Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Bagaimana kabar kalian semua? Maaf sebelumnya saya belum
memposting menulis dalam jangka waktu yang lama. Sampai sebulan-nan kalau
dihitung. Terakhir saya menulis itu ketika mendapati berita game online yang
dulu sering saya main-in ternyata mau tutup. Kalau sekarang mah sudah tutup.
Jadi cari pelampiasan yang lain dong, ya enggak lah. Sudah lama enggak main
game itu hanya saja saya teringat kenangan-kenangan yang tidak mungkin
dilupakan begitu saja. meskipun itu kadang tidak baik atau bahkan tidak boleh
diulangi.
Self Injury.
Oke. Sekarang apa itu Self Injury? Kalau di translate-kan
bahasa indonesia ya artinya melukai diri sendiri. Arti tersebut sudah
mengungkap jelas pengertian singkat mengenai apa itu Self Injury dan bagaimana
kira-nya perbuatannya. Jadi saya tidak perlu menjelaskannya secara runtut
layaknya buku ensiklopedi.
Perbuatan atau gejala psikologis ini sering terjadi pada seseorang
yang mana dia mengalami masa-masa sulit. Ibaratnya punya suatu permasalahan,
entah itu antara perorangan atau menyangkut masyarakat luas, atau bahkan diri
sendiri. Jadi permasalahannya itu karena dia sendiri atau si penderita sendiri.
Perlakuan melukai diri sendiri itu tidak sering terjadi. Jadi
gejala ini tidak karena penderita melakukannya karena tanpa sebab yang jelas.
Biasanya karena ada sesuatu masalah atau rasa amarah sesuatu yang mengganjal
hingga tidak tahu cara melampiaskannya. Sampai-sampai memenuhi kepala dan
akhirnya timbul rasa stress yang membuat hati pikiran tidak nyaman. Karena bingung
siapa yang jadi pelampiasnya. Akhirnya terpilihlah anggota tubuh sendiri jadi
tempat pelampiasan.
Diantaranya dengan cara melukai dirinya sendiri.
Terlihat ngeri bukan? Untuk anak-anak kadang berpikiran,
Kenapa dia melakukan seperti itu?
Apa itu tidak sakit kah?
Bukannya melakukan hal tersebut itu sakit. Kenapa dia
melakukannya?
Wajar. Karena seorang anak kecil dengan seumuran wajarnya
pasti akan berpikiran analogis seperti itu. Tapi tidak untuk si penderita atau
pengamat yang umurnya sudah dewasa atau remaja.
Bila kalian bertanya apa saya pernah mengalami melakukannya.
Saya akan menjawabnya dengan jujur.
Pernah.
Dan bagaimana rasanya ketika melakukan hal tersebut?
Tidak terasa. Karena rasa sakitnya kalah dengan rasa
kekesalan dalam diri hati. Jadi seolah enjoy saja. akan tetapi setelah momen
berikutnya. Rasa sakitnya akan terasa dan bahkan berlipat-lipat melebihi rasa
kekesalan yang dialami.
Sekarang. Bagaimana menurut islam mengenai tindakan
self-injury? Apakah itu boleh atau tidak? Kalau di logika nih ya. Sudah jelas
tidak boleh. Karena untuk apa melukai diri sendiri? Apa analogi otak pikirannya
sudah rusak atau karatten? Kalau kalian berpikiran tersebut. berarti kalian
normal. Atau sewajarnya manusia. Karena rasa sakit itu tidaklah sesuatu yang
enak. Dan tidak semua rasa sakit itu enak. :v
Dalam kitab suci Al-Qur’an sendiri sudah jelas tertera akan
larangan menyakiti atau men-dzalimi diri sendiri. Bahkan Gusti Allah mengancamnya
dengan ganjaran siksa api neraka.
Penderita atau pelaku self injury sendiri melakukan tindakan
bengis akan dirinya sendiri itu karena sebab pula. Diantaranya,
1. Karena Mendapati suatu permasalahan
Entah itu menyangkut perorangan atau akan masyarakat luas
2. Karena sulitnya menyalurkan emosi dan tertahan hingga
akhirnya menumpuk dan tidak dapat terbendung
Campuran emosi kadang menyebabkan kondisi mental tidak
stabil. Menumpuknya permasalahan, entah itu tanggungan rasa tanggung jawab,
rasa bersalah, dan semacamnya. Bila kondisi mental sedang tidak stabil. Maka pelaku
akan menyalurkan rasa kesal emosi yang sesaknya pada sesuatu.
Biasanya setelah melakukan tindakan bengis melukai dirinya
sendiri. Seperti memukul tembok, membenturkan kepala, memencet jerawat. Rasa hati
seolah lega dan permasalahan dalam dirinya seolah sirna dalam waktu singkat
sebentar. Jadi kalau logiknya otak telah mendapatkan asupan hormon perangsang
relaksasi yang cukup. Maka tubuh raga akan rileks dan santai. Akan tetapi momen
setelahnya, entah itu beberapa jam kemudian atau beberapa saat setelahnya bila
masalah atau sesuatu yang mengganjal dalam dirinya itu belum sirna maka gejala
tersebut akan muncul kembali sekalipun terpaut waktu yang lama.
Jadi, tidak mungkin seorang tersebut harus nge-self injury
kalau mendapat masalah atau tekanan yang berat bukan? Bahkan dalam hukum islam
sendiri tidak memperbolehan melakukan tindakan tersebut. maka bagaimana
solusinya atau cara menghindari perilaku tercela tersebut.
Dibikin rileks atau santuy. Hehe saya pakai bahasa yang
khas. Karena konon bahasa santuy tersebut sedang tren pada waktu itu. Dibuat
santuy atau santai itu dalam artian santai yang wajarnya. Bukan yang
berlebihan. Jadi tetap jalan. Memecahkan masalah mencari penyelesaiannya, dan
juga tetap dibikin kalem. Intinya tetap kalem. Walaupun itu berat. Sekarang gini
aja. Kalau permasalahannya itu tidak menyangkut orang lain. dan hanya
menyangkut diri sendiri. Coba memikirkan bagaimana efeknya kalau dipikir
terlalu “mbatek” kan nanti yang capek pikiran juga hatinya kan kamu sendiri
bukan? Yang merasakan itu kamu sendiri bukan? Tidak orang lain pula ikut pusing
pula bukan? (kan permasalahannya itu hanya kamu sendiri. Tidak menyangkut perorangan
atau masyarakat luas)
Di sholawatin aja. Untuk para pecinta sholawat. Cocok ini. Karena
cara paling ampuh dan manjur. Kenapa? Karena dengan sholawat maksiat minggat. Begitu
quotesnya salah satu kehebatan sholawat. Tapi sembari bersholawat, juga
berusaha pula memecahkan masalah atau menyelesaikan persoalan yang terjadi
dalam diri atau dalam suatu komunitas. Karena insya Allah dengan dibarengi
membaca sholawat maka akan dimudahkan suatu persoalan dan akan dengan mudah
menuju jalan keluar. Hehe
Coba cari teman dekat atau sobat yang bisa menjadi “listener”
yang setia. Dan plus kalau bisa, juga mampu memudahkan persoalan hidup yang
kamu hadapi juga.
Mencari teman itu sangat mudah. Akan tetapi mencari teman
yang bisa mendengar segala keluh kesah kehidupan. Itu sangat susah bahkan
langka. Kalaupun dapat itu kadang belum terjamin mutu khasiat kandungannya. Maksudnya
belum terjamin apakah dia teman yang benar-benar teman dan special. Atau seperti
layaknya teman biasa. Karena menurut saya sendiri teman itu ada ratingnya juga.
Tapi rating ini nggak perlu kamu sosialisasikan ke teman-temanmu. Karena bisa-bisa
kamu dianggap orang yang diskriminatif hehe.
Dengan mencari teman yang mau dijadikan pendengar setia yang
mau mendengarkan, menyimak, menjadi teman dikala susah akan segala permasahalan
kehidupan. Itu sangat banyak membantu melegakan emosi dan juga ketika
bercerita. Itu ibaratnya permasalahannya sedikit ringan atau teringankan dengan
bercerita tersebut.
Mencoba merenung membayangkan. Maksudnya adalah mencoba
memikirkan sebab akibat secara analogis. Misal, kalau misalnya aku pukulin ini
kepal tangan ke tembok. Rasanya, pasti sakit. Tapi dengan rasa kesal seperti
ini pasti tidak terasa yang ada hanya akan ada rasa senang dan lega setelahnya.
Akan tetapi akankah masalahku sirna setelah aku memukul tembok? Tidak kan?
Nah mencoba berpikir analogis untuk yang ini. Karena kalau
pake logika ya. Itu sama sekali nggak nyambung. Tapi untuk masalah syari’at
jangan memakai logika. Untuk masalah kehidupan aja kita mencoba berpikir
sebab-akibat. Nantinya kesadaran dalam diri untuk mengontrol emosi akan
bertambah dan tentunya dapat mengendalikan emosi dikala remuk hati diputus akan
sang kekasih atau tekanan hidup beban yang sekiranya hanya aku yang paling
menderita di dunia ini. Coba kita lihat orang-orang yang stratanya dibawah kita
(maaf). akankah dia mengeluh? Tidak. Buat apa mengeluh kesah? Kalau dengan
mengeluh masalah akan sirna gitu? Tidak tentunya. Mengeluh boleh. Hanya saja
dengan usaha tentunya. Jadi mengeluh itu hanya digunakan untuk menyalurkan
sekian persen emosi dan setelah itu tetap berusaha dan berjuang.
Sekian dari saya. Mungkin akan ada update-tan informasi
kalau saya sendiri mendapat informasi atau keterangan lebih lengkap lanjut. Akan
saya tandai “update” bilamana saya menyunting postingan ini.
Tetap mohon koreksi bila ada salah keterangan atau
penulisan. Dengan cara menulisnya di kolom komentar.
Terimakasih. Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
0 komentar:
Posting Komentar