Halo, bagaimana kabar kalian semua? Saya Naufal, dan saya masih ingat password akun Blogger saya yang sudah saya bengkalai selama satu tahun lebih. Alasan mengapa kok bisa berhenti menulis di Blog, ceritanya panjang namun pada intinya terlalu banyak alasan. Semenjak saya mengenal apa itu namanya procastination, proyek rencana yang saya buat mulai banyak yang terbengkalai. Saya mulai mengetahui bahwa efek dari menunda-nunda itu luar biasa buruknya, ini bukan suatu hiperbola, memang nyata. Tidak hanya kepada diri sendiri, melainkan kepada orang lain. Mungkin ada yang berpikir “Selagi efeknya kepada diri sendiri, dan tidak melibatkan orang lain. Kebiasaan tunda nunda tersebut masih bisa ditolelir” Namun pada praktiknya, awal kebiasaan menunda menjadi penyebab saya mulai jatuh dan jauh dari rencana proses yang dahulu saya buat sendiri. Bukti dampak dari saya menunda-nunda adalah saksi bisu postingan di Blog ini. Dahulu saya sering menulis apa saja, menulis banyak hal mulai dari suatu opini, cerita, hingga konsep ide asal-asalan yang penting menulis. Praktik menulis bukan sesuatu hal yang menakutkan bagi saya waktu itu, yang penting menulis! Masalah buruk atau tidak, pikir nanti lagi pula menulis seperti memasak. Ketika dirasa belum matang (pas) maka ya direbus/goreng (perbaiki) lagi. Kalau teman-teman kamu tidak menyukai masakan kamu, mungkin mereka memang tidak selera dengan masakan yang kamu buat. Melalui kebiasaan positif (menulis) tersebut proses berkuliah menjadi menyenangkan karena rata-rata tugas kuliah tertuju pada menulis (mengetik). Dahulu tidak ada yang bisa menghalangi saya dalam menulis, kalau tidak ada ponsel maka saya bisa menggunakan kertas dan pena. Pada waktu di pondok pesantren saya memiliki pengalaman (yang mungkin termasuk dalam pencapaian) menulis cerita sampai puluhan lembar hanya dengan menggunakan kertas dan pena. Semua tumpukan cerita dengan plot sedemikian rupa yang saya buat, disatukan menggunakan binder sehingga dapat terarsip, terdokumentasikan di kemudian hari. Praktik menulis bebas yang saya lakukan di masa pondok pesantren memberikan dampak positif yang signifikan, saya mengerjakan tugas kuliah dengan mudah dan bersemangat karena kebiasaan menulis sudah tertanam. Saya mulai mengembangkan satu blog, fokus pada satu platform untuk mendistribusikan tulisan saya menjadi media yang dapat dibaca yaitu di blog ini. Pernah berganti nama menggunakan nama pena Arab, kemudian berubah dan masih tetap iamshidqi. Media blog ini juga tidak hanya digunakan untuk mengarsipkan tulisan ide-ide gila, melainkan sebagai media bak pasir (sandbox) untuk bereksperimen dengan skrip HTML yang waktu itu saya pelajari di semester awal-awal. Bisa dibilang tampilan blog yang saat ini merupakan hasil eksperimen yang memadukan beberapa javascript, perubahan tema HTML yang saya dapat melalui internet sehingga dapat menyesuaikan menu tampilan ketika dibuka menggunakan browser (laptop) atau ponsel (android/ios). Kemudian apa yang terjadi? Apa yang membuat seorang saya yang dahulu suka menulis & mengetik menjadi redup dan hilang jejak sama sekali? Jawaban singkat adalah timbul rasa ketakutan dalam menulis. Praktik menulis bebas memang menganjurkan menulis tanpa berpikir, namun dalam perguruan tinggi, praktik menulis harus memperhatikan banyak hal. Apalagi kalau tujuan menulis untuk suatu artikel penelitian yang akan diajukan ke suatu penerbit jurnal berkelas. Mau menulis saja langsung blank karena ada banyak ketakutan yang menghambat proses penyaluran ide tersebut. Tetapi alasan “ketakutan” tersebut hanya alibi untuk menutupi dan tidak mengakui bahwa saya secara tidak sadar mulai kenal dan terbiasa dengan praktik negatif dari menunda-nunda. Saya berpikir kalau waktu itu banyak, fleksibel, dan pasti ada waktu. Namun pada kenyataannya waktu itu sedikit, tidak bisa diulang kembali, dan kita harus menggunakan waktu (kosong) tersebut se-efisien mungkin. Menggunakan dengan cepat dan tepat tentu akan mengorbankan banyak hal, waktu dalam bermain, istirahat, dan masih banyak lagi. Kesalahan fatal saya adalah menganggap bahwa semua hal akan berlangsung baik-baik saja. Kamu tahu, ketika kamu berpikir “Semua akan berlangsung baik-baik saja” sedangkan jelas-jelas kamu belum bersiap terhadap ‘sesuatu’ tersebut, maka sesuatu tersebut mungkin benar-benar tidak baik-baik saja sehingga mau tidak mau kamu harus ada dalam posisi siap untuk menghadapi ujian atau masalah tersebut. Sekarang apa yang akan kamu lakukan? Jawaban singkat adalah berusaha untuk bangkit, dan terus berusaha melakukan yang terbaik. Mungkin beberapa teman yang mengenal saya di dunia nyata mengetahui kesibukan (atau alasan logis) saya mengapa jarang menulis, mulai dari terjun ke dunia Tuli, menjalin komunikasi, mempelajari budaya mereka, hingga mengadakan penelitian tugas akhir dengan mereka. Semua proses yang saya lakukan membuat saya lupa bercerita, menyampaikan suatu catatan yang mungkin dapat bermanfaat bagi pembaca. Sedangkan di masa lalu (dahulu), apa-apa sering saya tulis ketik untuk diarsipkan di Blog atau sosial media lainnya. Ya sudah, itu masa lalu saya tidak boleh terjebak di masa lampau. Sekarang ya sekarang, masalah yang saya hadapi adalah yang sekarang ini yaitu mencari pekerjaan hehe. Membahas tentang pekerjaan, semenjak saya benar-benar menyelesaikan tugas akhir saya mulai tersadar untuk berpikir “Apa yang saya lakukan selama ini?” kok bisa sampai selelet itu. Kondisi saat ini saya masih sedang mencari pekerjaan, mulai melamar di mana saja. Menghadapi beberapa hambatan internal serta eksternal, sambil terus berjuang untuk menjadi jembatan agar tidak adanya gap dalam suatu komunikasi. Apakah saya akan menjadi pustakawan sesuai dengan jurusan yang saya ambil atau mungkin menjadi penjembatan komunikasi? Tidak ada yang tahu. Tetapi yang jelas keinginan saya secara pribadi adalah ingin agar tetap dapat melakukan sesuatu yang bermanfaat, mungkin kalau bisa manfaatnya secara langsung (bukan jangka panjang). Namun sekali lagi, siapa yang tahu masa depan? Mungkin itu dulu, tulisan warming-up untuk menyulutkan semangat menulis di blog ini. Sampai bertemu lagi di lain waktu, kesempatan, atau media lainnya. Kamu tahu, saya tidak hanya menulis di Blog melainkan di banyak sekali media sosial. Bukan dalam bentuk berita seperti jurnalis, melainkan tulisan bebas yang saya sebar di beberapa platform. Ada di media platform yang banyak orang menggunakan, atau hanya orang tertentu yang menggunakan (mayoritas orang luar). Saya Naufal, seorang notateker, interpreter, until next time.

0 komentar:
Posting Komentar