Rewang / Cooperate



Tidak biasanya aku akan bercerita dan mengunggahnya ke suatu platform di media sosial. Mungkin karena suatu alasan atau kemauan. Menjadi hasrat untuk menulis kembali.

Istilah rewang. Ya mungkin untuk masyarakat jawa, istilah ini sudah tidak terlalu asing untuknya. Dikarenakan istilah ini sudah cukup menjamur atau sudah banyak digunakan dalam keseharian masyarakat jawa.

Rewang yang bisa diartikan membantu, cooperate, atau bahu-membahu saling membantu untuk satu tujuan yang sama. Ya, mungkin kalau ditransliterasi berarti gotong royong. Karena saling membantu bahu-membahu untuk menyelesaikan atau mensukseskan suatu tujuan atau harapan agar tercapainya harapan sesuai rencana tersebut.

Masyarakat jawa tidak terlepas akan adat seperti mengadakan acara hajatan, tasyakuran, selapanan atau acara untuk memberikan ungkapan rasa syukur. Misalnya suatu keluarga mempunyai hajat untuk menikahkan anak sulung. Maka, setelah akad biasanya diadakan acara hajatan atau tasyakuran. Bentuk acara rasa syukur atas sang anak berhasil mendapatkan jodoh istilah gampangnya begitu.

Untuk mensukseskan acara tersebut, dibutuhkan jumlah personel yang mumpuni agar acara tersebut dapat berjalan atau sukses dengan lancar. Masyarakat jawa, tetangga biasanya akan bersedia mengulurkan tangan dan tenaganya untuk turut serta menyumbangkan tenaga dan usahanya demi mensukseskan acara si tuan rumah tersebut.

Rewang itu sendiri juga tidak akan terlepas juga dengan dunia perpondokkan. Pondok pesantren biasanya begitu lekat dengan istilah gotong royong, bersatu padu melakukan apapun untuk mencapai tujuan yang sama.

Misalnya keluarga ndalem (Kiai) mempunyai suatu hajat. Maka, lumrahnya para santri akan turut ikut serta membantu menyukseskan acara tersebut sebagaimana mestinya. Bagi pembaca yang pernah mengalami dunia perpondokkan, pasti pernah mengalami hal ini.

Rewang dalam dunia pesantren dapat dikaitkan dengan istilah “khidmah” dikarenakan, seorang santri yang ikut membantu menyukseskan acara Ndalem adalah sesuatu yang wajar karenanya. Dikarenakan sudah menjadi hal yang wajar untuk seorang santri membantu Kiai dalam hal apapun macamnya.

Menyumbang tenaga, usaha, dan juga pikiran. Itu distribusi yang besar, dan pastinya lelah rasanya. Itu pasti. Terlebih tidak ada imbalan secara fisik. Tidak ada cara lain selain menjalaninya dengan rasa tulus ikhlas karenanya.

Prosesi rewang bisa diartikan membantu secara menyeluruh sampai prosesi acara tersebut selesai. Contoh pada acara pernikahan. Para kerabat keluarga, teman sejawat, dan lainnya hadir menyumbangkan tenaga dan pikirannya untuk menyukseskan acara tersebut sampai sesi akhir. Biasanya kaum lelaki dalam acara pernikahan, maka akan mengurus hal-hal yang berhubungan dengan lelaki. Misalnya seperti angkat-junjung, mendata barang-barang yang hendak digunakan ketika sesi acara berlangsung, dan hal-hal fisik lainnya. Begitu pula dengan kaum wanita. Yang turut pula menyumbangkan tenaga dan pikirannya. Seperti, mengurus bagian konsumsi, mengatur bagian logistik, dan sebagainya.

Tersebut adalah istilah tradisi masyarakat jawa tentang "rewang" semoga bisa bermanfaat. Mohon koreksi bila ada salah penulisan.

CONVERSATION

0 komentar: