanya sewaktu-waktu, ditambah lagi masih menimbun rasa malas. Sehingga mindset "Nanti dikerjakan" menjadi pemicu utama menunda karya selagi masih hangat di pikiran dan harus segera dikeluarkan. Sedangkan metode tersebut itu harus dilatih, dilatih, dan terus dilatih untuk semakin lancar dan logis.

https://images.unsplash.com/photo-1617900307989-00798307bd48?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=2070&q=80

Metode kepenulisan yang pernah aku singgung di post sebelumnya, adalah teknikk menulis dengan cara memikirkan judul/tema apa yang ditulis terlebih dahulu, kemudian memikirkan gagasan apa yang nanti menjadi kata kunci dalam merangkai per-paragraf, dan dilanjutkan urutan paragraf yang nanti tiap paragraf ada kata penghubung untuk saling menghubungkan topik agar saling terkait.

Ribet kan? Emang. Tetapi bila bahasannya kepenulisan ilmiah. Maka tidak bisa ditawar, ya memang seperti itu.

Kecuali free writing. Metode menulis seperti ini benar-benar bebas, tidak ada aturan. Ya, ada sih aturannya. Hanya satu. Dan itu menurutku benar-benar vital, demi menunjang proses kelancaran dalam menulis. Yakni, kata apa yang kamu tulis/ketik itu tida boleh dihapus. Sehingga teruslah menulis, tanpa melihat kebelakang. Bayangkan aja tombol 'backspace' itu tidak ada di dunia. Sehingga setelah mengetikkan huruf, maka ya sudah. Dilanjutkan atau ganti topik dengan cara diabaiakan.

Ketika aku mencoba menerapkan teknik seperti itu, hasilnya membuatku bingung dan imajinasi yang gila ini menjadi tersumbat. Saya katakan imajinasi yang gila itu dibutuhkan ketika hendak membuat rumusan masalah, atau tema penelitian. Karena tema harus dibuat dengan epic, jelas, dan belum ada. Ya, teman-teman mesti paham standar skripsi itu bagaimana.

https://images.unsplash.com/photo-1550592704-6c76defa9985?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=2070&q=80

Lalu, apakah post Blog ini termasuk Free Writing?

Sejujurnya iya. Karena saya mencoba berkali-kali untuk menulis dengan model draft seperti halnya ketika hendak karya tulis ilmiah. Hasilnya tidak jadi-jadi. Iya jalan, tetapi nggak sampai final. Karena stuck bingung dengan judul yang saya buat (padahal tujuannya hanya mentok dipost di Blog lo). Sampai akhirnya, "Ah bodo. Free writing sajalah.".

Setelah post ini, semoga saya bisa melanjutkan menulis cerita/kejadian yang menurutku pas untuk diabadikan di sini. Banyak momen-momen peristiwa yang pas, nanti saya ceritakan satu-satu.

Iamshidqi, notetaker. Semester 5.


// Saya sedikit tersiksa menulis post ini. Padahal dikirim ke Blog sendiri.

CONVERSATION

0 komentar: