Kelas online yang sering ditinggal untuk multitasking hal lain, yang mungkin lebih effort atau benefit dibanding kelas online. Maksudku kondisi sekarang, hal yang instan sangat diperlukan untuk menyanggupi kebutuhan sehari-hari. Kalau kuliah, mungkin bisa bener-bener worthy manfaat benefit setelah graduate kali ya? Atau bila ada pendapat mengatakan "Kuliah juga bisa menghasilkan kok!" Atau semacamnya, langsung gas drop komentar berikan saran dan caranya heuheu...
Pandemi virus corona mengubah kehidupan kita. Yang dulu
berdekatan, kini berjauhan. Dulu datang langsung high five, sekarang
kudu pakai masker dan menggunakan hand-sanitizer. Intinya merubah
drastis kehidupan masyarakat yang dulunya bisa luring bertemu se-easy
mungkin, sekarang online meeting. Pertanyaannya apa ini termasuk upgrade
atau degenerate?
Banyak orang yang suffer di luar sana. Menderita
susah sesak napa dan lemas sebagainya. Bertahan hidup untuk modal benapas
susah, ditambah belum lagi masalah hidup lainnya. Pemicu imun menurun ditambah
dengan protokol kesehatan yang disepelekan. Ya itu gunanya WFH.
Berbicara work from home, belakangan ini aku seolah
membelah raga melakukan tugas dobel tanggung jawab yang untuk porsiku ini tidak
biasa. Ya sama-sama daring berbasis, tapi nervous-nya masih naik miris. Seolah
demam panggung? Iya benar. Memang.
Jarak kampung halaman dengan areal wifi kampus sejarak
perjalanan 3-4 jam melalui bus. Menuntun aku untuk bisa dan harus bertahan
hidup tetap melanjutkan studi model online/daring. Yakni dari zoom meeting,
google classroom, dan discord. (Tunggu, Discord tidak termasuk. Itu
platform buatku improve sendiri belaka. Nggak ada kaitannya sama kampus wkwkw).
Namanya kuliah, nggak terlepas tugas kelompok. Apalagi di
semester ini, mulai banyak dan mencapai ranah 'praktek' yang benar-benar epic
ggwp. Aku nggak bisa membayangkan mereka yang punya banyak tanggung jawab
selain kuliah. Bagaimana mereka membagi tugas dan tetap eksis semua.
Studi lapangan, berarti terjun langsung ke lokasi. Melakukan
analisa, laporan, dan sebagainya. Bisa dilakukan sendiri atau kelompok. So
pasti aku milih kelompok, di samping sendiri itu berat. Model kelompokkan pasti
bisa berbagi rasa, derita, saling support bantu-membantu untuk tugas yang
berakhir sukses dan usai paripurna.
Meski ada beberapa pendapat seolah mengutuk kerja kelompok.
Mereka mengeluarkan statemen bukti bahwa banyak kasus dalam kerja kelompok.
Akan anggota AFK. Modal diam langsung tompo nilai resik tanpa adanya usaha nan
upaya dalam mensukseskan kerja kelompok. —Ya kalau model seperti itu pasti ada.
Apalagi personal sifat orang yang beda-beda ditambah dengan tanggung jawab lain
ketika kondisi sedang di kampung halaman. Karena bila kondisi sama-sama di
kos/asrama mungkin konsentrasi tidak terpecah dan harusnya bisa fokus. Tapi
karena kondisi mayoritas berada di kampung halaman, ya pasti yang lebih penting
mungkin bukan perkuliahan. Tapi hal-hal berkaitan dengan urusan kedua orang tua
atau bahkan keluarga.
Oleh karena itu, aku berusaha untuk tidak berperilaku
seperti itu. Karena mereka sudah meluangkan raga untuk menyempatkan diri datang
ke lokasi. Bahkan ada salah satu anggota (bukan aku) yang meluangkan waktu
untuk ikut datang ke lokasi lapangan. Artinya dia ngelaju, semoga ia selalu
dalam kelancaran pokok e. Jadi aku sebagai anggota yang tidak bisa terjun
langsung, maka upayaku adalah hal apapun yang bisa aku bantu untuk tetap
berupaya/effort dalam kelompok.
Jadi karena kejadian/pengalaman ini aku terdorong
mendapatkan ide untuk menulis ‘Work from Home yang benar-benar From Home’.
Meskipun ada beberpa proyek yang sudah kami lakukan berbasis work from home,
harusnya sudah berpengalaman dan bisa mengatur anggota dengan baik.
Kembali ke topik tentang work from home, menyinggung
pembahasan kuliah online, kelas daring, dan sebagainya. Intinya proses
belajar-mengajar dilakukan secara daring ini memberikan banyak impact/kendala.
Wkwkwk, beneran ini.
Ada yang bilang, "Yang paham bisa jadi kurang paham
atau malah salah paham."
"Yang nggak paham, semakin tidak paham."
Ungkapnya.
Yaa pada dasarnya konsep belajar yang model daring memang kendalanya
banyak. Tapi itu semua dilakukan demi keselamatan mengingat kondisi pandemi. —Anyway tolong jangan
memperdebatkan masalah virus Corona itu ada atau nggak, kemudian
mempermasalahkan pemerintah dan sebagainya. Ini post aku tulis murni bebas,
modal free writing.
So, impact-nya bila dibandingkan luring. Sepertinya
banyak kendala dalam pelaksanaan daring. Mulai dari kendala kuota, koneksi
internet, waktu, pemahaman, dan seterusnya. Yang model kuliah wae keteteran,
ndah bagaimana mereka yang masih duduk di bangku sekolah??
Tapi dari kejadian ini, pandemi ini aku belajar tentang
pentingnya mengembangkan soft-skill yang bisa dilakukan di mana saja. Maksudnya
tidak terpaku dengan tempat/bisa dilakukan meski sedang #dirumahaja
Diantaranya seperti hal desain. Belakangan ini aku sedikit
berfokus skill desain untuk "Siapa tahu, nantinya skill ini bisa membantu
atau memenuhi pengalaman kerja sama hehe." Karena mengingat sekarang semua
kan mayoritas daring. Mulai dari seminar, kuliah, acara-acara penting.. dsb.
Pasti ndak akan lepas dengan poster atau pamflet. Dari sini dibutuhkan seorang
yang paham masalah desain-mendesain.
Nggak cuma desain saja, adalagi seperti kemampuan
coding/programming yang dibutuhkan dalam lingkup perusahaan besar. Karena
perusahaan tersebut nggak akan maju kecuali para programmer yang mengorbankan
waktu & kehidupannya untuk brainstorming ngoding dan sebagainya.
Wkwkw, lingkup yang aku ketahui baru sebatas hal-hal yang
berkaitan dengan komputer. Padahal aslinya mah banyak. Mulai dari bidang
kuliner, olshop, dan sebagainya.
Intinya fokus sama bakat, soft skill. Tinggal
seriusin, pasti bisa Jadi. Jadi pasti bisa.
Banyangkan topik awal membahas WFH, ditengah-tengah berubah jadi daring & segala kehebatannya. Wkwkw, free writing ini aku tulis untuk membuang pikiran negatif yang selalu dan lalu sering mengintai melintasi.
Semoga kalian bersih dari pikiran iri dengki sebagainya. Aku Naufal, usai menulis sambil rebahan. Terima kasih sudah meluangkan 🤣👏👏.
0 komentar:
Posting Komentar