Perbedaan konteks ilmu perpustakaan dengan perpustakaan


Perbedaan antara ilmu perpustakaan dengan perpustakaan.

Mungkin terlihat simpel tapi cenderung deep-thinking. Karena saya membuat artikel essay ini bukan karena apa-apa. Melainkan mencoba untuk mengembangkan materi yang saya dapat tadi siang. Mengenai perbedaan antara ilmu perpustakaan dan perpustakaan. Mungkin sekilas terlihat serupa atau berhubungan. Ya, karena memang berhubungan sih. Dan juga berkesinambungan. Oke, mungkin saya akan membahas kesinambungan tersebut.



Perpustakaan.

Nah pertama mendengar, tidak bukan mendengar maksudku membaca istilah tersebut apa yang terbayang dalam benak pembaca? Jawab dengan spontan saja. dalam benak hati sesuai pikiran pertama yang muncul ketika mendengar atau membaca istilah perpustakaan. Istilah atau ciri khas pertama yang langsung stand-by dipikiran apa?

Mayoritas mungkin menjawab buku. Ya itu adalah hal standar karena perpustakaan memang sebuah tempat yang mana disana ada banyak buku. Tapi adalagi selain buku, yakni rak. Meskipun terlihat sepele, rak ini tidak bisa dilepas eksistensinya dari objek benda yang selalu ada diperpustakaan. Karenanya untuk menata buku dengan rapi dan efisien perlu yang namanya rak.

Lalu apalagi? Penjaga perpus yang tugasnya menata buku? Ya itu termasuk pula. Karenanya dalam perpustakaan pasti ada penjaganya (secara fisik). Entah bertugas apapun seperti menata buku, mendata pengunjung yang masuk, dan kegiatan pengorganisasian data lainnya.

Oke. Mungkin jawaban cukup saya pagar sampai situ. Sekarang bisa saya jawab mengenai pernyataan-pernyataan semua itu adalah jawaban teknis. Ialah jawaban yang semua orang tahu. Yang mana seorang anak kecil seumuran SD atau sederajat yang mana sudah mengenal cukup akan perpustakaan mungkin bisa menjawab atau mendefinisikan hal tersebut dengan mudah.

Jadi intinya semua orang bisa mengetahui akan perpustakaan adalah suatu tempat atau bangunan yang didalamnya terdapat banyak buku yang ditata rapi dengan rak atau semacamnya. Untuk khalayak umum sebagai acuan informasi yang bertujuan untuk menstimulan pengunjung atau masyarakat akan kesadaran belajar sendiri. Singkatnya begitu. Mungkin itu tadi terlalu bertele-tele kali.


Nah sekarang Ilmu Perpustakaan.

Apa itu? Ilmu perpustakaan? Maksudku untuk pertanyaan yang lebih spesifik, apa sih yang ada dalam ilmu perpustakaan?

Berawal dari pengetahuan dasar akan perpustakaan. Mungkin mayoritas, tidak saya sendiri pun awalnya spontan berpikir untuk menjawab bahwa ilmu perpustakaan merujuk pada kegiatan mendata buku, menata buku, mengorganisir buku dan sebagainya.

Pernyataan tersebut benar. Akan tetapi untuk seorang mahasiswa terpelajar yang menimba ilmu disuatu universitas dengan program studi yang dipilih adalah ilmu perpustakaan. Itu kurang tepat atau bahkan cukup memilukan. Karenanya kembali ke-alinea keempat pada pertanyaan jawaban perpustakaan. Yang mana semua orang tahu bahwa perpustakaan adalah definisinya sekian dan sekian. Simpel begitu simpel. Akan tetapi untuk seorang mahasiswa ilmu perpustakaan mungkin tidak masuk akal. Tidak maksudku kurang masuk akal bila hanya mendefinisikan sedangkal itu.


Baik. Ilmu perpustakaan. Berawal dari istilah perpustakaan. Yang mana dari kata utama “Pustaka” lantas apa itu pustaka?

Coba kalian cari dengan KBBI. Bila kalian mencari KBBI melalui laptop dengan aplikasi khususnya. Mungkin kalian akan menemukan kolom bawah dengan label “ilmu” yang berarti mungkin ada sangkut pautnya dengan ilmu. Oke sekarang apa hubungannya pustaka dengan ilmu?

Pustaka yang menurut bahasa yunani artinya “ilmu” pengetahuan. Simpelnya adalah pustaka adalah suatu pengetahuan atau ilmu. Yang mana merujuk pada hakikat ilmu atau pengetahuan sebenarnya. Bisa dikatakan begitu.

Maaf kalau keterangan atau tulisan yang saya post ini ada kekeliruan. Mohon koreksinya. Terimakasih.

Sekarang apa hubungannya pustaka dengan perpustakaan. Cukup simpel saya interpretasikan. Yakni pada lingkup pembahasan studi ilmu perpustakaan adalah membahas atau mendalami atau mengkaji ilmu-ilmu yang berkaitan dengan perpustakaan.

Begitu luas. Untuk zaman sekarang yang perkembangan teknologi begitu pesat dan cepat, tentunya perpustakaan membutuhkan ketenaga kerja yang ahli dan kritis dalam menyingkapi semua permasalahan keperpustakaan.


Bila kalian mendownload materi .docx saya pada materi “ilmu perpustakaan sebagai pustaka” mungkin kalian akan menemukan permasalahan yang sedang dihadapi Indonesia sekarang ini. Yakni mengenai perpustakaan yang ada di Indonesia. Hampir 60% kiranya perpustakaan tersebut yang mengelola bukan seorang yang ahli dalam bidang ilmu perpustakaan. Mungkin ada sangkut pautnya akan tetapi yang murni belajar ilmu perpustakaan mungkin hanya beberapa (minoritas).

Hal ini menyebabkan suatu masalah masa depan bilamana suatu perpustakaan tidak memiliki fasilitas yang memadai, sedangkan zaman yang begitu maju kalah saing. Maka yang pertama kesalahan yang tidak bisa ditoleran adalah sumber daya manusia yang ada dalam perpustakaan tersebut. tenaga keperpustakaan mungkin hanya bisa ber-alibi “aku bukan lulusan ilmu perpustakaan.

Jadi aku kurang tahu dalam hal tersebut” dengan acuh tak acuh ketika ditanyai mengapa perpustakaan yang dikelola menjadi kurang memadai atau kurang update seperti ini.

Kurangnya fasilitas dalam suatu perpustakaan adalah miskinnya pengetahuan akan perpustakaan pada yang mengelola perpustakaan tersebut.


Menjadi seorang pustakawan itu mudah. Yakni dengan ikut pelatihan dan magang selama beberapa waktu penentuan karantina. Kemudian bila lolos maka jadilah dia seorang pustakawan. Akan tetapi pengetahuan yang dimilikinya mungkin kurang memadai dan tidak bisa ia kembangkan dengan baik dalam perpustakaan. Akhirnya terjadilah muspro dan dia hanya seorang pustakawan yang itu-itu aja. Tidak bisa mengembangkan mengelola perpustakaan yang ia huni dengan baik.

Mengelolah perpustakaan hendaknya membutuhkan seorang yang benar berkompeten dalam bidang keperpustakaan. yang mana mengetahui seluk-beluk materi ilmu perpustakaan. Yang mana kedepannya dapat mengembangkan mengelola perpustakaan dengan baik dan benar.



Permasalahan yang dihadapi sekarang oleh mahasiswa atau calon mahasiswa mungkin menganggap atau berasumsi bahwa mahasiswa prodi ilmu perpustakaan mungkin kedepannya atau paradigma mereka akan ilmu perpustakaan begitu sempit. Dan hanya dalam lingkup paradigma teknis. Yakni merujuk pada paradigma seperti buku, menata buku, menjaga perpus.

Padahal realiat dari prodi ilmu perpustakaan itu lebih dari yang mereka kira. Karena kita (mahasiswa prodi ilmu perpustakaan) mengelola pustaka. Yang pustaka berarti ilmu. Yang berarti kita mengolah pengetahuan, informasi yang selalu update setiap saat setiap waktu.


Bila paradigma masih dalam lingkup teknis. Yasudah, terancam akan hilangnya eksistensi perpustakaan.

Mengapa begitu?

Sekarang kita berbicara teknis. Yang mana merujuk pada objek fisik. Bangunan perpustakaan atau tempat perpustakaan misalnya. Tempat perpustakaan akan tetap eksis bilamana pengunjung senantiasa berkembang dan bertambah, atau setidaknya tetap dan tidak perlahan berkurang dan hilang. Bilamana hilang, yasudah musnah dan tinggal menunggu waktu yang menebas merobohkannya.

Apalagi dizaman sekarang yang serba digital, serba modern, serba instan. Mungkin anak generasi zaman now hanya mengenal perpustakaan sebagai gambaran atau objek imajinasi saja. mengunjunginya saja pun bila mana ada tugas yang memang disuruh. Tidak ada kesadaran sendiri untuk menuju mengunjungi perpustakaan.

Karena semua informasi ada dan terangkum indeks dalam pda (personal digital assist) atau sekarang lebih dikenal dengan android. Dalam genggaman pda tersebut itulah dunia serasa dekat dan tidak jauh. Fasilitas begitu memadai sehingga membuat generasi zaman sekarang mungkin melupakan akan adanya media tradisional yang begitu otentik terjaga lisensi keasliannya.

Itu pembahasan mengenai ilmu perpustakaan bilamana meninjau secara teknis. Berbeda lagi bila kita meninjau ilmu perpustakaan secara pustaka atau hakikat ilmu.


Paradigma yang telah update dan maju yakni mengetahui akan yang bidang studi yang akan dikaji dalam ilmu perpustakaan adalah hakikat ilmu atau hakikatnya informasi maka tiada kata terancam akan hilangnya eksistensi akan perpustakaan.

Mengapa begitu?

Berbicara mengenai pustaka yang bila dalam bahasa yunani artinya ilmu. Dunia ini, tidak ada yang namanya sesuatu dilakukan tanpa dengan ilmu. Tidak langsung terjadi begitu saja. pasti ada yang namanya ilmu atau tata cara untuk melakukannya. Kalaupun tidak sengaja pun ada kajian ilmiahnya sendiri. Jadi dunia ini, ilmu itu tidak akan habis atau tidak akan putus dikaji sampai hari kiamat sekalipun.

Karenanya ilmu akan tetap eksis dan terus dikaji dibahas diperluas pembahasan dan perkembangan ilmunya.

Kita sebagai mahasiswa ilmu perpustakaan yang mana mengkaji hakikat pustaka atau ilmu pastinya mengikuti perkembangan zaman. Dilihat sekarang, semua serba modern dan serba instan. Maka ilmu pun mulai berkembang mengikuti zaman dengan mulai menginovasi teknologi dan mengembangkannya menjadi sesuatu yang dapat menjadi fasilitas untuk membantu keperpustakaan. Begitu elastis meluas mudah. Dapat dikembangkan menjadi suatu manfaat untuk perpustakaan itu sendiri. Yang mana nantinya menjadi cikal bakal fasilitas perpustakaan yang membantu pengunjung perpustakaan memenuhi kebutuhannya.

Jadi seperti itulah perbedaan yang cukup jelas bila ditelisik sesuai dengan lingkup bidangnya. Karenanya yang kita pelajari adalah hakikatnya illmu, mengolah ilmu. Maka sudah tidak terbilang manfaatnya. Karena bila kita mengolah ilmu, menata ilmu menjadi sesuatu yang efisien (dalam artian memudahkan) itupun sendiri sudah termasuk pahala akan perilakunya.

Terimakasih. Bila ada salah kata, keterangan, penulisan mohon koreksi.
Artikel essay ini bisa di unduh file .docx-nya disini

CONVERSATION

0 komentar: