Tidak mengerjakan tugas

Hai. Ini Aku, Naufal. Seperti biasanya dan selalu as always usual to be tho.

Well, hari ini. Aku menulis, ini artikel, ini blog, ini cerita. Aku mau cerita. Mari kita mulai, selamat membaca :v


Aku tidak mengerjakan tugas!

Mungkin yang mengenal aku ketika masa-masa SD sampai MA, akan merasa “ah itu adalah hal yang biasa bagi Naufal”. Aku akui, aku memang kala itu tidak becus dalam mengurus hal-hal persekolahan. Namun sekarang ketika jenjang perkuliahan aku berusaha melawan. Melawan untuk bangkit. Bangkit untuk bangun. Berubah, change. Kalian adalah agent of change!

Yes, you are. I mean, we are.


Tidak mengerjakan tugas, adalah hal yang biasa. Ya, kenapa bisa begitu? Entah. Tapi mayoritas menganggapnya adalah hal yang biasa. Namun aku tidak.

Semenjak aku masuk di dunia perkuliahan. Mulai mendalami ke-ribetan di dalamnya. Tapi aku suka.

Konsekuensinya bermacam-macam. Entah itu dihukum, tidak mendapatkan nilai, skors dan seterusnya. Dalam dunia sekolah dasar sampai dua jenjang ke atasnya pasti memahami bagaimana sistematis murid ketika tidak mengerjakan pr yang diberikan oleh gurunya tercinta.

Entah itu karena disengaja, atau mungkin memang sengaja tidak digarap? Karena faktor ek atau yang lebih berbahaya lagi. Yakni malas.

Rasa malas itu membunuhku, membunuh imajinasi serta semangat hidup, tidak maksudku semangat untuk mengerjakan tugas tersebut. Entah, aku tidak bisa memaparkannya lebih jelas tapi yang terpenting aku tekad memilih untuk tidak mengerjakannya.

Dan kebetulannya, dosen membahas tugas tersebut ketika pertemuan yang dimaksud. Yakni pertemuan selanjutnya. Yap, hasilnya aku ndomblong alias bengong. Entah mau ngapain, biasanya aku sambi ngoding. Namun kali ini aku memang sengaja tidak mengerjakannya, tidak membuatnya karena suatu alasan di mana aku tidak bisa menjelaskan.


Beberapa kawan kelas, yang mengenal aku adalah pribadi yang rajin (amiin), pribadi yang sering mengerjakan tugas seketika setelah diberikan (amiin), pribadi yang dikenal pintar (what? Oke oke, amiin), pribadi yang dikenal paham dan bisa multitasking (I’m sorry, what? Ah oke oke, whatever. Amiin), dan apapun yang intinya komen mereka yang aku dengar semuanya banyak yang positif.

Semoga aku bisa seperti apa yang mereka doakan, berusaha untuk tidak mengecewakan mereka. Ya itu pasti.

Jadi beberapa kawan menanyakan, mereka tidak percaya. Bahkan ada yang sampai ingin… ibaratnya menyodorkan lembar jawabannya supaya aku bisa mencontek. Aku menolak. Ini bukan berarti aku sok suci atau semacamnya. Tapi karena dari awal aku memang sudah tidak niat untuk mengerjakan, dan sengaja untuk melepaskannya begitu saja.

“kamu beneran tidak mengerjakan?”

“yes.”

“really?”

“yes.”

“I don’t believe.”

“yes you can. But actually It’s true over all.”

 


CONVERSATION

0 komentar: