Tulisan bebas ini ditulis karena adanya keinginan dan ide untuk menunjukkan bahwa watak itu tetap bisa diubah, tapi apa? Nah itu.
Selamat membaca.
Semua tahu ya, watak orang beda-beda. Usia SD, itu mungkin sudah kelihatan watak tiap murid yang bermacam-macam. Ada yang tipikal suka membuli, menggasaki, atau ada berwatak seperti halnya peri.
Simpelnya semua orang memiliki sifat beda-beda, tidak bisa disamakan. Kadang yang namanya perbedaan, sering menjadi bahan atau sebab-musabab bertengkar. Entah itu masalah miskomunikasi atau perbedaan sikap yang kadang tidak bisa ditolerir.
Sekarang, apa watak harus mengalah? Apa harus benar-benar merubah watak ketika terjun dalam sosial. Khususnya suatu organisasi kecil, seperti kerja kelompok atau semacamnya?
(Tulisan ini bukan ditulis karena rasa benci atau buruk lainnya. Murni untuk membuang ide dari pikiran yang mengganggu. Barang kali bisa jadi manfaat atau gagasan, tapi jangan dijadikan dasar)
Jawabannya → Tergantung.
Kok Bisa?
Ya bisa. Karena watak itu mencerminkan pribadi otomatis. Tapi kadang ada watak yang kadang harus diubah, perlu dilatih untuk beradaptasi dalam situasi yang kadang tidak sesuai dengan hati nurani. —Misal, kondisi saya. Aku mengambil contoh diriku yang.. nonsense ini. Memiliki pribadi/watak yang suka menyendiri, nyaris seperti orang anti-sosial dengan kemandirian dan tekad yang kuat nan kaku. Tapi dalam situasi tertentu, harus berubah dan menyesuaikan kondisi.
Adalah aku belajar dari kejadian atau pengalaman ketika menjadi pemimpin dalam suatu acara yang menjadi tugas akhir pada suatu mata kuliah (Baca post sebelumnya, pasti tahu wkwk). Pada situasi tersebut, aku harus merubah sikap. Melatih sikapku yang mandiri, terkenal solo-singleplayer harus berubah untuk bisa bekerja sama, melatih team work. Meski berakhir dengan anjay mabar. —Maksudku ada adaptasi, jangan tetap teguh pada pendirian, "Aku tipikal orang yang sendiri, single player. Maka aku buat panitia, tapi nggak butuh kalian." Don't say that bro, itu akan mengacaukan semua.
Intinya adaptasi, tergantung situasi, kondisi, dan toleransi.
Tapi ada juga yang masih tetap teguh pada pendirian. Jadi tetap tegar walaupun berbeda dengan kawan-kawan. Seperti hal simpel dalam perkuliahan ya, walau kadang aku/saya sendiri merasa ingkar dalam hati. Yang mungkin aku belum bisa melaksanakannnya, masih perlu latihan dan banyak komunikasi.
Contohnya seperti kasus berbagi jawaban.
Ya, itu terlihat simpel untuk semester 1-3 atau mungkin selebihnya. Tapi buat aku, tidak menyukai seperti itu. Entah apa dari dulu nggak suka atau bagaimana. Jadi, kalau tidak mudeng/paham maka garap/kerjakan sebisanya. Maksudnya murni skill, no cheat.
—Back to the topic.
Sifat yang keras kebanyakan tidak disukai banyak orang/teman-teman. Walaupun sifat yang keras itu, yang dikeraskan adalah suatu kebaikan atau meninggalkan keburukan. Namanya orang, tetep ada yang tidak suka.
Walaupun digoda atau dinasehati oleh banyak orang, seorang influencer sekalipun.. watak/sifat tidak akan berubah.
Tapi,
ada kemauan untuk berubah.
Semua bisa berubah kalau dalam diri ada niatan untuk berubah. Sebenarnya nasehat yang kita lontarkan atau dilontarkan, itu bakal tidak masuk akal bila yang dinasehati menutup hati. Maksudnya kalau ia tetap pada pendiriannya, "Aku begini ya begini." Ya.. mungkin susah untuk masukan masuk ke dalam hati pikiran.
So, simpelnya sifat/watak bisa berubah tapi tegantung pada dirinya. Ada kemauan tidak, intinya kalau ada kemauan untuk berubah. Pasti bisa! Ada tantangan itu pasti, tapi namanya kemauan pasti tetap dihadapi.
Tantangan maksudnya?
Ya, namanya watak kan kadang itu sifat sudah bawaan dari lahir, atau terbentuk karena lingkungan. Kalau semesta tidak mendukung, maka harus berubah. Itu pasti ada tekanan atau pertentangan batin. Apalagi kalau yang dihadapi adalah sesuatu yang notabenenya 'salah'. —Tapi mau bagaimana lagi?
Ada kejadian di mana aku harus merubah watak, sifat. Meski pelan dan susah, tetap harus berjuang. Seperti yang aku tulis tadi, tentang tipikal sifat yang suka menyendiri, selalu bertindak mandiri, seorang singleplayer. Sehingga sifat seperti ini, mungkin akan jadi beban atau kendala besar ketika menjadi pemimpin atau dalam suatu kerja kelompok.
Tidak jarang ketika dalam kerja kelompok, ada member yang notabenenya 'AFK' rasa geram itu pasti ya, akhirnya langsung gas menggunakan quote kata-kata Thanos.
"Fine, I'll do it myself."
Kalau kondisinya kerja kelompok dalam lingkup kecil, itu mungkin bisa di-handle. Tapi kalau kondisinya suatu organisasi mengurus suatu yang besar, meski sementara. Kerja tim benar-benar dibutuhkan.
Beneran ini, sangat tidak mungkin untuk mengandalkan diri sendiri atau bertingkah singleplayer. Hancur kamu, pasti. Atau setidaknya itu akan memangkas banyak kewarasan/sanity wkwk. Intinya kerja tim, mengandalkan teman/anggota untuk menghandle per bagian. Kemudian mulai melatih manajemen konflik dan sebagainya.
Semua perlu latihan, tidak simsalabim langsung bisa jago atau merubah watak secepat itu. Tidak semudah itu ferguso, it's true & real. Sehingga butuh waktu untuk pikiran dan hati agar bisa mengerti dan menerima. Karena walaupun perubahannya menuju suatu kebaikan atau kemajuan, namanya sifat bawaan pasti ada kendala dan tatangan.
Semua bisa dipatahkan kalau ada kemauan yang kuat, niat yang kuat. Sehingga ada keinginan kuat, "Aku ingin berubah." atau "Aku bisa, aku pasti bisa. Berubah!"
Semenjak duduk di bangku perkuliahan, maksudku menjadi seorang mahasiswa yang kini sedang 'suffer' di semester 4 dengan segala ke-overthinking-annya, aku mengenal banyak orang dengan sifat bermacam-macam. Ya pastinya sifat atau personality yang dulu ketika ada di kampung halaman, beberapa tidak bisa diterapkan ketika berada di Yogyakarta pastinya. Mulai dari hal kecil yang mungkin simpel, sampai besar sekalipun.
Bahkan ketika daring sekalipun, tetap harus difilter dan tidak bisa dengan alasan 'daring' tidak tatap muka, lalu tidak peduli ya jangan.
Wkwk, anyway nulis banyak-banyak bahasannya sampai ke mana-nama. Terima kasih sudah membaca!
0 komentar:
Posting Komentar