Playing SLiMS 9 Bulian



Semisal SLiMS 9 di situsnya ada fitur rich presence Discord, mungkin akun Discord-ku bakal tertanggal tag tulisan seperti itu. Karena dari pagi, sekitar pukul 8 sampai sore, pukul 3 itu hampir full menginput data bibliografi dan eksemplar bahan pustaka di perpustakaan SMPN 4 Banguntapan. Sama seperti post sebelumnya, pengalaman pertama mengolah rasanya banyak yang salah dan typo. Disamping karena tidak biasa, ada hal lain yang sering menjadi faktor kesalahan dalam menginput ketika awal-awal pertemuan. Yakni kewarasan atau tingkat fokus. Kelihatannya sih seperti menyalin data yang penting/vital di tiap buku, tapi memerlukan fokus yang lumayan. Apalagi kalau sudah menginput banyak buku, berkisar 20-30 ternyata supervisor menginformasikan kalau ada data yang miss atau salah sehingga harus dibenahi. Meskipun tiap perpustakaan memiliki kebijakan sendiri-sendiri, setelah aturan atau rules-nya sudah ditetapkan ya sudah. Harus ditepati.

Jadi, intinya proses menginput itu memerlukan fokus yang lumayan. Aku akui itu. Tetapi perlahan hari atau pertemuan, proses menginput seperti sudah terbiasa. Karena di browser ada pratinjau data yang sudah pernah diinput sebelumnya, jadi tinggal ditempel kemudian dibenahi data yang diambil dari buku yang hendak diinput. Gimana ya menjelaskannya?


Dengan adanya post ini, artinya aku bersama teman-teman se-party, sekelompok telah mencapai pekan kedua. Bukan berarti sepekan itu tujuh hari full mengolah, datang ke sekolahnya, berangkat pagi pulang sore. Melainkan sudah dua pekan terlewati dalam proses mengolah ini. Jadwalnya perpekan dibagi menjadi tiga pertemuan, yakni Selasa, Kamis dan Sabtu. Sehingga selain hari-hari tersebut, maka bebas atau libur. Tetapi libur itu bukan berarti bebas tugas, ada tanggung jawab lain juga. Karena mata kuliahnya ndak satu saja, ada enam mata kuliah utama dan sisanya pilihan. Sehingga ‘libur’ yang dimaksud itu ya bukan free libur yang sebenarnya, wkwk temen-temen paham lah ya. Apalagi teman-teman yang ikut organisasi juga atau perkumpulan diskusi semacamnya. Pasti banyak sekali agenda dan rapat yang harus dilaksanakan bertahap dan terus berjalan, semoga lancar ya!



Kembali lagi ke pengalaman mengolah, selama sepekan belakangan ini.

Skill yang aku dapatkan so pasti cara input bibliografi dan bagaimana prosedur berjalannya software otomasi perpustakaan, pada sekolah yang aku & teman-teman sekelompok gunakan adalah SLiMS versi 9, Bulian. Post sebelumnya aku pernah menjelaskan bagaimana perbedaan yang konstan dan susahnya menginstall SLiMS 9 Bulian di laptop, untungnya proses instalasi SLiMS pada komputer server milik perpustakaan sekolah tidak ada kendala yang terjadi, Alhamdulillah.

Keterampilan input ini meliputi bibliografi dan eksemplar. Dua hal tersebut saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan apabila hendak menerapkan model layanan otomasi perpustakaan. Seperti halnya layanan peminjaman, pencarian buku menggunakan katalog yang sudah di-entri pada software otomasi perpustakaan sampai pendataan anggota. Namun ranah sekarang belum sampai atau memungkinkan untuk memulai pendataan atau men-setting fitur pendataan anggota perpustakaan di SLiMS-nya. Karena kondisi setempat masih menggunakan pembelajaran daring, sehingga tidak mungkin murid datang ke perpustakaan untuk mampir dolan, ambil buku, baca buku dan pinjam-meminjam kecuali untuk mengambil buku kurikulum pembelajaran. Contohnya seperti buku paket.

