Sebelum pandemi menyerang, aku sempat membuat server Discord ditujukan untuk mabar (main bareng) bersama teman. Kala itu masih baru-barunya laptop, aku bermain Dragon Nest bersama teman seperjuangan kuliah. Sampai sekarang itu server masih ada. Dan aku ingin berbagi pengalaman menggunakan Discord 'sebagai media komunikasi selama daring'.
[!] Tulisan atau post ini tidak ada dasarnya, murni kata hati pikiran yang ingin berbagi. [!]
IMAGINE A PLACE...
...where you can belong to a school club, a gaming group, or a worldwide art community. Where just you and a handful of friends can spend time together. A place that makes it easy to talk every day and hang out more often. - Dikutip dari situsnya (https://discord.com/)
Secara simpel Discord memang platform komunikasi tapi secara kompleks dapat memberikan fitur yang seolah-olah memberikan 'rumah virtual' di mana adanya kamar-kamar dan tempat saling sharing bersama. Terlebih bila rumah tersebut ramai akan pengunjung atau berpenghuni, maka tiap anggota keluarga/rumah tersebut akan senantiasa meramaikan rumah tersebut. Bahkan berkomunikasi melalui teks sekalipun seperti berinteraksi langsung mengobrol biasa. Apa ini karena aku terlalu lama me-lockdown diri?
Selama satu tahun lebih sedikit kiranya, aku menggunakan platform Discord sebagai media komunikasi berdiskusi. Terlepas dari Telegram, Whatsapp atau platform komunikasi 'yang wajar/sering' digunakan oleh masyarakat luas. Aku memilih menggunakan Discord, meskipun itu minoritas.
Justru karena minoritas (di kalangan jurusan/prodi) aku memilih menggunakan platform ini.
...
Discord memberikan banyak kenangan, cerita, ribut, masalah sampai urusan percintaan terukir di sana. Semisal aku meng-hosting server Discord dalam memori harddisk-ku sendiri. Maka isinya penuh rekaman-rekaman suara yang berisikan urusan gibah, sharing hal-hal kecil, bahkan sampai ber-overthinking bersama.
Discord satu-satunya platform komunikasi yang saat ini aku temui, di mana si pemilik server maupun anggota server bisa berinteraksi dengan tertata/terstruktur. Ibarat whatsapp yang menghimpun banyak grup, sehingga semua grup tersebut dihimpun sepaket jadi satu seperti halnya rumah yang penuh dengan ruang/kamar untuk berdiskusi, mengobrol secara virtual.
Para konten kreator di Youtube, Twicth atau platform lainnya sering menggunakan platform Discord sebagai tempat para fans/followers untuk saling berinteraksi dengan komunitas yang dibuat oleh konten kreator atau para fans tersebut. Kenapa tidak menggunakan Telegram/Skype/Whatsapp atau platform lainnya? Why Discord?
WHAT MAKES DISCORD DIFFERENT?
Apa yang membuat Discord berbeda dengan platform lainnya?
A Place to Call Home
Dikutip dari situs resminya (https://discord.com/) Discord memberikan kita/aku akses untuk membuat tempat seperti halnya rumah. Discord server adalah rumah kita/aku/kamu/suatu komunitas. Tempat untuk berbagi, bersedih, bersenang. Dan tidak ada seorangpun yang bisa masuk, hanya mereka diundang oleh kamu atau aku (pemilik server/rumah). Pengecualian untuk server komunitas.
Organized Conservation
Salah satu fitur Discord yang aku suka, menjadikanku nyaris membuat Discord sebagai tempat ventilasi atau tempat untuk membuang. Adalah channel teks berbasis topik untuk memudahkan anggota membahas apa yang sesuai. Sehingga seharusnya tidak ada yang namanya out of topic. Ibarat kamar, kamar ini untuk bahas masalah hidup, nanti kamar situ untuk bahas mabar atau looking for playing dan seterusnya.
Fitur channel topik ini membuatku mudah mengorganisir channel, menyesuaikannya untuk bahasan tiap mata kuliah. Ketika semester 2 sampai sekarang, channel atau kamar yang berisikan pembahasan tiap mata kuliah selalu ditambahkan seiring bertambahnya semester.
Pop in to Talk
Simpelnya Discord server ibarat rumah. Seperti yang aku jelaskan tadi, rumah yang berisikan kamar-kamar atau lounge (ruang santai). Di mana para penghuni/anggota server tersebut bisa memilih mau manakah tempat untuk duduk dan mengobrol.
Contoh aku dan teman-teman mau nongkrong ke kafe. Maka kami memilih tempat manakah untuk mengobrol? Bisa dekat pintu bar, atau daerah mojok yang mungkin bisa terprivasi dan seterusnya. Begitu juga Discord, cara kita menelpon bersama ketika di Discord server sama seperti kita hendak mengobrol di kafe.
"Mau di mana Fal?"
"Di kamar nge-chill gimana? Lagi mau nyantai ini."
"Oke."
Conclusion
Dan... masih banyak lagi fitur yang patut dicoba atau dipertimbangkan untuk menggunakan Discord sebagai media komunikasi dalam jumlah besar, khususnya organisasi yang besar atau suatu proyek. Khususnya dalam kondisi daring.Kelemahan dan keresahan menggunakan Discord pasti ada dong. Bahkan whatsapp aja ada keresahannya kok, misal ketika whatsapp mengalami fail memuat chat sehingga membuat semua chat yang disimpan terkena wipe massal.
Tetapi Discord selebihnya imbang antara kelebihan dan kekurangan Aku lebih menggunakan Discord untuk media komunikasi yang for fun sekaligus untuk melatih kemampuan berbahasa Inggris secara audio dan visual. Sehingga kalau aku jabarkan secara gamblang, panjang ceritanya.
Langsung gas dm (Ravelfilecdq#5293) untuk kita mengobrol chatting bersama wkwk.
0 komentar:
Posting Komentar