Dua hari yang lalu, aku berani mengatakan bahwa sariawanku sepenuhnya pulih. Tapi masih ada luka yang proses penutupannya membutuhkan waktu, selebihnya tidak ada bercak putih yang biasanya menjamur dan disebut sariawan.
Bicara sariawan, aku menderita. Maksudku sariawan ini sudah semenjak awal bulan Ramadhan kemarin. Biasanya terjadi kalau kurang minum, vitamin, dan pemicu utamanya adalah pikiran.
Percaya atau tidak, selepas sesuatu yang dipikirkan selesai tuntas atau terurai usai. Sariawan akan segera pulih dengan sendirinya.
Contohnya ya ini. Aku sariawan semenjak bulan Ramadhan, sampai dua pekan lalu sembuh tapi disamping mau sembuh ada luka lagi yang entah dari manaa tiba-tiba ada dan ngganjal. Ya apa lagi kalau nggak sariawan?
Rasa sakit ketika kesenggol, berbicara, kegigit, kesentuh sekalipun. Perihnya sampai ke ubun-ubun (hiperbola). Saking lamanya sariawan, akhirnya ketika kesenggol atau kegigit luka sariawan yang jelas-jelas tambah melebar. Rasa perih sakitnya sampai tidak terasa, meskipun sampai berdarah sekalipun. Tapi bukan berarti aku bisa menahan rasa sakitnya, tetap perih dong sampai ngga kerasa reflek mengeluarkan air mata.
***
Lantas, maksudnya bersyukur sariawan di mulut?
Sariawan toh itu penyakit, bukannya berdoa agar ngga sariawan eh malah kudu bersyukur?
Berdasarkan beberapa sumber yang aku baca dan diingat. Sariawan disebabkan oleh cedera, seperti karena tergigit atau kesalahan dalam menyikat gigi. Infeksi jamur, virus atau bakteri di mulut atau di bagian tubuh lain. Penyakit autoimun, seperti lupus. Kondisi tertentu, seperti perubahan hormon, kekurangan nutrisi, stres, merokok, dan faktor genetik.
Yang jadi poin penting, aku garis bawahi adalah.. stress.
Cukup simpel, dengan maksud singkat dan jelas.
Bila diteliti, aku sariawan muncul ketika bulan Ramadhan. Bertepatan pada aku terpilih menjadi ketua panitia, di mana ini merupakan hal yang benar-benar baru dan berkali-kali memicu ptsd masa lalu. Apapun itu, kudu dilawan. Yang bisa melawan diri sendiri.
Jatuh bangun, anjlok, ambruk berkali-kali. Sampai nggak itungan, aku menuliskan kata-kata sambat yang dibalut kiasan sulit dipahami berkali-kali. Berusaha melampiaskan rasa stress, kebingungan, buta map ga ada pengalaman. Mencurahkannya dalam bentuk cuitan dan berusaha agar tidak merujuk/menunjuk langsung ke suspek suatu orang/oknum.
So, salah satu penyebab atau pemicu sariawan adalah stress. Meskipun nggak semua orang memiliki batas stress yang sama atau malah tidak sama sekali alias strong.
Hanya karena mengemban amanah tersebut, langsung pikiran travelling sampai mana-mana.
Dan akhirnya seluruh anxiety pun muncul satu per satu tiba.
Kembali ke tadi, apapun itu sariawan di mulut ini tetep kudu bersyukur. Petuah ini dari kedua orang tua. Beliau menjabarkan bahwa rasa syukur meskipun sariawan berada di mulut dengan berikut;
Sariawan bermula dari panas dalam lumrahnya. Sisanya bisa berupa penyakit lain atau karena kebetulan daya tahan tubuh sedang lemah. Tapi yang menjadi pemicu utama adalah pikiran, ini merujuk gejala stress tersebut.
Mau dikasih bejibun obat apapun, kalau pikiran ndak tertuju pada kata ‘Sembuh’ ya nonsense alias sama aja. Tidak memberikan efek yang signifikan, atau malah bisa memicu bertambahnya luka secara tidak langsung.
Sariawan ini ibarat luka di mulut, disebabkan banyak suspek. Lumrahnya karena panas dalam dan kurang nutrisi. Untung saja lukanya berada di mulut, tidak di dalam perut. Karena bila luka tersebut berada di dalam tubuh, akan tambah menyulitkan nantinya untuk sembuh. Bahkan memerlukan perawatan intensif.
Oleh karena itu, aku mulai berlatih. Sariawan harus tetap disyukuri, meskipun itu sakit dan benar sakit sekali.
Namun untungnya sariawan berada di mulut, tidak di dalam perut. Mungkin? Bisa jadi, beberapa kasus orang sakit dan menjalar ke mana-mana bermula dari pikiran seperti stress.
Aku menyadari bahwa selama awal Ramadhan sampai akhir dan lebaran hari raya Idul Fitri, nyaris tidak terasa berlalu 30 hari. Karena stress dan overthinking.
Dari sinilah aku mulai menebak dan memastikan, penyebab ini luka sariawan ngga sembuh-sembuh malah nambah.. adalah bersumber dari pikiran.
Untungnya, syukurnya panas dalam tersebut muncul dalam bentuk luka di mulut dan lidah. Jadi rasa sakitnya nggak seberapa dibandingkan dengan luka di dalam perut.
Seperti radang usus, tipes, dan penyakit dalam yang perlu istirahat total dan perawatan intensif.
So, simple-nya apapun itu w kudu bersyukur. Sariawan di mulut disyukuri, dari pada di dalam tubuh.
0 komentar:
Posting Komentar