Bibliografi buku dan eksemplar itu ibarat data diri buku dan berapa jumlah unit yang ada. Unit ini disebut eksemplar, sehingga ketika nanti semua bahan pustaka (seperti buku) sudah didata bibliografi dan jumlah salinan (eksemplar)-nya pada database SLiMS, maka nanti siswa bisa tinggal mencari buku yang hendak dipinjam, kemudian menemukan bukunya dan melakukan layanan peminjaman. Setelah itu, data salinan buku yang dipinjam tersebut akan ditandai dengan data ‘dipinjam’, sehingga nanti suatu saat ketika ada siswa lain yang hendak meminjam buku dan kebetulan bukunya sama. Maka petugas tinggal memberi kabar kalau bukunya sedang dipinjam (bila salinan bukunya hanya satu atau kondisinya dipinjam semua).

Pengalaman meng-entri pada satu pekan belakangan ini, rasanya ilmu klasifikasi dan katalogisasi yang dulu aku & teman-teman pelajari ketika semester 2-4 itu bermanfaat sekali pada proses entri-mengentri. Karena kemampuan mengkelaskan buku pada kategori yang mana, termasuk nomor klasifikasi desimal yang mana, itu penting dan vital sekali untuk semua pustakawan. Sehingga ketika aku mengentri, minimal aku membuka 3+ program

  1. Chrome, sebagai web browser utama
  2. DDC, versi e-book untuk pedoman klasifikasinya. Tidak hafal semua nomor DDC woi
  3. Notepad, sebagai sticky-note. Karena banyak nomor klasifikasi yang sering muncul sehingga tidak perlu bolak-balik ganti window ke DDC dan Chrome

Dan … masih banyak lagi, seperti Discord, Spotify atau apalah gitu. Untuk menemani kala senggang dan menaikkan fokus kewarasan wkwkw.


Dari pengalaman mengentri ini aku jadi belajar kembali sekaligus praktek secara langsung proses meng-kelaskan buku. Dari sini juga aku terlatih untuk mencari 8 daerah dalam buku untuk menentukan topik dan pembahasan yang sesuai. Maksudnya supaya tahu, ini buku bahas apa sih? Dikelaskan masuk kategori mana? Karena tidak sedikit buku yang covernya apa? Isinya apa? Intinya tampilan/ilustrasi cover ataupun judul, itu tidak sama dengan kandungan buku yang sebenarnya. Kondisi ini menuntut teman-teman, Tim penginput untuk lebih jeli/peka/kepo akan buku ini itu bahas apa sih?

Semenjak proses entri-mengentri inilah aku mulai melatih kemampuan membaca memindai sekaligus sintopikal. Membaca sintopikal adalah teknik membaca cepat dengan tujuan membandingkan buku, sering disebut membaca komparatif. Teknik membaca ini ternyata tidak terasa aku melakukannya ketika menemukan dua atau tiga buku yang topiknya hampir sama, tapi bingung dikelaskan di mana? Ada beberapa cara untuk menentukan topik atau pembahasan yang dibahas, tapi lebih efektifnya lagi adalah membaca isi kandungan buku tersebut sekilas dan membandingkannya.

Sampai-sampai aku berpikir kalau cara membacanya pustakawan dengan orang biasa itu berbeda. Ini aku rasakan ketika mengentri, ketika hendak mengisi kolom atau meta data buku bagian ‘Deskripsi buku’. —kapan-kapan aku akan menjelaskan tentang ini nanti.


Sebagai catatan, pengolahan ini sebenarnya masih banyak hal yang harus atau rencana hendak dilakukan selama proses praktek ini. Namun terhalang ruang dan waktu. Salah satu contoh ‘banyak hal yang direncanakan’ seperti mengadakan preservasi informasi. Adalah kegiatan pelestarian informasi atau bahan pustaka. Simpelnya merawat buku/koleksi perpustakaan yang sudah rusak atau rapuh, sehingga upaya pelestariannya beragam. Seperti memberi sampul buku, mendigitalkan buku dan sebagainya.

Kegiatan preservasi informasi termasuk dalam ‘action plan’ kelompok, namun sampai sekarang masih stuck atau proses pada inventarisasi dan input data ke software otomasi perpustakaan (SLiMS). Semoga Desember pertengahan, atau setidaknya bisa khusnul khotimah! Dan dari pengalaman ini bisa menjadi bekal untuk semester depan ketika PPL dan terus bermanfaat ketika terjun di dunia kerja Amiin!



CONVERSATION

0 komentar: