Tentang Siklus Tidur (Day 3)



Apakah kalian memperhatikan bagaimana perkembangan siklus tidur kalian? Jauh sebelum kuliah, aku tidak kuasa menahan kantuk lebih dari jam 10 malam. Kemudian ketika MA (SMA) tambah malam lagi, yakni pukul 12 malam. Masih ingat ketika masa mondok, sering begadang untuk menulis novel. Sampai sekarang manuskripnya masih ada. Setelah lulus MA, menjalani perkuliahan perguruan tinggi siklus tidur semakin menjadi-jadi. Bukan malah semakin pagi, tapi pagi-nya tidur pukul 2 pagi.

Ada yang bilang kalau semakin tinggi/dewasa usia, beban pikiran yang dipikirkan semakin banyak. Iya, emang. Namanya juga hidup, pasti ada masalah. Entah itu masalah kecil yang dibesar-besarkan atau masalah besar yang dibikin santai. Tergantung individu menilai. Sekarang hubungan siklus tidur dengan masalah hidup, apa dong?

Mungkin tulisan ini relate dengan para overthink-er. Mereka yang selalu tiap malam berpikir berlebihan, bukan hal yang baik atau akademi melainkan berpikir jauh kedepan untuk memikirkan sesuatu yang kelam. Pernah ada seorang mengatakan, “Belum terjadi, kok dipikir. Dinikmati saja.”. Ya, ada benarnya juga. Peristiwa belum terjadi, belum dicoba tetapi malah sudah dipikir dalam-dalam. Sampai merusak siklus tidur. Catatan, statemen tadi juga menjurus ke aku sendiri. Jadi aku juga seorang overthinking wkwk.


Semenjak kuliah, apalagi setelah melewati semester 1-4, siklus tidur mulai rusak. Bukan karena kerja sampingan, jangankan kerja —mengerjakan tugas saja mbuh-mbuhan. Apalagi kalau sanity masih kotor, sehingga tidak bisa berpikir jernih. Haduh, ingin rebahan atau sekedar buka laptop lalu browsing membaca berita/cuitan di sosial media tentang apa yang diributkan, atau malah kalau lagi benar-benar semangat ya menulis bebas, log peristiwa. Iya membaca atau menulis, tetapi yang ditulis/dibaca bukan sesuatu yang penting. Sedangkan urusan yang penting dengan tenggat yang dekat sudah menanti untuk dihujat.

Aku masih ingat ketika semester awal, rencana begadang untuk menyelesaikan essay. Tapi kenyataannya di pukul 2 pagi sanity malah bye-bye. Sehingga semester awal, tidak pernah namanya ‘tidak tidur’ malam hari. Pasti tidur, senajan mung sak ler (meskipun cepat). Berbeda ketika semester empat, apalagi lima —didukung dengan kondisi hidup mandiri di Yogyakarta. Dengan segala kemandirian yang harus dipikul pikir secara dewasa, tidur pun sudah kayak gacha dengan probabilitas langka.

“Tidur ndak, tidur ndak…”

(melihat binder online, Notion)

“Masih ada tanggunan essai. Saya kerjakan aja malam ini.”

—dan akhirnya tidak jadi tidur, malah mabar jalan-jalan main Genshin Impact wkwk.

Sehingga siklus tidur yang dulunya tiap jam sembilan malam mata sudah lima watt. Sekarang melihat jam menunjukkan pukul 1 pagi malah berujar “Loh, sudah kelewat jam satu ini?”.


Memang tidak bisa dijelaskan apa sebab-musabab kenapa semenjak kuliah, apalagi hidup sendiri, siklus tidur menjadi rusak. Kalau dibilang karena over thinking, apa yang dipikirkan? Kalau dibilang karena sibuk mengerjakan —tunggu, memang aku gabung commit dengan organisasi atau perkumpulan? Nolep iya, sok sibuk juga iya wkwk. Meskipun bahaya kurang tidur bisa memicu munculnya banyak penyakit, tetapi masih aja aku lakukan. Bahkan sekarang jarang sekali, tidur pukul 10 malam —itu jarang. Kalau bukan karena sakit yang benar-benar tidak bisa njenggelek (bangun/berdiri), kalau masih bisa… ya hampir larut 12 malam.

Sebagian besar waktu yang seharusnya digunakan untuk tidur malah digunakan untuk hal lain yang rata-rata menggunakan perantara laptop/ponsel. Contohnya,

  1. Main bareng (mabar)
  2. Browsing internet
  3. Menulis bebas, log peristiwa, blog
  4. Mengerjakan tugas

Paling sering —ya main game. Entah itu mabar atau solo, jalan-jalan di Teyvat atau sekedar login. Pokoknya tidur kayak sesuatu yang eman. Walau sebenarnya perlu dan eman bila disia-siakan. Mungkin sebagian orang begadang dilakukan tidak sendirian. Misalnya nongkrong bareng teman-teman, atau sedang mengadakan perkumpulan yang sedang mengerjakan proyek untuk suatu kepentingan dengan tenggat seribu candi satu malam. Pernah nongkrong, tetapi tidak sampai malam sudah ingin pulang. Karena badan capek, ingin untuk istirahat. Walaupun setelah sampai kos, buka laptop lalu main game.




Namun efek dari kurang tidur itu berbahaya. Salah satunya adalah mengurangi daya fokus dari otak. Entah ini valid atau tidak, tetapi aku pernah merasakannya sendiri. Karena tiap malam sering tidur larut malam dan bangun pagi, sehingga waktu istirahat tidak lebih dari tiga jam. Akibatnya ketika diajak mengobrol sering kurang fokus atau nyaut. Jangankan diajak obrol, sampai ketika praktek menulis bebas sekalipun kata-kata yang aku tulis hanyalah kalimat-kalimat gibberish. Aku sendiri membacanya tidak paham. Karena menulis bebas, maka tulisan tersebut tidak perlu dibahas lanjut.

Sikus tidur sangat penting, bila tidak bisa tidur sesuai dengan prosedur setidaknya di siang hari harus menyempatkan diri untuk rehat dengan niat menambal waktu istirahat. Sehingga peredaran darah sampai ke otak, begitu juga oksigennya.

Oke, ini merupakan tulisan hari ketiga dengan jumlah total 700 kata. Dengan topik ‘Siklus Tidur’, tetapi penyampaiannya semrawut karena kondisi sedang tidak fit. Untungnya sanity masih bisa diajak kompromi buat mikir kata-kata. Hari keempat, masih sempat?


Berikut daftar referensi, link

Foto HD gratis, no copyright

CONVERSATION

0 komentar: